Puluhan tahun sudah Siti Hawa tinggal di rumah tidak layak huni dengan dinding dimakan rayap bersama seorang anaknya di Desa Pajar Kecamatan Darul Hikmah Kabupaten Aceh Jaya.
Tidak banyak lagi harapan yang diinginkannya, hanya satu rumah layak huni di usia senja yang bisa membuat dia nyaman. Sangat banyak yang datang memberikan harapan namun itu hanya sebagai khayalan dan impian saja bagi perempuan 66 tahun itu.
“Sudah banyak yang datang ke sini untuk memotret dan mendata rumah kami, namun hingga kini belum ada,” kata Siti Hawa dengan penuh harapan, di Aceh Jaya, Senin.
Baca juga: Angka kemiskinan ekstrem di Aceh Jaya capai 3.080 KK
Mengasuh seorang anak yang kurang dalam penglihatan (Tuna netra) membuat ia semakin layak diperhatikan, kini keseharian ia hanya menjadi buruh membersihkan kebun sawit warga yang berada tepat di belakang rumahnya dengan upah yang tidak menentu ia dapatkan.
“Sehari-hari saya dapat uang dari membersihkan sawit warga sebanyak 30 batang di belakang rumah, uang kadang ada kadang juga tidak,” katanya.
Siti Hawa sudah lama bercerai dengan suaminya sehingga ia juga menjadi tulang punggung dari keluarga bersama tiga orang anaknya. Kini seorang anak sudah tinggal bersama ayahnya, yang perempuan akan menikah, dan Siti kini tinggal bersama seorang putra yang tuna netra.
Siti hawa juga tidak menafikan kalau ia juga sempat menerima bantuan sembako dari pemerintah, namun itu hanya cukup untuk kesehariannya tanpa bisa mengubah tempat tinggal menjadi istana.
“Kalau bisa dibantu saya berharap ada bantuan rumah dari pemerintah, kalau tidak ada saya syukuri apa adanya,” harap perempuan yang akrab disapa Nek Tihawa itu.
Mungkinkan Nek Ti Hawa akan masuk dalam daftar penerima bantuan selanjutnya? Atau bantuan itu hanya untuk keluarga pejabat yang ada. Allahualam bissawab.
Baca juga: Menko PMK sebut tiga program kunci hapus kemiskinan ekstrem
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
Tidak banyak lagi harapan yang diinginkannya, hanya satu rumah layak huni di usia senja yang bisa membuat dia nyaman. Sangat banyak yang datang memberikan harapan namun itu hanya sebagai khayalan dan impian saja bagi perempuan 66 tahun itu.
“Sudah banyak yang datang ke sini untuk memotret dan mendata rumah kami, namun hingga kini belum ada,” kata Siti Hawa dengan penuh harapan, di Aceh Jaya, Senin.
Baca juga: Angka kemiskinan ekstrem di Aceh Jaya capai 3.080 KK
Mengasuh seorang anak yang kurang dalam penglihatan (Tuna netra) membuat ia semakin layak diperhatikan, kini keseharian ia hanya menjadi buruh membersihkan kebun sawit warga yang berada tepat di belakang rumahnya dengan upah yang tidak menentu ia dapatkan.
“Sehari-hari saya dapat uang dari membersihkan sawit warga sebanyak 30 batang di belakang rumah, uang kadang ada kadang juga tidak,” katanya.
Siti Hawa sudah lama bercerai dengan suaminya sehingga ia juga menjadi tulang punggung dari keluarga bersama tiga orang anaknya. Kini seorang anak sudah tinggal bersama ayahnya, yang perempuan akan menikah, dan Siti kini tinggal bersama seorang putra yang tuna netra.
Siti hawa juga tidak menafikan kalau ia juga sempat menerima bantuan sembako dari pemerintah, namun itu hanya cukup untuk kesehariannya tanpa bisa mengubah tempat tinggal menjadi istana.
“Kalau bisa dibantu saya berharap ada bantuan rumah dari pemerintah, kalau tidak ada saya syukuri apa adanya,” harap perempuan yang akrab disapa Nek Tihawa itu.
Mungkinkan Nek Ti Hawa akan masuk dalam daftar penerima bantuan selanjutnya? Atau bantuan itu hanya untuk keluarga pejabat yang ada. Allahualam bissawab.
Baca juga: Menko PMK sebut tiga program kunci hapus kemiskinan ekstrem
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023