Meulaboh (ANTARA Aceh) - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh mencatat realisasi produktivitas tanaman padi tahun ini 132.000 ton atau berkurang 3.000 ton dari target semula 135.000 karena petani bermasalah pada musim kemarau.

"Kondisi ini akibat petani terkendala pada musim tanam gadu, terutama yang sawah tadah hujan, terjadi kemarau panjang, ada lahan sawah gagal panen,"kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh Barat, Safrizal di Meulaboh, Rabu.

Dihitung selama dua Indek Pertanian (IP) atau dua musim tanam yakni rendengan dan gadu tahun 2017, hanya tercapai luas tanam 27.000 hektare, 17.000 hektare pada musim tanam rendengan dan 10.000 hektare pada musim gadu belum lama ini.

Safrizal menyampaikan, banyak faktor yang menyebabkan kondisi stabilitas produksi pangan di Aceh Barat, salah satunya adalah banyak area sawah tidak dikelola petani pada musim tanam gadu, karena petani daerah setempat terbatas sumber air.

Bahkan ada petani yang sudah menanam bibit, kemudian tidak dapat digunakan karena lahan sawah sudah mengering, kalaupun ada petani yang selamat dimusim panceklik itu, akhirnya juga mengalami gagal panen dan kualitas gabah menurun saat panen.

Kalau tidak ada bencana kemarau, mungkin hasil panen tahun ini bisa melampoi target, ketika ini terjadi menjadi permasalahan nasional. Saya pikir kondisi ini bukan hanya di Aceh Barat, hampir semua daerah lain juga mengalami hal serupa,ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan, pihak mencatat ada sekitar 3.600 hekater lahan sawah petani yang terlantar akibat krisis air, walaupun ada upaya penyediaan infrastruktur sumber air pertanian, akan tetapi waktu itu belum semua terlaksana disaat petani dalam kesulitan.

Safrizal, menyampaikan, terkait dengan bantuan bibit yang telah disalurkan selama 2017 adalah seluas 1.500 hektare, terbagi di 12 kecamatan, kemudian untuk 2018 mendatang dipastikan jumlah bantuan bibit akan lebih banyak ketimbang tahun 2017 berjalan ini.

Penambahan bantuan bibit itu untuk mendukung program kerja tahun mendatang, Aceh Barat masih berfokus pada pencapaian target swasembada pangan nasional, khusus untuk tanaman padi masih dengan target yang sama sebesar 135.000 ton/tahun.

Informasi yang kita peroleh dari pihak Kementerian Pertanian di Jakarta, bahwa untuk tahun depan atau tahun 2018, untuk jumlah bantuan bibit akan ada penambahan, disesuaikan untuk kebutuhan petani di Aceh Barat.

Kementrian terkait saat ini terus mengelontarkan bantuan untuk infrastruktur pertanian, seperti penuntan proyek strategis nasional Irigasi Lhok Guci, termasuk penyediaan sumber air melalui pembangunan sumur bor serta bantuan alsintan ke Aceh Barat.

Musim paceklik yang telah berlalu masih membuat petani daerah setempat khawatir, sebab yang sudah terjadi petani sangat kesulitan mendapatkan sumber air, kondisi demikian terjadi dua kali musim tanam selama 2017.

Malahan ada petani tidak turun sawah setelah membaca kondisi cuaca, ada juga yang nekad membajak sawah, namun setelah ditanam akhirnya padi tumbuh dengan kondisi kritis bersama ilalang, hasil akhir petani tidak lagi memanen padi di lahan kering itu.

Kondisi tersebut terjadi seperti di sebagian area pesawahan Desa Pasie Jambu, Kecamatan Kaway XVI, Desa Blang Beurandang, Kecamatan Johan Pahlawan, bahkan juga hampir separuh area sawah di wilayah pedalaman lain yang jauh dari sumber air.

Petani putus asa karena tidak tersedia sumber air, walaupun ada alat sistem pertanian (alsintan) seperti pompanisasi yang disediakan pihak terkait, namun sama saja karena tidak bisa digunakan sebab masalahnya adalah tidak tersedia sumber air.

"Musim gadu, saya tidak sempat panen sedikitpun, semua padi yang sudah masuk usia panen dibajak bersama tanah, kebutulan pas saat itukan sudah musim hujan. Saat ini kami lagi tabur benih untuk selanjutnya tanam serentak,"kata Januar, petani Desa Pasi Jambu.

Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017