Sebanyak 17 museum di wilayah Pulau Sumatera memamerkan 75 koleksi filologika atau naskah unggulan masing-masing daerah di Gedung Pameran Temporer, Museum Aceh.
"Koleksi filologika yang ditampilkan itu ditulis pada tempo dulu dan semuanya berisi ilmu pengetahuan di masa lalu," kata Kepala Disbudpar Aceh Almuniza Kamal di Banda Aceh, Kamis.
Almuniza mengatakan pameran filologi ini menampilkan koleksi naskah yang berisi tentang ilmu pengetahuan seperti tabir mimpi, pengobatan, hukum adat, dan sebagainya yang dituliskan di atas berbagai media tulis dari masa ke masa.
Adapun 17 museum di wilayah Sumatera yang memamerkan koleksi filologi tersebut yakni Museum Aceh, Museum Tsunami Aceh, Museum Sumatera Utara, Museum Adityawarman Sumatera Barat.
Kemudian, Museum Sang Nila Utama Riau, Museum Siginjei Jambi, Museum Balaputra Dewa Sumatera Selatan, Museum Bengkulu, Museum Ruwa Jurai Lampung, dan Museum Sriwijaya.
Selanjutnya, Museum Pidie Jaya, Museum Kota Lhokseumawe, Museum Samudera Pasai Aceh Utara, Museum Bireuen, Museum Kota Langsa, Museum UIN Ar-Raniry, dan Museum Ali Hasjmy Banda Aceh.
Dalam kesempatan ini, Almuniza juga mengajak masyarakat Aceh terutama kawula muda untuk mengunjungi Museum Aceh agar dapat mengenali sejarah lebih mendalam dan mengenal peradaban masa lalu.
"Kenali sejarah agar tidak salah melangkah, itu adalah salah satu tagline yang kita gelorakan untuk Museum Aceh. Saya tunggu kehadiran teman-teman, Insya Allah akan mendapatkan ilmu dan wawasan yang lebih baik," ujar Almuniza.
Sementara itu, Kurator Museum Lampung, Medagiri menyampaikan pihaknya menampilkan enam koleksi filologi peradaban sejarah Lampung yang naskahnya ditulis memakai aksara Had Lampung di atas media kulit kayu halim.
"Koleksi diperkirakan berasal dari abad ke-17 diketahui karena bertuliskan aksara Lampung kuno yang pada waktu itu sudah punah," demikian Medagiri.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
"Koleksi filologika yang ditampilkan itu ditulis pada tempo dulu dan semuanya berisi ilmu pengetahuan di masa lalu," kata Kepala Disbudpar Aceh Almuniza Kamal di Banda Aceh, Kamis.
Almuniza mengatakan pameran filologi ini menampilkan koleksi naskah yang berisi tentang ilmu pengetahuan seperti tabir mimpi, pengobatan, hukum adat, dan sebagainya yang dituliskan di atas berbagai media tulis dari masa ke masa.
Adapun 17 museum di wilayah Sumatera yang memamerkan koleksi filologi tersebut yakni Museum Aceh, Museum Tsunami Aceh, Museum Sumatera Utara, Museum Adityawarman Sumatera Barat.
Kemudian, Museum Sang Nila Utama Riau, Museum Siginjei Jambi, Museum Balaputra Dewa Sumatera Selatan, Museum Bengkulu, Museum Ruwa Jurai Lampung, dan Museum Sriwijaya.
Selanjutnya, Museum Pidie Jaya, Museum Kota Lhokseumawe, Museum Samudera Pasai Aceh Utara, Museum Bireuen, Museum Kota Langsa, Museum UIN Ar-Raniry, dan Museum Ali Hasjmy Banda Aceh.
Dalam kesempatan ini, Almuniza juga mengajak masyarakat Aceh terutama kawula muda untuk mengunjungi Museum Aceh agar dapat mengenali sejarah lebih mendalam dan mengenal peradaban masa lalu.
"Kenali sejarah agar tidak salah melangkah, itu adalah salah satu tagline yang kita gelorakan untuk Museum Aceh. Saya tunggu kehadiran teman-teman, Insya Allah akan mendapatkan ilmu dan wawasan yang lebih baik," ujar Almuniza.
Sementara itu, Kurator Museum Lampung, Medagiri menyampaikan pihaknya menampilkan enam koleksi filologi peradaban sejarah Lampung yang naskahnya ditulis memakai aksara Had Lampung di atas media kulit kayu halim.
"Koleksi diperkirakan berasal dari abad ke-17 diketahui karena bertuliskan aksara Lampung kuno yang pada waktu itu sudah punah," demikian Medagiri.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023