Langsa (Antaranews Aceh) - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Asrizal H Asnawi mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif ditengah masyarakat propinsi paling barat nusantara tersebut.

"Kita mengapresiasi pegiat usaha kreatif yang terus melakukan produksi usahanya. Ini merupakan bagian penguatan ekonomi mikro kita," sebut Asrizal ketika dihubungi dari Langsa, Jumat.

Ia menilai, pertumbuhan ekonomi kreatif di Aceh, cukup menjanjikan. Hanya saya butuh keuleten dan pola pemasaran yang baik.

Karenanya, Asrizal mengaku acap mengunjungi beragam usaha kreatif berbasis home industri tatkala berkunjung ke daerah pemilihannya di Kota Langsa dan Aceh Tamiang (Dapil Aceh 7).

Hal itu dilakukannya agar bisa melihat langsung proses produksi usaha tersebut dan menyerap kendala yang dihadapi pelaku usaha sehingga bisa dicarikan solusinya melalui kebijakan pemerintah.

"Kita berkunjung, melihat proses usahanya, menggali kendala dan beruapa mencari solusi melalui kebijakan yang pro rakyat," kata dia.

Asrizal menyebutkan, beberapa usaha kreatif yang sempat dikunjunginya  di Kota Langsa seperti kerajinan bordir di Seulalah, pengrajin keripik singkong di Karang Anyer.

Kemudian, pembuatan souvenir khas Aceh Tamiang yakni Tumbak Lada di Kampung (desa) Durian Kecamatan Rantau dan usaha siung wangi (bawang goreng) milik Husni Arifin di Kampung Benua Raja, Rantau.

Politisi PAN tersebut mengaku terkesan dengan kegigihan pelaku usaha kreatif dalam mengembangkan usahanya. Terlebih, usaha dimaksud mampu menciptakan lapangan kerja bagi warga sekitar.

"Saya terkesan dengan mereka semua. Sebagai wakil rakyat, saya mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif ini," imbuh Asrizal H Asnawi.

Sementara, Husni Arifin pemilik usaha Siung Wangi di Kampung Durian Kecamatan Rantau, Aceh Tamiang, mengaku memulai usaha ditahun 2014.

Dijelaskan Husni, dalam satu kilogram bawang segar bisa menghasilkan 300 gram bawang goreng renyah yang tidak lagi mengandung minyak.

Perbulannya, Husni mengatakan bisa memproduksi 200 kilogram bawang goreng siap edar dalam beberapa ukuran dan kemasan.

"Sebulan bisa 600 Kg bawang segar diproduksi menjadi 200 Kg bawang goreng siap edar ke sejumlah pasar tradisional di Aceh Tamiang," akunya.

Ia menambahkan, harga jual siung wangi (bawang goreng) tergantung ukuran kemasannya. Untuk kemasan 400 miligram Rp7 ribu, kemasan 250 gram Rp38 ribu dan 500 gram Rp78.000.

"Harganya bervariasi sesuai ukuran kemasan. Untuk bawang yang digunakan adalah jenis bawang bangkok karena rendah kadar airnya," jelas Husni Arifin.
 

Pewarta: Putra Zulfirman

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018