Tim Pusat Riset Ilmu Kelautan dan Perikanan (PRKP) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh melakukan rehabilitasi dan perawatan (monitoring) kondisi terumbu karang di Pulau Pusong, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) menggunakan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), dalam upaya mendukung kemajuan ekowisata bahari.
“Kita mulai ini di Pulau Pusong, serta ini menjadi peluang untuk dimanfaatkan lebih jauh, kalau nanti AI ini sudah tersedia di online,” kata Ketua Tim PRKP USK Haekal A Haridhi S Kel MSc PhD di Banda Aceh, Senin.
Tim PRKP USK melakukan kegiatan itu bersama Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSL) Padang Wilayah Kerja Aceh, Kelompok Masyarakat Pusong Diving Club (PDC) dan Organisasi Mahasiswa Ocean Diving Club (ODC) serta mahasiswa MBKM USK Program Studi Ilmu Kelautan FKP USK.
Baca juga: Sabang miliki 22 spot pesona bawah laut berkelas dunia
Ia menjelaskan, selama ini pengambilan data terumbu karang dilakukan secara manual. Artinya penyelam harus mengambil data dengan metode tertentu, kemudian mengentri data dan sampel di dalam gambar yang telah diambil ketika survei.
Kemudian, lanjut dia, penyelam atau peneliti yang menganalisis data itu membutuhkan waktu sangat lama untuk mendapatkan hasil, seperti persentase tutupan karang, persentase karang hidup dan karang mati hingga data jenis serta bentuk dari terumbu karang.
Selama ini, untuk mendapatkan data-data tersebut harus dikerjakan secara manual, mulai dari menyelam, mengambil data, mengentri data ke komputer, serta harus mengisi satu per satu dalam proses olah data.
Padahal sekarang, kata Haekal lagi, sebenarnya proses rutin seperti ini bisa dikerjakan oleh Artificial Intelligence dan dapat menghasilkan gambaran yang cepat.
“Jadi kalau dulu kita menjalankan survei selama beberapa hari, kemudian analisisnya bisa satu hingga dua minggu, dan satu bulanan baru dapat hasil laporan dari lokasi itu. Sementara AI ini dia bisa mempersingkat durasi analisis itu, hanya hitungan jam kita sudah dapat informasi mendetail terkait kondisi terumbu karang,” ujarnya.
Haekal mengatakan kegiatan itu didukung pendanaan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI melalui program Kedaireka - Matching Fund 2023.
Baca juga: ANTARA gelorakan rawat terumbu karang dari Nol Indonesia
Program Kedaireka - Matching Fund merupakan salah satu program dari Kemendikbudristek yang berusaha memberikan solusi dari akademisi untuk menyelesaikan permasalahan para pihak dengan cara pendanaan dengan pola kolaborasi atau kemitraan.
Pihaknya memilih Abdya sebagai lokasi, karena daerah ini memiliki potensi wisata bahari berupa keindahan aneka terumbu karang, ikan karang, teripang dan biota kima jenis Tridacna gigas sepanjang 1,2 meter, yang terletak di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Aceh, tepatnya di Pulau Pusong.
“Jadi kita tetap perlu penyelam kesana, kita perlu data-data foto, area yang kita jadikan wilayah survei, kemudian AI yang menilai nanti bagaimana persentase tutupan karang disana. Dulu tenaga ahli yang paham terhadap karang harus menilai, sekarang kita serahkan itu ke AI yang kita buat,” ujarnya, melanjutkan.
Sebelumnya, BPSPL Padang Wilayah Kerja Aceh Kris Handoko mengatakan sejak tahun lalu, pihaknya sudah mulai berupaya menjadikan Pulau Pusong sebagai salah satu lokasi wisata selam dengan cara melakukan rehabilitasi karang bersama-sama dengan kelompok masyarakat Pusong Diving Club (PDC) dan Pangkalan PSDKP Lampulo.
Kata dia, dengan cara membuat Coral Stock Center (CSC) atau Pusat Pembibitan Karang sejumlah 35 modul atau rak transplantasi karang dengan jumlah 560 bibit karang.
“Diharapkan inovasi yang dihasilkan ini dapat mempermudah kelompok masyarakat untuk melakukan kegiatan pemantauan kondisi terumbu karang di lokasi tersebut dengan teknologi Artificial Intelegence,” ujarnya.
