Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, sejumlah daerah di bagian Barat-Selatan di Aceh berpotensi hujan sepanjang pekan ini.

"Waspadai hujan intensitas sedang dan lebat, disertai angin kencang dan petir di wilayah Barat-Selatan," ucap Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Blang Bintang, Aceh, Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Selasa.

Ia melanjutkan, potensi hujan terjadi akibat udara bertekanan rendah dari Samudra Hindia masih terkosentrasi sejumlah daerah di wilayah tersebut.

Kondisi ini kembali memicu gangguan cuaca terutama di sebagian besar wilayah Barat-Selatan di provinsi bagian paling ujung Sumatera ini.

Seperti diketahui, Barat-Selatan di Aceh merupakan daerah non zoom atau tidak mengenal musim baik musim kemarau dan musim hujan.

"Seperti Aceh Singkil, Subulussalam, Pulau Banyak, Tapaktuan, dan sekitarnya. Kita minta untuk meningkatakan kewaspadaan, akibat yang ditimbulkan dari hujan ini," terang dia.

Ia mengatakan, secara umum peluang hujan cukup besar terjadi di Aceh pekan ini. Tetapi, hujan yang turun tersebut dengan intensitas ringan, baik di Aceh wilayah Utara, dan Aceh wilayah Timur.

"Kecuali Aceh wilayah Tengah, yakni Takengon, Simpang Tiga, Blangkejeren, dan Kutacane cuaca pekan ini agak labil akibat berbatasan dengan bagian Barat-Selatan Aceh," tutur Zakaria.

Humas BMKG, Hary T Djatmiko bulan lalu menyebut, awal musim kemarau dimulai April 2018, dan terjadi di sebagian wilayah. Daerah pertama memasuki musim kemarau, yakni Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali.

Puncak musim kemarau diperkirakan berlangsung di Agustus dan September 2018. Terjadinya musim kemarau tidak merata di semua wilayah, dan akan terus meluas hingga Oktober 2018.

Saat awal musim kemarau, curah hujan mencapai 150 milimeter per bulan dan terus mengalami penurunan, seiring terjadinya puncak musim kemarau.

Pada puncak musim kemarau yang terjadi di Agustus -September, curah hujan berkisar antara 20-0 milimeter per bulan atau sama sekali tidak ada hujan.

Namun menurut BMKG, kemarau di tahun ini diprakirakan tidak separah musim kemarau pada 2015 akibat di pertengahan 2018 iklim di Indonesia masih dipengaruhi La Nina lemah.

Sehingga kemarau tahun ini berimplikasi positif pada tanaman palawija, dan tanaman semusim yang tidak teralu memerlukan banyak air, katanya.
 

Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018