Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Aceh melakukan pembinaan mushaf Al Quran isyarat bagi disabilitas di provinsi berjulukan Tanah Rencong itu, dalam upaya memberi perhatian dan kepedulian yang sama bagi kelompok berkebutuhan khusus tersebut.
“Tentu ini sebagai bentuk perhatian dan kepedulian kepada mereka (disabilitas, red) semua, dan perlakuan yang sama terhadap disabilitas,” kata Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kemenag Aceh Khairul Azhar di Banda Aceh, Kamis.
Pembinaan pengguna mushaf Al Quran bagi kelompok disabilitas dilakukan Kemenag Aceh bekerjasama dengan Lajnah Pentashihan Al Quran Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI. Pihaknya juga sekaligus menyerahkan isyarat secara simbolis.
Ia menjelaskan bahwa setiap manusia harus mempelajari dan memaknai bacaan Al Quran. Namun selama ini, kitab suci di Indonesia hanya diperuntukkan bagi orang yang bisa mendengar saja, sedangkan bagi penyandang disabilitas sensorik rungu wicara (PDSRW) masih banyak mendapat hambatan dalam mempelajari Al Quran.
Di Aceh, lanjut dia, terdapat 1.920 orang penyandang disabilitas sensorik rungu wicara. Oleh karena itu, sangat diperlukan kehadiran pemerintah untuk memberi kemudahan bagi orang berkebutuhan khusus itu dalam mempelajari Al Quran.
“Sehingga dalam hal ini melalui Badan Litbang Kementerian Agama dan Lijnah Pentashihan Mushaf Al Quran telah berhasil menyusun mushaf Al Quran isyarat,” ujarnya.
Khairul menambahkan, pembinaan mushaf Al Quran isyarat bagi disabilitas perdana dilakukan di Aceh. Pihaknya sangat mengapresiasi atas terselenggara pembinaan yang diikuti sejumlah perwakilan dari unsur terkait di daerah-daerah Aceh.
Seperti sahabat tuli atau Gertakin Aceh, guru pendidikan agama Islam sekolah luar biasa (SLB), penyuluh pendidikan agama Islam atau guru Quran, pendamping atau juru bahasa isyarat serta berbagai unsur lainnya di Aceh.
“Kita sangat mengapresiasi kegiatan pembinaan ini diadakan pertama kali di Aceh dan akan diikuti daerah-daerah lainnya,” ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
“Tentu ini sebagai bentuk perhatian dan kepedulian kepada mereka (disabilitas, red) semua, dan perlakuan yang sama terhadap disabilitas,” kata Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kemenag Aceh Khairul Azhar di Banda Aceh, Kamis.
Pembinaan pengguna mushaf Al Quran bagi kelompok disabilitas dilakukan Kemenag Aceh bekerjasama dengan Lajnah Pentashihan Al Quran Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI. Pihaknya juga sekaligus menyerahkan isyarat secara simbolis.
Ia menjelaskan bahwa setiap manusia harus mempelajari dan memaknai bacaan Al Quran. Namun selama ini, kitab suci di Indonesia hanya diperuntukkan bagi orang yang bisa mendengar saja, sedangkan bagi penyandang disabilitas sensorik rungu wicara (PDSRW) masih banyak mendapat hambatan dalam mempelajari Al Quran.
Di Aceh, lanjut dia, terdapat 1.920 orang penyandang disabilitas sensorik rungu wicara. Oleh karena itu, sangat diperlukan kehadiran pemerintah untuk memberi kemudahan bagi orang berkebutuhan khusus itu dalam mempelajari Al Quran.
“Sehingga dalam hal ini melalui Badan Litbang Kementerian Agama dan Lijnah Pentashihan Mushaf Al Quran telah berhasil menyusun mushaf Al Quran isyarat,” ujarnya.
Khairul menambahkan, pembinaan mushaf Al Quran isyarat bagi disabilitas perdana dilakukan di Aceh. Pihaknya sangat mengapresiasi atas terselenggara pembinaan yang diikuti sejumlah perwakilan dari unsur terkait di daerah-daerah Aceh.
Seperti sahabat tuli atau Gertakin Aceh, guru pendidikan agama Islam sekolah luar biasa (SLB), penyuluh pendidikan agama Islam atau guru Quran, pendamping atau juru bahasa isyarat serta berbagai unsur lainnya di Aceh.
“Kita sangat mengapresiasi kegiatan pembinaan ini diadakan pertama kali di Aceh dan akan diikuti daerah-daerah lainnya,” ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024