Meulaboh (ANTARA Aceh) - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Abdullah Saleh minta adanya penguatan perpaduan lintas sektoral dalam penanganan konflik satwa gajah liar dengan manusia di provinsi itu.

"Penanganan konflik gajah dengan manusia tidak bisa sendiri-sendiri, BKSDA punya protap dan anggota di lapangan, kemudian dari pihak kehutanan dan kepala daerah juga harus benar-benar kolektif, melibatkan semua," katanya di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Sabtu.

Konflik satwa gajah liar sebagai hewan dilindungi Undang-Undang Republik Indonesia dengan masyarakat masih kerap terjadi di sebagian wilayah Aceh, kejadian berulang menandakan satwa berbelalai panjang itu masih produktif hidup di hutan.

Politisi Partai Aceh (PA) ini menyampaikan, sesekali kawanan gajah turun ke pemukiman penduduk dan merusak harta benda warga oleh satwa disebut "Tengku Rayeuk" di Aceh ini, persoalan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan konservasi kehidupan yang baik.

Abdullah Saleh menyebutkan, apabila di satu kawasan turun kerumunan gajah, maka cara alternatif yang dilakukan lintas sektoral selama ini dengan menghalaunya dengan upaya-upaya prosedur tetap (protap) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

"Selama ini kami melihat cara-cara penanganan apabila ada ngangguan gajah liar selalu dengan menghalau. Secara teknik. Keberadaan Conservation Respon Unit (CRS) di beberapa daerah sudah sangat membantu, tapi itu hanya untuk menengahi," sebutnya.

Lebih lanjut dikatakan, tidak mungkin dilakukan konservasi secara menyuluruh kawasan habitat satwa tersebut bisa diberikan, kecuali pada kawasan-kawasan tertentu yang masuk di wilayah hutan lindung dan tidak ada pemukiman.

Selama ini kerap ditemukan kawasan terjadi konflik satwa gajah sumatera karena merupakan jalur lintasan ataupun ada kegiatan lain yang membuat habitat satwa itu terganggu sehingga turun ke pemukiman penduduk dan terjadilah bermacam kerusakan.

Abdullah Saleh prihatin, disaatu sisi adanya kejadian-kejadian miris sampai kepada warga meningal karena satwa gajah, tidak jarang pula ditemukan gajah mati secara menggenaskan karena diduga diracun ataupun terkena perangkap.

"Tidak mungkin semua bisa dikonversi menjadi kawasan habitat satwa gajah, kecuali kawasan hutan lindung. Bukan hanya lintasan gajah yang butuh penangganan, tapi pemukiman masyarakat yang dekat dengan hutan," katanya menambahkan.

Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017