Sabang (ANTARA Aceh) - Puing-puing sisa gempa tektonik 9,3 Skala Richter dan gelombang tsunami 12 tahun lalu, sekarang menjadi objek wisata unggulan Aceh.
Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Banda Aceh yang juga korban tsunami Siti Jihadun Nufus kepada Antara mengakui, banyak pelaku usaha traveler menjual paket wisata di Banda Aceh berkunjung ke objek wisata sisa tsunami.
"Setiap paket wisata yang dijula pasti dalam itenery-nya ada kunjungan ke situs tsunami, seperti Kapal PLTD Apung (Punge Blang Cut), Kapal di atas Rumah (Lampulo) serta kunjungan ke Museum Tsumani," katanya.
Guncangan gempa yang disusul tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 silam diperkirakan sekitar 170.000 jiwa warga Aceh menjadi korban keganasan gelombang laut yang bercampur lumpur pada 26 Desember 2004, bahkan gelombang tsunami itu juga berdampak sampai Malaysia dan Thailand.
Ketua HPI Kota Banda Aceh itu juga mengakui, sering memandu sejumlah wisatawan lokal maupun asing yang berwisata ke Aceh ke objek-objek wisata tersebut.
"Ketika saya pandu para wisatawan mancanegara yang menumpangi Kapal Pesiar MS Silver Discovery waktu itu ada yang sampai meneteskan air mata mendegar cerita musibah tsunami yang melanda Aceh," kata Jihan, yang saat kejadian itu masih berusia 12 tahun.
Kapal PLTD Apung bobotnya 2.600 ton menjadi saksi bisu tragedi tsunami. Kapal yang semula disiagakan Pelabuhan Ulee Lheue itu dihempas gelombang laut sekira satu kilometer ke daratan, ke pemukiman penduduk di Gampon Punge Blang Cut, Banda Aceh.
"Di lokasi Kapal PLTD Apung para wisman dengan seksama mengamati sisa-sisa bagunan tsunami sembari mengabadikan sejumlah gambar di lokasi yang dianggap menarik," katanya.
Gempa bumi disusul dengan terjangan gelombang tsunami provinsi paling ujut barat Sumatera rusak parah, bahkan sekitar 85 persen infrastruktur di kabupaten/kota dan rumah warga hancur diterjang.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016