Hasil Supervisi Pemeriksaan dan Pemotongan Hewan Qurban (SPPHQ) oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala (USK) di 51 titik wilayah Kota Banda Aceh menyatakan, hewan kurban di kota tersebut sehat dan aman dikonsumsi.
"Dapat disimpulkan bahwa sapi kurban di Banda Aceh ini tergolong yang sehat," kata Ketua Panitia SPPHQ, Dani Solihin.di Banda Aceh, Selasa.
Dani mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan postmortem, hanya terdapat beberapa parasit yang ditemukan pada hewan ternak kurban di Banda Aceh, yakni parampis dan paramphistomum dengan jumlah tergolong normal.
"Parasit yang ditemukan tergolong ringan dan masih normal untuk dikonsumsi dengan catatan proses pemasakannya harus benar-benar matang hingga mendidih dengan suhu 100°C atau direbus dengan waktu lima menit," ujarnya.
Baca juga: Masjid Raya Baiturrahman bagikan ribuan kantong daging kurban
Dirinya menjelaskan, postmortem ini sendiri merupakan pemeriksaan kesehatan jeroan dan karkas setelah disembelih yang dilakukan oleh petugas pemeriksa berwenang.
Kata dia, parasit pada ternak dapat muncul karena faktor makanan, obat-obatan,lingkungan, dan juga ada kemungkinan disebabkan ternak sudah terjangkit penyakit.
Parasit, normalnya ditemukan dalam saluran pencernaan ternak karena adanya proses fermentasinya di lambungnya, tetapi jumlahnya juga tidak boleh terlalu banyak.
"Kalau di situ tidak terlalu banyak masih normal. Biasanya tidak normal kalau ditemukan berada di hati, dan tidak bisa dikonsumsi lagi," ujarnya.
Dani menuturkan, kegiatan supervisi hewan kurban ini merupakan aktivitas rutin Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Himpunan Hewan Besar dan Ruminansia (Himpersia) USK sebagai bentuk bakti sosial mahasiswa kepada masyarakat.
"Tujuannya bakti sosial agar bisa terjun langsung memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kesehatan pangan. Karena biasanya masyarakat masih awam mengenai kesehatan sapi, anggapannya yang penting bisa dimakan saja, sudah boleh," katanya.
Baca juga: Selebgram Aceh sumbang sapi kurban 1,2 ton untuk warga Kota Banda Aceh
Kegiatan SPHQ ini, lanjut dia, melibatkan lebih kurang 600 orang dari Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Aceh, Mahasiswa FKH USK, dan Dinas Peternakan Aceh.
Sementara itu, Dosen Pendamping SPHQ, Ali Makmur menyampaikan, selain meninjau organ, pihaknya juga menilai cara pemotongan hewan kurban, dan ternyata sudah memenuhi standar.
"Cara pemotongan sudah memenuhi standar Islam, mulai dari ketajaman pisau dan menghadap kiblat, hanya saja kebersihan masih kurang, seharusnya setiap desa ada RPH untuk menjaga kebersihan supaya tidak berceceran bangkai darah," demikian Ali Makmur.
Baca juga: Permintaan daging kurban tinggi, Masjid Raya Banda Aceh butuh sumbangan sapi
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
"Dapat disimpulkan bahwa sapi kurban di Banda Aceh ini tergolong yang sehat," kata Ketua Panitia SPPHQ, Dani Solihin.di Banda Aceh, Selasa.
Dani mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan postmortem, hanya terdapat beberapa parasit yang ditemukan pada hewan ternak kurban di Banda Aceh, yakni parampis dan paramphistomum dengan jumlah tergolong normal.
"Parasit yang ditemukan tergolong ringan dan masih normal untuk dikonsumsi dengan catatan proses pemasakannya harus benar-benar matang hingga mendidih dengan suhu 100°C atau direbus dengan waktu lima menit," ujarnya.
Baca juga: Masjid Raya Baiturrahman bagikan ribuan kantong daging kurban
Dirinya menjelaskan, postmortem ini sendiri merupakan pemeriksaan kesehatan jeroan dan karkas setelah disembelih yang dilakukan oleh petugas pemeriksa berwenang.
Kata dia, parasit pada ternak dapat muncul karena faktor makanan, obat-obatan,lingkungan, dan juga ada kemungkinan disebabkan ternak sudah terjangkit penyakit.
Parasit, normalnya ditemukan dalam saluran pencernaan ternak karena adanya proses fermentasinya di lambungnya, tetapi jumlahnya juga tidak boleh terlalu banyak.
"Kalau di situ tidak terlalu banyak masih normal. Biasanya tidak normal kalau ditemukan berada di hati, dan tidak bisa dikonsumsi lagi," ujarnya.
Dani menuturkan, kegiatan supervisi hewan kurban ini merupakan aktivitas rutin Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Himpunan Hewan Besar dan Ruminansia (Himpersia) USK sebagai bentuk bakti sosial mahasiswa kepada masyarakat.
"Tujuannya bakti sosial agar bisa terjun langsung memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kesehatan pangan. Karena biasanya masyarakat masih awam mengenai kesehatan sapi, anggapannya yang penting bisa dimakan saja, sudah boleh," katanya.
Baca juga: Selebgram Aceh sumbang sapi kurban 1,2 ton untuk warga Kota Banda Aceh
Kegiatan SPHQ ini, lanjut dia, melibatkan lebih kurang 600 orang dari Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Aceh, Mahasiswa FKH USK, dan Dinas Peternakan Aceh.
Sementara itu, Dosen Pendamping SPHQ, Ali Makmur menyampaikan, selain meninjau organ, pihaknya juga menilai cara pemotongan hewan kurban, dan ternyata sudah memenuhi standar.
"Cara pemotongan sudah memenuhi standar Islam, mulai dari ketajaman pisau dan menghadap kiblat, hanya saja kebersihan masih kurang, seharusnya setiap desa ada RPH untuk menjaga kebersihan supaya tidak berceceran bangkai darah," demikian Ali Makmur.
Baca juga: Permintaan daging kurban tinggi, Masjid Raya Banda Aceh butuh sumbangan sapi
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024