Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) terus berupaya agar kilang padi modern atau Rice Milling Unit (RMU) di Komplek Balai Benih Utama Kecamatan Tangan-Tangan, daerah itu segera beroperasi lagi, guna mengoptimalkan penyerapan hasil panen masyarakat.
"Mesin tidak ada kendala hanya tinggal siapa yang mengoperasikannya agar aset daerah ini tidak menjadi terbengkalai," kata Pj Bupati Abdya Darmansah saat meninjau kilang padi modern di Tangan—Tangan, Selasa.
Darmansah meninjau RMU dengan kapasitas 40 ton per hari itu bersama Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Abdya Nasruddin serta seorang pengusaha daerah itu Said Syamsul Bahri, yang berencana akan menjadi pengelola.
Bangunan pabrik padi modern tersebut dibangun pada 2019 menggunakan dana alokasi khusus (DAK) dengan anggaran senilai Rp7,7 miliar lebih.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Abdya Nasruddin menjelaskan, pihak PT Semangat Bersama Entrepreneurship (SBE) yang sebelumnya mengelola RMU tersebut sudah memutuskan kontrak pada awal Juni 2023 lalu.
"Hanya dua bulan ini saja RMU ini tidak beroperasi," katanya.
Nasruddin menerangkan, pihak PT SBE hanya dua tahun mengontrak pabrik padi dengan membayar Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekitar Rp250 juta per tahun.
Ia juga mengatakan selama ini pihak perusahaan asal Jakarta itu aktif mengoperasionalkan pabrik padi modern tersebut terutama saat memasuki musim panen raya padi di daerah.
Sementara itu, pengusaha daerah itu Said Syamsul Bahri menilai aset Kabupaten Abdya tersebut harus dioperasionalkan secara maksimal agar bisa dirasakan manfaat oleh petani.
Apalagi, dia menilai, selama ini harga gabah di Abdya juga sering dipermainkan oleh pihak luar daerah. Hal ini terjadi karena tidak ada pengusaha lokal yang menampung gabah saat daerah itu memasuki musim panen.
"Kita tidak bicara untung atau rugi dan kita tidak bicara siapa orang yang jalankan, tetapi kita harus pikirkan RMU ini bisa jalan dan menutupi biaya operasional," katanya.
Said yang juga mantan ketua DPRK Abdya itu menilai aset pemerintah itu harus dijaga dengan cara dioperasikan. Apalagi bahan olahannya cukup melimpah di daerah itu.
Kata dia, apabila kilang padi modern ini beroperasi maksimal maka harga gabah di daerah Kecamatan Tangan-Tangan, Setia, Manggeng dan Kecamatan Lembah Sabil, akan stabil, bahkan bisa lebih tinggi.
Terkait keinginan mengoperasikan kilang padi itu, Said Syamsul mengaku akan menganalisa terlebih dahulu baik persoalan bisnis atau lainnya.
"Kalau untuk kebaikan masyarakat petani Kabupaten Abdya kenapa tidak," ujarnya.
Baca juga: Kilang padi modern bernilai Rp7,7 miliar di Abdya mulai beroperasi
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
"Mesin tidak ada kendala hanya tinggal siapa yang mengoperasikannya agar aset daerah ini tidak menjadi terbengkalai," kata Pj Bupati Abdya Darmansah saat meninjau kilang padi modern di Tangan—Tangan, Selasa.
Darmansah meninjau RMU dengan kapasitas 40 ton per hari itu bersama Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Abdya Nasruddin serta seorang pengusaha daerah itu Said Syamsul Bahri, yang berencana akan menjadi pengelola.
Bangunan pabrik padi modern tersebut dibangun pada 2019 menggunakan dana alokasi khusus (DAK) dengan anggaran senilai Rp7,7 miliar lebih.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Abdya Nasruddin menjelaskan, pihak PT Semangat Bersama Entrepreneurship (SBE) yang sebelumnya mengelola RMU tersebut sudah memutuskan kontrak pada awal Juni 2023 lalu.
"Hanya dua bulan ini saja RMU ini tidak beroperasi," katanya.
Nasruddin menerangkan, pihak PT SBE hanya dua tahun mengontrak pabrik padi dengan membayar Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekitar Rp250 juta per tahun.
Ia juga mengatakan selama ini pihak perusahaan asal Jakarta itu aktif mengoperasionalkan pabrik padi modern tersebut terutama saat memasuki musim panen raya padi di daerah.
Sementara itu, pengusaha daerah itu Said Syamsul Bahri menilai aset Kabupaten Abdya tersebut harus dioperasionalkan secara maksimal agar bisa dirasakan manfaat oleh petani.
Apalagi, dia menilai, selama ini harga gabah di Abdya juga sering dipermainkan oleh pihak luar daerah. Hal ini terjadi karena tidak ada pengusaha lokal yang menampung gabah saat daerah itu memasuki musim panen.
"Kita tidak bicara untung atau rugi dan kita tidak bicara siapa orang yang jalankan, tetapi kita harus pikirkan RMU ini bisa jalan dan menutupi biaya operasional," katanya.
Said yang juga mantan ketua DPRK Abdya itu menilai aset pemerintah itu harus dijaga dengan cara dioperasikan. Apalagi bahan olahannya cukup melimpah di daerah itu.
Kata dia, apabila kilang padi modern ini beroperasi maksimal maka harga gabah di daerah Kecamatan Tangan-Tangan, Setia, Manggeng dan Kecamatan Lembah Sabil, akan stabil, bahkan bisa lebih tinggi.
Terkait keinginan mengoperasikan kilang padi itu, Said Syamsul mengaku akan menganalisa terlebih dahulu baik persoalan bisnis atau lainnya.
"Kalau untuk kebaikan masyarakat petani Kabupaten Abdya kenapa tidak," ujarnya.
Baca juga: Kilang padi modern bernilai Rp7,7 miliar di Abdya mulai beroperasi
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023