Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Nilai ekspor kopi, komoditas yang ditanami oleh mayoritas Suku Gayo di daerah dataran tinggi di Aceh, mengalonjak drastis 506,37 persen pada Mei 2018.

"Tercatat dari 2,31 juta dolar AS pada April 2018, menjadi 14,05 juta dolar AS di Mei tahun ini," ucap Kepala Badan Pusat Statistik Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Rabu.

Ia mengatakan, nilai tersebut merupakan transaksi dari satu komoditas non minyak dan gas bumi (migas) dari total lebih sepuluh komoditas diekspor melalui pelabuhan lain di luar Aceh.

Kopi yang diekspor adalah jenis arabika dan robusta masih dalam kondisi belum dipanggang, dan tidak dihilangkan kadar kafein demi mendapatkan kenikmatan rasa bagi pecinta kopi di dunia.

Pengiriman juga dilakukan melalui Pelabuhan Belawan di Medan, Sumatera Utara (Sumut), Bandara Kuala Namu, Deli Serdang, Sumut, dan Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta.

"Nilainya ekspor kopi melaui Pelabuhan Belawan saja, tercatat 14,03 juta dolar AS. Kopi arabika dan robusta ini menuju beberapa negara, dan terbesar ke Amerika Serikat," terangnya.

Ia membandingkan, nilai ekspor total komoditas non migas melalui tiga pelabuhan aktif di Aceh, yakni Bandara Sultan Iskandar Muda di Aceh Besar, Pelabuhan Krueng Geukuh di Aceh Utara, dan Pelabuhan Meulaboh, Aceh Barat.

"Nilai ekspor di tiga pelabuhan itu, cuma tercatat 10,37 juta dolar AS selama Mei. Dan ekspor kopi berada di luar urutan lima besar kelompok komoditas non migas," tutur Wahyudin.

Kepala Bagian Humas Setdakab Aceh Tengah, Mustafa Kamal sebelumnya mengatakan, kopi jenis arabika Gayo telah diekspor ke-17 negara dengan importir terbesar Amerika Serikat.

"Hingga kini, ekspor terbesar kopi kita masih ke Amerika. Secara bertahap, mulai ekspor ke negara-negara di Eropa dan Asia Pasifik," katanya.
 

Pewarta: Muhammad Said

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018