Meulaboh (Antaranews Aceh) - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh menargetkan produktivitas perikanan di daerah setempat tercapai hingga 22 ribu ton sampai akhir 2018 sesuai dengan ketersediaan potensi sumber daya alamnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Barat, Muhammad Ikbal, di Meulaboh, Senin, mengatakan, dengan meningkatnya produksi perikanan tentunya akan menambah kesejahteraan nelayan dengan bertambahnya pendapatan dari penghasilannya.

"Target hingga akhir 2018 kita harapkan bisa tercapai 20 ribu ton hingga 22 ribu ton, baik dari produksi perikanan tangkap, budidaya maupun perairan umum. Alhamdulillah pada 2017 lalu target produksi perikanan Aceh Barat tercapai," sebutnya.

Ia menjelaskan, pada tahun 2017 lalu, realisasi produksi perikanan Aceh Barat mencapai 19 ribu ton lebih, potensi sumber daya alam perikanan tangkap, perairan umum maupun perikanan budidaya yang tersedia di Aceh Barat berkisar 21 ribu ton/ tahun.

Ikbal, menyampaikan, terjadinya peningkatan produksi perikanan di daerah setempat tidak terlepas dari mudahnya aktivitas nelayan serta adanya bantuan sarana prasarana (sapras) dari pemerintah untuk membantu efektivitas nelayan.

Terutama adanya penambahan armada perikanan tangkap, baik milik para pengusaha (toke), maupun pribadi nelayan, kemudian ditambah lagi adanya bantuan alat penangkapan ikan (API) serta armada kecil untuk nelayan perairan umum.

"Sebagai contoh, nelayan peraian umum pada tahun lalu (2017) mendapatkan 40 unit armada perahu mesin robin. Itu merupakan salah satu yang bisa membuat peningkatan produksi dari nelayan perairan umum," katanya.

Lebih lanjut disampaikan, bantuan yang telah bergulir selama ini kepada nelayan dengan sumber dana APBN, APB Aceh maupun APBK, semua sapras yang saat ini digunakan oleh nelayan hendaknya dapat dimanfaatkan dengan baik untuk mencari nafkah.

Pada kesempatan tersebut, Ikbal, menjelaskan terkait keluhan nelayan mengenai tidak cukupnya tersedia bahan bakar minyak (BBM) Subsidi jenis solar pada Stasiun Packet Dialer Nelayan (SPDN) maupun pada stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).

Menurut dia, kondisi tersebut disebabkan oleh penumpukan permintaan nelayan pada satu lokasi pengisian, sehingga ketersediaan stok kadang habis, namun mengenai kuota yang diberikan untuk nelayan hingga kini belum berkurang dan diperkirakan tercukupi.

"Kadang nelayan bongkar muat yang harusnya beli BBM di tempat lain, menumpuk di SPDN Padang Seurahet. Jadi memang suli diprediksi kadang memang cepat habis. Tapi kalau kuota BBM untuk nelayan Aceh Barat masih tercukupi," pungkasnya.Budi Suyanto
 

Pewarta: Anwar

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018