Perusahaan Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Daroy Banda Aceh menyatakan bahwa saat ini pihaknya mulai kekurangan air baku untuk mengolah air bersih akibat musim kemarau.
"Kita saat ini sudah mulai kekurangan air baku untuk diolah, karena memang kondisi perubahan iklim," kata Direktur Perumdam Tirta Daroy Banda Aceh Novizal Aiyub di Banda Aceh, Senin.
Air baku yang menjadi sumber utama pengolahan air bersih untuk Banda Aceh itu berasal dari Krueng (sungai) Aceh, tetapi debit air sungai tersebut semakin hari terus berkurang, terutama saat musim kemarau.
Aiyub menyebutkan tingkat produksi air bersih oleh Perumdam Tirta Daroy seharusnya berada di angka rata-rata 700 sampai 800 liter per detik jika kondisi air bakunya banyak.
Namun, dalam kurun waktu sejak Juni produksi mulai berkurang hingga sampai 60 persen dari normalnya atau hanya mampu mengolah sekitar 480 sampai 500 liter per detik.
"Kondisi ini kita perkirakan bisa sampai berbulan-bulan, mungkin sampai September 2023 nanti," ujarnya.
Dirinya menjelaskan, produksi air masih bisa normal mencapai 700 liter per detik ketika sedang naik pasang air laut. Tetapi saat turun pasang sejak sore hingga pagi besoknya, maka produksi hanya bisa mencapai 500 liter per detik.
"Mulai dari selesai magrib sampai pagi itu produksi air bersih bisa turun sampai 50 persen, sehingga berdampak pada kekurangan air untuk Banda Aceh," katanya.
Menghadapi kondisi tersebut, kata Aiyub, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan, pertama memperbaiki bendungan karet yang sudah rusak dan tidak berfungsi lagi, atau membuatnya ulang.
Karena, jika bendungan karet berfungsi maka ia dapat menahan air sungai langsung turun ke laut, sehingga saat musim kemarau tiba, air bakunya tetap tersedia, dan masyarakat tidak kekurangan air bersih.
"Kita berharap dukungan semua pihak terutama Balai Wilayah Sungai atau PUPR dapat memperbaiki atau membangun kembali bendungan karet tersebut," ujarnya.
Selain itu, lanjut Aiyub, solusi untuk masyarakat agar tidak kekurangan air bersih adalah dengan membuat tempat penampungan di rumah sendiri. Sehingga ketika terjadi kondisi serupa masih memiliki air bersih cadangan yang dapat digunakan.
"Karena satu-satunya air baku kita hanya dari Krueng Aceh. Maka solusi jangka pendek adalah membangun bendungan karet itu, dan masyarakat lebih hemat menggunakan air," demikian Novizal Aiyub.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
"Kita saat ini sudah mulai kekurangan air baku untuk diolah, karena memang kondisi perubahan iklim," kata Direktur Perumdam Tirta Daroy Banda Aceh Novizal Aiyub di Banda Aceh, Senin.
Air baku yang menjadi sumber utama pengolahan air bersih untuk Banda Aceh itu berasal dari Krueng (sungai) Aceh, tetapi debit air sungai tersebut semakin hari terus berkurang, terutama saat musim kemarau.
Aiyub menyebutkan tingkat produksi air bersih oleh Perumdam Tirta Daroy seharusnya berada di angka rata-rata 700 sampai 800 liter per detik jika kondisi air bakunya banyak.
Namun, dalam kurun waktu sejak Juni produksi mulai berkurang hingga sampai 60 persen dari normalnya atau hanya mampu mengolah sekitar 480 sampai 500 liter per detik.
"Kondisi ini kita perkirakan bisa sampai berbulan-bulan, mungkin sampai September 2023 nanti," ujarnya.
Dirinya menjelaskan, produksi air masih bisa normal mencapai 700 liter per detik ketika sedang naik pasang air laut. Tetapi saat turun pasang sejak sore hingga pagi besoknya, maka produksi hanya bisa mencapai 500 liter per detik.
"Mulai dari selesai magrib sampai pagi itu produksi air bersih bisa turun sampai 50 persen, sehingga berdampak pada kekurangan air untuk Banda Aceh," katanya.
Menghadapi kondisi tersebut, kata Aiyub, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan, pertama memperbaiki bendungan karet yang sudah rusak dan tidak berfungsi lagi, atau membuatnya ulang.
Karena, jika bendungan karet berfungsi maka ia dapat menahan air sungai langsung turun ke laut, sehingga saat musim kemarau tiba, air bakunya tetap tersedia, dan masyarakat tidak kekurangan air bersih.
"Kita berharap dukungan semua pihak terutama Balai Wilayah Sungai atau PUPR dapat memperbaiki atau membangun kembali bendungan karet tersebut," ujarnya.
Selain itu, lanjut Aiyub, solusi untuk masyarakat agar tidak kekurangan air bersih adalah dengan membuat tempat penampungan di rumah sendiri. Sehingga ketika terjadi kondisi serupa masih memiliki air bersih cadangan yang dapat digunakan.
"Karena satu-satunya air baku kita hanya dari Krueng Aceh. Maka solusi jangka pendek adalah membangun bendungan karet itu, dan masyarakat lebih hemat menggunakan air," demikian Novizal Aiyub.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023