Banda Aceh (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh melaporkan bahwa neraca perdagangan luar negeri di Tanah Rencong masih mencatatkan defisit pada Februari 2025 akibat nilai impor yang lebih tinggi dibandingkan ekspor sejak awal tahun.
“Dengan nilai impor yang lebih besar dibandingkan nilai ekspor, neraca perdagangan luar negeri Provinsi Aceh pada bulan Februari 2025 mengalami defisit sebesar 19,22 juta dolar AS,” kata Pejabat Fungsional Ahli Madya BPS Aceh, Oriza Santifa, di Banda Aceh, Selasa.
Dia menjelaskan bahwa tren defisit sudah berlangsung sejak awal tahun. Pada Januari 2025, neraca perdagangan Aceh juga mencatat defisit sebesar 24,97 juta dolar AS, akibat nilai impor sebesar 75,82 juta dolar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan ekspor sebesar 50,85 juta dolar AS.
“Selama Januari 2024 sampai Januari 2025, neraca perdagangan luar negeri terus mengalami surplus, kecuali di bulan November 2024, Januari 2025, dan Februari 2025,” katanya.
Baca juga: 9 produk ekspor RI terdampak tarif Trump, bagaimana respon pemerintah?
Oriza mengungkapkan bahwa pada Februari 2025, nilai impor Aceh juga masih lebih tinggi mencapai 73,16 juta dolar AS dibandingkan nilai ekspor sebesar 53,94 juta dolar AS. Dominannya nilai impor ini, kata dia, menjadi penyebab defisit perdagangan masih berlangsung dari awal tahun hingga bulan Februari 2025.
Dia menyebutkan bahwa pada Februari 2025, impor terbesar Aceh berasal dari Amerika Serikat senilai 30,34 juta dolar AS, disusul Uni Emirat Arab sebesar 8,63 juta dolar AS, dan Filipina sebesar 8,25 juta dolar AS.
“Secara keseluruhan, komoditas terbesar yang diimpor pada bulan Februari 2025 adalah bahan bakar mineral atau gas senilai 58,97 juta USD, disusul bahan kimia anorganik dan pupuk masing-masing sebesar 8,90 juta dolar AS dan 5,29 juta dolar AS,” katanya.
Sementara itu, tambah Oriza, ekspor terbesar Aceh pada Februari 2025 ditujukan ke negara India sebesar 32,36 juta dolar AS dengan komoditas utama berupa batu bara, disusul Amerika Serikat sebesar 6,26 juta dolar AS dengan komoditas utama kopi, dan ke Jepang sebesar 3,29 juta dolar AS.
“Secara keseluruhan, komoditas migas masih menjadi primadona ekspor dengan nilai 33,83 juta dolar AS, diikuti kelompok kopi dan rempah senilai 12,83 juta dolar AS, serta produk kimia sebesar 1,42 juta dolar AS,” katanya.
Baca juga: Dilepas Wali Nanggroe, Kopepi Ketiara ekspor dua kontainer kopi ke AS dan Eropa