Blangpidie (Antaranews Aceh) - Para nelayan tradisional kecil mengeluh karena kehidupan ekonomi mereka semakin melarat sebagai dampak rusaknya terumbu karang di alam bawah laut Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), yang berakibat menurunnya hasil tangkapan ikan.
Darwis Ibrahim, salah seorang nelayan di Pusat Pelelangan Ikan (PPI), Ujong Serangga, Kecamatan Susoh, Selasa mengatakan, nelayan kecil berperahu mesin robin terpaksa tiap hari harus berlayar hingga mencapai 10 mil demi untuk mendapatkan ikan di laut.
"Kalau dekat-dekat sini nelayan tidak mendapatkan ikan lagi. Sekarang ikan sudah berkurang dekat pantai. Penyebabnya terumbu karang sudah banyak yang rusak akibat maraknya aktifitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan Thailand 20 tahun silam," ungkapnya.
Ia menyatakan, 20 tahun lalu, aktifitas penangkapan ikan dengan menggunakan bom cukup marak terjadi di perairan laut Abdya. Pelakunya rata-rata nelayan yang berasal dari luar negeri yang sengaja mencuri ikan dengan cara merusak terumbu karang di alam bawah laut.
Baca juga: Nelayan Abdya keluhkan harga es balok mahal
Rusaknya terumbu karang di alam bawah laut Abdya bukan saja disebabkan oleh orang asing, tetapi juga ulah masyarakat sendiri yang menangkap ikan dengan menggunakan traw (pukat harimau), termasuk para penyelam yang menangkap udang lobster dengan kimia potasium.
"Potasium itu dipergunakan oleh penyelam untuk disemprotkan ke dalam terumbu karang agar udang lobster keluar. Jadi, lama-kelamaan terumbu karang menjadi rapuh dan rusak. Itu belum lagi yang dipijak-pijak oleh penyelam," tuturnya.
Kata dia, aktifitas penyelam mencari udang lobster dengan menggunakan obat potasium sampai saat ini masih berlangsung di laut Abdya. Mereka ada yang pendatang dari luar daerah dan ada juga masyarakat Kabupaten Abdya sendiri.
"Jadi, itulah penyebab keberadaan ikan sudah berkurang di kawasan laut yang dekat daratan. Ibarat rumah kita, jika sudah rusak tentu kita akan pindah ke tempat lain. Begitu juga ikan, jika rumah-rumahnya sudah dirusak tentu ikan-ikan itu pindah ke lautan lepas," ungkapnya.
Baca juga: Nelayan Abdya terima bantuan kapal
Ia berkata, sejak maraknya aksi tersebut, sejumlah jenis ikan yang hidupnya di karang-karang seperti ikan janang sudah mulai hilang di laut Abdya. Ikan berwarna merah dipenuhi bintik-bintik biru itu menjadi langka dipastikan akibat rusaknya terumbu karang.
"Sebelum Aceh dilanda konflik, laut Abdya seringkali masuk nelayan Thailand, mereka dulu merajalela di sini. Sekarang saja mereka tidak berani masuk lagi karena sudah ada pos TNI AL di Ujong Serangga," tutur warga Susoh itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
Darwis Ibrahim, salah seorang nelayan di Pusat Pelelangan Ikan (PPI), Ujong Serangga, Kecamatan Susoh, Selasa mengatakan, nelayan kecil berperahu mesin robin terpaksa tiap hari harus berlayar hingga mencapai 10 mil demi untuk mendapatkan ikan di laut.
"Kalau dekat-dekat sini nelayan tidak mendapatkan ikan lagi. Sekarang ikan sudah berkurang dekat pantai. Penyebabnya terumbu karang sudah banyak yang rusak akibat maraknya aktifitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan Thailand 20 tahun silam," ungkapnya.
Ia menyatakan, 20 tahun lalu, aktifitas penangkapan ikan dengan menggunakan bom cukup marak terjadi di perairan laut Abdya. Pelakunya rata-rata nelayan yang berasal dari luar negeri yang sengaja mencuri ikan dengan cara merusak terumbu karang di alam bawah laut.
Baca juga: Nelayan Abdya keluhkan harga es balok mahal
Rusaknya terumbu karang di alam bawah laut Abdya bukan saja disebabkan oleh orang asing, tetapi juga ulah masyarakat sendiri yang menangkap ikan dengan menggunakan traw (pukat harimau), termasuk para penyelam yang menangkap udang lobster dengan kimia potasium.
"Potasium itu dipergunakan oleh penyelam untuk disemprotkan ke dalam terumbu karang agar udang lobster keluar. Jadi, lama-kelamaan terumbu karang menjadi rapuh dan rusak. Itu belum lagi yang dipijak-pijak oleh penyelam," tuturnya.
Kata dia, aktifitas penyelam mencari udang lobster dengan menggunakan obat potasium sampai saat ini masih berlangsung di laut Abdya. Mereka ada yang pendatang dari luar daerah dan ada juga masyarakat Kabupaten Abdya sendiri.
"Jadi, itulah penyebab keberadaan ikan sudah berkurang di kawasan laut yang dekat daratan. Ibarat rumah kita, jika sudah rusak tentu kita akan pindah ke tempat lain. Begitu juga ikan, jika rumah-rumahnya sudah dirusak tentu ikan-ikan itu pindah ke lautan lepas," ungkapnya.
Baca juga: Nelayan Abdya terima bantuan kapal
Ia berkata, sejak maraknya aksi tersebut, sejumlah jenis ikan yang hidupnya di karang-karang seperti ikan janang sudah mulai hilang di laut Abdya. Ikan berwarna merah dipenuhi bintik-bintik biru itu menjadi langka dipastikan akibat rusaknya terumbu karang.
"Sebelum Aceh dilanda konflik, laut Abdya seringkali masuk nelayan Thailand, mereka dulu merajalela di sini. Sekarang saja mereka tidak berani masuk lagi karena sudah ada pos TNI AL di Ujong Serangga," tutur warga Susoh itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018