Baca juga: Transplantasi terumbu karang perlu terus dilakukan di Sabang, begini caranya supaya tidak gagal
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
“Kita mulai ini di Pulau Pusong, serta ini menjadi peluang untuk dimanfaatkan lebih jauh, kalau nanti AI ini sudah tersedia di online,” kata Ketua Tim PRKP USK Haekal A Haridhi S Kel MSc PhD di Banda Aceh, Senin.
Tim PRKP USK melakukan kegiatan itu bersama Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSL) Padang Wilayah Kerja Aceh, Kelompok Masyarakat Pusong Diving Club (PDC) dan Organisasi Mahasiswa Ocean Diving Club (ODC) serta mahasiswa MBKM USK Program Studi Ilmu Kelautan FKP USK.
Baca juga: Sabang miliki 22 spot pesona bawah laut berkelas dunia
Ia menjelaskan, selama ini pengambilan data terumbu karang dilakukan secara manual. Artinya penyelam harus mengambil data dengan metode tertentu, kemudian mengentri data dan sampel di dalam gambar yang telah diambil ketika survei.
Kemudian, lanjut dia, penyelam atau peneliti yang menganalisis data itu membutuhkan waktu sangat lama untuk mendapatkan hasil, seperti persentase tutupan karang, persentase karang hidup dan karang mati hingga data jenis serta bentuk dari terumbu karang.
Selama ini, untuk mendapatkan data-data tersebut harus dikerjakan secara manual, mulai dari menyelam, mengambil data, mengentri data ke komputer, serta harus mengisi satu per satu dalam proses olah data.
Padahal sekarang, kata Haekal lagi, sebenarnya proses rutin seperti ini bisa dikerjakan oleh Artificial Intelligence dan dapat menghasilkan gambaran yang cepat.
“Jadi kalau dulu kita menjalankan survei selama beberapa hari, kemudian analisisnya bisa satu hingga dua minggu, dan satu bulanan baru dapat hasil laporan dari lokasi itu. Sementara AI ini dia bisa mempersingkat durasi analisis itu, hanya hitungan jam kita sudah dapat informasi mendetail terkait kondisi terumbu karang,” ujarnya.
Haekal mengatakan kegiatan itu didukung pendanaan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI melalui program Kedaireka - Matching Fund 2023.
Baca juga: ANTARA gelorakan rawat terumbu karang dari Nol Indonesia
Program Kedaireka - Matching Fund merupakan salah satu program dari Kemendikbudristek yang berusaha memberikan solusi dari akademisi untuk menyelesaikan permasalahan para pihak dengan cara pendanaan dengan pola kolaborasi atau kemitraan.
Pihaknya memilih Abdya sebagai lokasi, karena daerah ini memiliki potensi wisata bahari berupa keindahan aneka terumbu karang, ikan karang, teripang dan biota kima jenis Tridacna gigas sepanjang 1,2 meter, yang terletak di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Aceh, tepatnya di Pulau Pusong.
“Jadi kita tetap perlu penyelam kesana, kita perlu data-data foto, area yang kita jadikan wilayah survei, kemudian AI yang menilai nanti bagaimana persentase tutupan karang disana. Dulu tenaga ahli yang paham terhadap karang harus menilai, sekarang kita serahkan itu ke AI yang kita buat,” ujarnya, melanjutkan.
Sebelumnya, BPSPL Padang Wilayah Kerja Aceh Kris Handoko mengatakan sejak tahun lalu, pihaknya sudah mulai berupaya menjadikan Pulau Pusong sebagai salah satu lokasi wisata selam dengan cara melakukan rehabilitasi karang bersama-sama dengan kelompok masyarakat Pusong Diving Club (PDC) dan Pangkalan PSDKP Lampulo.
Kata dia, dengan cara membuat Coral Stock Center (CSC) atau Pusat Pembibitan Karang sejumlah 35 modul atau rak transplantasi karang dengan jumlah 560 bibit karang.
“Diharapkan inovasi yang dihasilkan ini dapat mempermudah kelompok masyarakat untuk melakukan kegiatan pemantauan kondisi terumbu karang di lokasi tersebut dengan teknologi Artificial Intelegence,” ujarnya.
Baca juga: Transplantasi terumbu karang perlu terus dilakukan di Sabang, begini caranya supaya tidak gagal
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023