Akademisi Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh, TM Zulfikar, menyatakan rehabilitasi kawasan hutan merupakan solusi untuk mencegah dampak buruk perubahan iklim yang kini sedang berlangsung.
"Perubahan iklim saat ini berdampak buruk kepada ketahanan pangan. Kerusakan hutan turut memberi kontribusi pada perusahaan iklim. Karena itu, rehabilitasi hutan menjadi solusi mencegah dampak negatif perubahan iklim," kata TM Zulfikar di Banda Aceh, Kamis.
TM Zulfikar mengatakan rehabilitasi hutan merupakan solusi jangka panjang untuk mengantisipasi krisis pengairan untuk pertanian. Kawasan hutan yang baik dapat menjaga kelestarian sumber pengairan yang dibutuhkan petani.
Dengan adanya rehabilitasi hutan tersebut, kata dia, kelestarian penyedia sumber pengairan untuk pertanian tetap terjaga, sehingga ketika terjadi kemarau, areal pertanian masih tetap bisa ditanami.
"Sedangkan untuk solusi jangka pendek, ada penampungan air selama musim hujan dan digunakan pada musim kemarau. Selain itu, juga ada pompanisasi untuk kebutuhan pengairan pertanian," katanya.
Selain pengairan, TM Zulfikar mengatakan petani juga harus mampu beradaptasi dengan kondisi yang dipengaruhi perubahan iklim sekarang ini. Adaptasi tersebut di antaranya menanam tanaman pangan yang cocok saat musim kemarau maupun penghujan.
Dengan demikian, petani bisa mengurangi risiko gagal panen, sehingga ketahanan pangan tetap terjaga. Kondisi ini tentu juga didukung dengan penerapan teknologi tepat guna, kata TM Zulfikar.
"Ketahanan pangan inj menjadi isu penting yang harus menjadi perhatian serius pemerintah. Ketahanan pangan merupakan kondisi di mana kemampuan negara memenuhi pangan, baik secara kuantitas maupun kualitas," katanya.
TM Zulfikar menyebutkan perubahan iklim yang kini terjadi berdampak negatif pada sektor produksi dari ketahanan pangan. Seperti banyak sawah kekeringan yang menyebabkan kegagalan panen.
"Akibat kondisi ini, harga komoditas pertanian seperti beras cenderung naik serta ketahanan pangan menjadi berkurang. Dampak buruk ini bisa dicegah dengan memastikan sumber air di kawasan hutan tetap lestari," kata TM Zulfikar yang juga dosen Teknik Lingkungan Universitas Serambi Mekkah.
Baca juga: Nelayan di Aceh dapat pembekalan pengetahuan perubahan iklim dan EBT
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
"Perubahan iklim saat ini berdampak buruk kepada ketahanan pangan. Kerusakan hutan turut memberi kontribusi pada perusahaan iklim. Karena itu, rehabilitasi hutan menjadi solusi mencegah dampak negatif perubahan iklim," kata TM Zulfikar di Banda Aceh, Kamis.
TM Zulfikar mengatakan rehabilitasi hutan merupakan solusi jangka panjang untuk mengantisipasi krisis pengairan untuk pertanian. Kawasan hutan yang baik dapat menjaga kelestarian sumber pengairan yang dibutuhkan petani.
Dengan adanya rehabilitasi hutan tersebut, kata dia, kelestarian penyedia sumber pengairan untuk pertanian tetap terjaga, sehingga ketika terjadi kemarau, areal pertanian masih tetap bisa ditanami.
"Sedangkan untuk solusi jangka pendek, ada penampungan air selama musim hujan dan digunakan pada musim kemarau. Selain itu, juga ada pompanisasi untuk kebutuhan pengairan pertanian," katanya.
Selain pengairan, TM Zulfikar mengatakan petani juga harus mampu beradaptasi dengan kondisi yang dipengaruhi perubahan iklim sekarang ini. Adaptasi tersebut di antaranya menanam tanaman pangan yang cocok saat musim kemarau maupun penghujan.
Dengan demikian, petani bisa mengurangi risiko gagal panen, sehingga ketahanan pangan tetap terjaga. Kondisi ini tentu juga didukung dengan penerapan teknologi tepat guna, kata TM Zulfikar.
"Ketahanan pangan inj menjadi isu penting yang harus menjadi perhatian serius pemerintah. Ketahanan pangan merupakan kondisi di mana kemampuan negara memenuhi pangan, baik secara kuantitas maupun kualitas," katanya.
TM Zulfikar menyebutkan perubahan iklim yang kini terjadi berdampak negatif pada sektor produksi dari ketahanan pangan. Seperti banyak sawah kekeringan yang menyebabkan kegagalan panen.
"Akibat kondisi ini, harga komoditas pertanian seperti beras cenderung naik serta ketahanan pangan menjadi berkurang. Dampak buruk ini bisa dicegah dengan memastikan sumber air di kawasan hutan tetap lestari," kata TM Zulfikar yang juga dosen Teknik Lingkungan Universitas Serambi Mekkah.
Baca juga: Nelayan di Aceh dapat pembekalan pengetahuan perubahan iklim dan EBT
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024