Bank Indonesia (BI) mendorong Pemerintah Aceh agar melakukan inisiasi optimalisasi sistem resi gudang (SRG) yang dikelola oleh profesional untuk komoditas beras, dalam upaya stabilisasi suplai gabah untuk menjaga lonjakan angka inflasi dari sektor bahan pangan itu.

“Dan juga meningkatkan kualitas pengolahan atau penggilingan padi di Aceh untuk menjadi beras kualitas super,” kata Kepala Bank Indonesia Aceh Rony Widijarto di Banda Aceh, Rabu.

Hal tersebut disampaikan Rony dalam laporan perekonomian Aceh, sebagai rekomendasi kebijakan bagi Pemprov Aceh guna mendorong pertumbuhan ekonomi di provinsi berjulukan daerah Tanah Rencong itu di masa akan datang.

Baca juga: Pj Bupati ajak BI kembangkan ekonomi Aceh Besar

Ia menjelaskan, hal tersebut penting dilakukan mengingat pasokan beras Aceh sering kali didatangkan dari luar Aceh pada periode- periode tertentu. 

Padahal, lanjut dia, apabila dihitung secara tahunan, produksi beras Aceh mengalami surplus. Gabah dari Aceh dijual ke Sumatera Utara untuk diolah, kemudian beras dijual kembali ke Aceh. 

“Kondisi ini menyebabkan harga beras dapat meningkat lebih tinggi daripada harga lokal,” ujarnya.

Tentunya, lanjut dia, beras lokal berpotensi kalah saing dengan beras luar daerah yang kualitas lebih baik, sehingga akan berdampak pada berkurang pendapatan masyarakat.

Oleh karenanya, penting bagi Pemprov Aceh untuk optimalisasi sistem resi gudang yang dikelola oleh profesional dan meningkatkan kualitas pengolahan atau penggilingan padi di Aceh.

Selain itu, Bank Indonesia juga meminta agar Aceh melakukan kerjasama antar daerah (KAD) guna memastikan ketersediaan beras di Aceh. KAD tersebut dapat dilakukan dalam bentuk gabah, untuk menstabilkan pasokan gabah di Aceh sepanjang tahun. 

“Ataupun dapat dilakukan langsung dengan berbentuk beras dengan upaya menstabilkan pasokan sepanjang tahun,” ujarnya.

Baca juga: BI rekomendasi empat program utama wujudkan ketahanan pangan di Aceh

Pewarta: Khalis Surry

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024