Meulaboh (ANTARA Aceh) - Petani tanaman padi di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh kesulitan terhadap kecukupan pupuk karena daerah itu sangat terbatas mendapatkan kuota pupuk subsidi dari pemerintah.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Nagan Raya Ali Basyah, di Nagan Raya, Kamis, mengatakan, masyarakat petani mengeluh dan menggunakan pupuk minimal sehingga menganggu nilai produktivitas pertanian tanaman pangan.

"Kalau ketersediaan pupuk kita masalah besar disektor pertanian, karena kita sangat kurang, apalagi modal petani terbatas. Kalau kuota kita hanya dapat 100 ton dari APBN selama 2016, jumlah itu hanya cukup untuk 2.000 hektare," katanya.

Ali Basyah menyampaikan, Kabupaten Nagan Raya memiliki arena sawah tanaman padi produktif seluas 26.000 hektare lebih, kebutuhan pupuk untuk area sawah diperkirakan minimal 200 kg/hektare atau membutuhkan 13.000 ton per musim tanam.

Dia menjelaskan, untuk dua kali musim tanam (MT) gadu dan rendengan, untuk semua area pesawahan masyarakat petani di Nagan Raya kekurangan sekitar 3.800 ton pupuk atau dengan perkiraan 150 kg/hektare-200 kg/hektarenya.

Kata Ali Basyah, untuk meningkatkan produktivitas pertanian tanaman pangan, Pemkab Nagan Raya selalu mengusulkan adanya penambahan kuota pupuk subsidi mengingat ketebatasan modal masyarakat petani dalam aktivitasnya.

"Bukan hanya masalah di pupuk, modal kerja juga. Sampai hari ini banyak petani kita masih bermasalah dengan biaya penggarapan sawah musim tanam sebelumnya, mereka belum bayarkan biaya garap sawah," sebutnya.

Lebih lanjut dijelaskan, masyarakat petani Nagan Raya selama ini terbantu dengan alat bajak sawah bantuan pemerintah sekaligus tenaga operator handtraktor, namun petani tidak mampu membayarkan biaya yang wajib mereka berikan untuk pekerjaan itu.

Sebut Ali Basyah, meskipun alat dan mesin pertanian (alsintan) diberikan pemerintah, akan tetapi untuk biaya operasional tetap saja wajib diberikan petani karena dikelola swadaya, terutama untuk uang minyak, perawatan dan tenaga operator alat bajak sawah.

Terhadap ketersediaan air untuk sawah di daerah itu sangat memadai karena memiliki irigasi besar dan saluran teknis hingga ke sawah petani, demikian juga alsintan bantuan pemerintah sudah terbilang mencukupi walaupun tidak merata.

"Tapi biaya itu juga kita subsidi, ada pengurangan sampai Rp100.000 per hektare, jadi beban itu sebenarnya tidak banyak, tapi karena ditambah beban beli pupuk lagi maka petani kita kwalahan selalu mengeluh kesulitan," katanya menambahkan.

Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016