Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia menyebutkan produktivitas sawit di Provinsi Aceh turut berkontribusi mempengaruhi pasar dunia.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Prayudi Syamsuri di Aceh Timur, Jumat, mengatakan jika sawit Aceh mengalami gagal produksi, maka berimbas dan mempengaruhi pasar minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dunia.
"Aceh merupakan sentral produksi sawit, sehingga Indonesia bisa menjadi negara dengan produksi kelapa sawit terbesar di dunia," kata Prayudi Syamsuri.
Pernyataan tersebut disampaikan Prayudi Syamsuri pada kunjungan lapangan Komite Pengarah Inisiatif Nasional Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan dan Cerdas terhadap Iklim (NI-SCOPS) di Kabupaten Aceh Timur.
Ia menyebutkan produktivitas sawit di Aceh berkontribusi sebesar 3,36 persen terhadap luasan lahan dan 2,14 persen luasan kelapa sawit serta produksi CPO nasional.
Luas lahan sawit di Aceh mencapai 470.826 hektare dengan produksi CPO 966 ribu ton per tahun. Kabupaten Aceh Timur ada di peringkat kedua dengan luas 73 ribu hektare, di bawah Kabupaten Nagan Raya dengan luas 96 ribu hektare.
Oleh karena itu, kata Prayudi Syamsuri, pembangunan kelapa sawit berkelanjutan (KSB) menjadi pilar utama dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan di provinsi aceh.
Pemerintah Aceh juga telah mengeluarkan peta jalan KSB yang dimuat di berbagai dokumen perencanaan pembangunan seperti dalam dokumen Rencana Pertumbuhan Hijau 2020-2050 yang menjadi referensi pengembangan rencana pembangunan daerah.
Peta jalan KSB ini memberikan arahan dan strategi untuk mewujudkan kelapa sawit berkelanjutan, terutama untuk mencapai rantai pasok yang bebas deforestasi, konversi gambut, dan eksploitasi, kata Prayudi Syamsuri.
Prayudi Syamsuri mengatakan pengembangan KSB adalah proses integrasi mulai dari hulu, seperti perkebunan dan pengolahan pascapanen hingga hilir meliputi pengolahan produk turunan dan sampingan.
Pengembangan KSB tersebut harus memperhatikan aspek ekonomi dan sosial termasuk keseimbangan lingkungan secara seimbang, sehingga terwujud produktivitas sawit berkelanjutan sejalan dengan kelestarian ekosistem,
Sementara itu, Penjabat Bupati Aceh Timur Mahyuddin menyatakan pemerintah daerah mendukung pembangunan kelapa sawit berkelanjutan yang melibatkan berbagai pihak.
"Pembangunan kelapa sawit berkelanjutan ini, di samping peningkatan produksi, juga menjaga keberlanjutan lingkungan demi kehidupan yang lebih baik," kata Mahyuddin
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Prayudi Syamsuri di Aceh Timur, Jumat, mengatakan jika sawit Aceh mengalami gagal produksi, maka berimbas dan mempengaruhi pasar minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dunia.
"Aceh merupakan sentral produksi sawit, sehingga Indonesia bisa menjadi negara dengan produksi kelapa sawit terbesar di dunia," kata Prayudi Syamsuri.
Pernyataan tersebut disampaikan Prayudi Syamsuri pada kunjungan lapangan Komite Pengarah Inisiatif Nasional Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan dan Cerdas terhadap Iklim (NI-SCOPS) di Kabupaten Aceh Timur.
Ia menyebutkan produktivitas sawit di Aceh berkontribusi sebesar 3,36 persen terhadap luasan lahan dan 2,14 persen luasan kelapa sawit serta produksi CPO nasional.
Luas lahan sawit di Aceh mencapai 470.826 hektare dengan produksi CPO 966 ribu ton per tahun. Kabupaten Aceh Timur ada di peringkat kedua dengan luas 73 ribu hektare, di bawah Kabupaten Nagan Raya dengan luas 96 ribu hektare.
Oleh karena itu, kata Prayudi Syamsuri, pembangunan kelapa sawit berkelanjutan (KSB) menjadi pilar utama dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan di provinsi aceh.
Pemerintah Aceh juga telah mengeluarkan peta jalan KSB yang dimuat di berbagai dokumen perencanaan pembangunan seperti dalam dokumen Rencana Pertumbuhan Hijau 2020-2050 yang menjadi referensi pengembangan rencana pembangunan daerah.
Peta jalan KSB ini memberikan arahan dan strategi untuk mewujudkan kelapa sawit berkelanjutan, terutama untuk mencapai rantai pasok yang bebas deforestasi, konversi gambut, dan eksploitasi, kata Prayudi Syamsuri.
Prayudi Syamsuri mengatakan pengembangan KSB adalah proses integrasi mulai dari hulu, seperti perkebunan dan pengolahan pascapanen hingga hilir meliputi pengolahan produk turunan dan sampingan.
Pengembangan KSB tersebut harus memperhatikan aspek ekonomi dan sosial termasuk keseimbangan lingkungan secara seimbang, sehingga terwujud produktivitas sawit berkelanjutan sejalan dengan kelestarian ekosistem,
Sementara itu, Penjabat Bupati Aceh Timur Mahyuddin menyatakan pemerintah daerah mendukung pembangunan kelapa sawit berkelanjutan yang melibatkan berbagai pihak.
"Pembangunan kelapa sawit berkelanjutan ini, di samping peningkatan produksi, juga menjaga keberlanjutan lingkungan demi kehidupan yang lebih baik," kata Mahyuddin
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024