Menteri Koperasi (Menkop) dan UKM Teten Masduki menyatakan sektor kelautan di Indonesia memiliki potensi yang begitu besar, sehingga dibutuhkan pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal agar menjadi satu keunggulan ekonomi domestik Indonesia.
“Kita tahu bahwa sektor kelautan memiliki keunggulan yang komparatif, ekonomi kita, cuma belum tergali dengan optimal,” kata Teten Masduki saat diskusi dalam acara Mukernas ke IV Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) di Aceh Besar, Minggu.
Ia menjelaskan, dulu semua negara berkembang sibuk menarik investasi di perusahaan-perusahaan industri manufaktur. Namun, dalam persaingan dunia pasca pembagian kerja internasional baru, hal tersebut telah bergeser. Saat ini setiap negara sibuk mencari apa yang menjadi keunggulan ekonomi domestik.
Baca juga: Menkop Teten Masduki resmikan SPBUN Solusi di Aceh, Pertama di Indonesia
Teten mencontohkan, negara Norwegia yang menjadikan budidaya Salmon sebagai pendapatan negara yang cukup besar. Dan Indonesia, kata dia, memiliki lebih dari itu, bukan hanya ikan tuna, tapi juga ada udang, kerapu, dan komoditi lainnya.
“Maka kalau bisa kita kelola dengan baik, sebenarnya kita bisa menjadikan sumber daya ekonomi kelautan ini sebagai satu keunggulan domestik kita,” kata Teten.
Menurut Teten, salah satu keunggulan domestik ialah bahan baku tidak impor. Seperti kondisi industri manufaktur Indonesia pada tahun 90-an menjadi keunggulan ekspor, namun makin hari semakin menurun.
Dulu, lanjut dia, untuk sepatu olahraga saja Indonesia bisa menguasai 20 persen pasar dunia. Namun sekarang angka itu terus menyusut hingga tersisa 2 persen. Begitu juga dengan komoditi tekstil, garmen, hingga elektronik.
“Kenapa (itu terjadi, red), karena kita hanya menyediakan buruh murahnya. Bahan bakunya, teknologinya, impor, karena itu dalam perkembangan baru, semua negara sekarang sedang mencari apa keunggulan domestiknya,” ujar Teten.
Seperti negara Selandia Baru, menurut dia, fokus pada tiga komoditi seperti daging, susu serta buah kiwi, dan hasilnya negara tersebut makmur. Sedangkan Indonesia, negara yang memiliki banyak potensi dari berbagai sektor.
Baca juga: MenKopUKM Teten resmikan Indonesia Trading House di Swiss
Seperti Aceh, tambah dia, komoditi nilam di daerah Tanah Rencong itu terkenal paling berkualitas di dunia, dan semua bahan kosmetik, termasuk parfum diproduksi dari bahan baku nilam. Aceh juga punya kopi Gayo yang sudah terkena di dunia.
Untuk sektor kelautan, tidak hanya potensi ikan tangkap, ikan budidaya, Indonesia juga punya rumput laut.
“Saya sudah keliling ke semua koperasi penghasil rumput laut, permintaan dunianya hampir unlimited. Tapi kita masih ekspor raw material, masih rumput laut kering, padahal varian produk dari rumput laut ini luar biasa. Jadi sektor ini menjadi perhatian saya dengan Menteri Kelautan dan Perikanan,” ujarnya.
Baca juga: Menkop pastikan pemerintah permudah ekspor produk UMKM
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
“Kita tahu bahwa sektor kelautan memiliki keunggulan yang komparatif, ekonomi kita, cuma belum tergali dengan optimal,” kata Teten Masduki saat diskusi dalam acara Mukernas ke IV Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) di Aceh Besar, Minggu.
Ia menjelaskan, dulu semua negara berkembang sibuk menarik investasi di perusahaan-perusahaan industri manufaktur. Namun, dalam persaingan dunia pasca pembagian kerja internasional baru, hal tersebut telah bergeser. Saat ini setiap negara sibuk mencari apa yang menjadi keunggulan ekonomi domestik.
Baca juga: Menkop Teten Masduki resmikan SPBUN Solusi di Aceh, Pertama di Indonesia
Teten mencontohkan, negara Norwegia yang menjadikan budidaya Salmon sebagai pendapatan negara yang cukup besar. Dan Indonesia, kata dia, memiliki lebih dari itu, bukan hanya ikan tuna, tapi juga ada udang, kerapu, dan komoditi lainnya.
“Maka kalau bisa kita kelola dengan baik, sebenarnya kita bisa menjadikan sumber daya ekonomi kelautan ini sebagai satu keunggulan domestik kita,” kata Teten.
Menurut Teten, salah satu keunggulan domestik ialah bahan baku tidak impor. Seperti kondisi industri manufaktur Indonesia pada tahun 90-an menjadi keunggulan ekspor, namun makin hari semakin menurun.
Dulu, lanjut dia, untuk sepatu olahraga saja Indonesia bisa menguasai 20 persen pasar dunia. Namun sekarang angka itu terus menyusut hingga tersisa 2 persen. Begitu juga dengan komoditi tekstil, garmen, hingga elektronik.
“Kenapa (itu terjadi, red), karena kita hanya menyediakan buruh murahnya. Bahan bakunya, teknologinya, impor, karena itu dalam perkembangan baru, semua negara sekarang sedang mencari apa keunggulan domestiknya,” ujar Teten.
Seperti negara Selandia Baru, menurut dia, fokus pada tiga komoditi seperti daging, susu serta buah kiwi, dan hasilnya negara tersebut makmur. Sedangkan Indonesia, negara yang memiliki banyak potensi dari berbagai sektor.
Baca juga: MenKopUKM Teten resmikan Indonesia Trading House di Swiss
Seperti Aceh, tambah dia, komoditi nilam di daerah Tanah Rencong itu terkenal paling berkualitas di dunia, dan semua bahan kosmetik, termasuk parfum diproduksi dari bahan baku nilam. Aceh juga punya kopi Gayo yang sudah terkena di dunia.
Untuk sektor kelautan, tidak hanya potensi ikan tangkap, ikan budidaya, Indonesia juga punya rumput laut.
“Saya sudah keliling ke semua koperasi penghasil rumput laut, permintaan dunianya hampir unlimited. Tapi kita masih ekspor raw material, masih rumput laut kering, padahal varian produk dari rumput laut ini luar biasa. Jadi sektor ini menjadi perhatian saya dengan Menteri Kelautan dan Perikanan,” ujarnya.
Baca juga: Menkop pastikan pemerintah permudah ekspor produk UMKM
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023