Sejumlah anak muda Aceh dari berbagai lintas komunitas menyerukan ikrar "Jaga Alam, Jaga Kita" dalam aksi memperingati hari Bumi di Simpang Lima, Banda Aceh.
"Jaga alam dan jaga kita ini diambil sebagai tema peringatan hari bumi, dan bentuk kesadaran kepada anak muda bahwa apa yang kita berikan untuk alam, pasti akan kita terima kembali," kata Aris Munandar, koordinator aksi, di Banda Aceh, Rabu.
Aris mengatakan dalam aksi ini mereka juga menyerukan tujuh janji anak muda untuk menjaga bumi di Aceh, di antaranya komitmen bertindak aktif memulihkan bumi dan melawan setiap kebijakan pemerintah yang merusak alam serta merugikan rakyat kecil.
Kemudian, mengingatkan pemerintah untuk melindungi bumi dari ancaman risiko bencana ekologis, krisis iklim, bersepakat membangun kekuatan kolektif memastikan tumbuhnya demokrasi, hingga terpenuhinya keadilan ekologis dan antargenerasi.
Selanjutnya, memastikan negara meninggalkan sistem pro kapitalisme dan beralih pada konsep ekonomi kerakyatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal serta hak asasi manusia.
"Kami orang muda Aceh juga akan mengawal pemerintah baik pusat maupun Aceh dalam menentukan kebijakan yang pro lingkungan hidup dan rakyat Aceh," ujarnya.
Ia mengatakan aksi ini juga sebagai kritikan terhadap tiga kebijakan dan sistem pemerintahan yang dijalankan di Aceh. Pertama, mereka menilai adanya kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat.
"Seperti UU IKN, UU CK, Kepmen ESDM Nomor 86 dan produk hukum lainnya yang bercorak kapitalis dan karpet merah untuk investasi ekstraktif, tidak hanya menguntungkan segelintir oligarki, tetapi juga merugikan rakyat dan lingkungan," katanya.
Selain itu, mereka juga mengkritik adanya upaya pemerintah oligarki yang akhirnya membuat orientasi pembangunan mengabaikan kepentingan ekologis.
"Kita juga menyoroti orientasi pembangunan yang mengabaikan kepentingan ekologi, tidak partisipatif, rakus ruang, tidak berkelanjutan, krisis informasi, dan merugikan ekonomi kerakyatan," ujarnya.
Tak hanya itu, para pemuda ini juga mengkritisi disparitas penegakan hukum terhadap pelaku perusak lingkungan.
Maka, dalam rangka menyelamatkan bumi, kata dia, anak muda Aceh mendesak seluruh elemen dapat menghentikan eksploitasi sumber daya alam yang mengakibatkan krisis iklim dan bencana ekologis yang dampaknya sudah dirasakan masyarakat.
"Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan oleh industri ekstraktif, didorong oleh kapitalisme yang tak terkendali, sebagai faktor utama terjadinya krisis iklim dan bencana ekologis yang kita alami hari ini," demikian Aris Munandar.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
"Jaga alam dan jaga kita ini diambil sebagai tema peringatan hari bumi, dan bentuk kesadaran kepada anak muda bahwa apa yang kita berikan untuk alam, pasti akan kita terima kembali," kata Aris Munandar, koordinator aksi, di Banda Aceh, Rabu.
Aris mengatakan dalam aksi ini mereka juga menyerukan tujuh janji anak muda untuk menjaga bumi di Aceh, di antaranya komitmen bertindak aktif memulihkan bumi dan melawan setiap kebijakan pemerintah yang merusak alam serta merugikan rakyat kecil.
Kemudian, mengingatkan pemerintah untuk melindungi bumi dari ancaman risiko bencana ekologis, krisis iklim, bersepakat membangun kekuatan kolektif memastikan tumbuhnya demokrasi, hingga terpenuhinya keadilan ekologis dan antargenerasi.
Selanjutnya, memastikan negara meninggalkan sistem pro kapitalisme dan beralih pada konsep ekonomi kerakyatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal serta hak asasi manusia.
"Kami orang muda Aceh juga akan mengawal pemerintah baik pusat maupun Aceh dalam menentukan kebijakan yang pro lingkungan hidup dan rakyat Aceh," ujarnya.
Ia mengatakan aksi ini juga sebagai kritikan terhadap tiga kebijakan dan sistem pemerintahan yang dijalankan di Aceh. Pertama, mereka menilai adanya kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat.
"Seperti UU IKN, UU CK, Kepmen ESDM Nomor 86 dan produk hukum lainnya yang bercorak kapitalis dan karpet merah untuk investasi ekstraktif, tidak hanya menguntungkan segelintir oligarki, tetapi juga merugikan rakyat dan lingkungan," katanya.
Selain itu, mereka juga mengkritik adanya upaya pemerintah oligarki yang akhirnya membuat orientasi pembangunan mengabaikan kepentingan ekologis.
"Kita juga menyoroti orientasi pembangunan yang mengabaikan kepentingan ekologi, tidak partisipatif, rakus ruang, tidak berkelanjutan, krisis informasi, dan merugikan ekonomi kerakyatan," ujarnya.
Tak hanya itu, para pemuda ini juga mengkritisi disparitas penegakan hukum terhadap pelaku perusak lingkungan.
Maka, dalam rangka menyelamatkan bumi, kata dia, anak muda Aceh mendesak seluruh elemen dapat menghentikan eksploitasi sumber daya alam yang mengakibatkan krisis iklim dan bencana ekologis yang dampaknya sudah dirasakan masyarakat.
"Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan oleh industri ekstraktif, didorong oleh kapitalisme yang tak terkendali, sebagai faktor utama terjadinya krisis iklim dan bencana ekologis yang kita alami hari ini," demikian Aris Munandar.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024