Redelong (Antaranews Aceh) - Conservation Respon Unit (CRU) DAS Peusangan bersama Komunitas Sahabat Gajah Sumatera memperingati Hari Gajah Sedunia dengan menggelar sejumlah kegiatan di komplek CRU Peusangan di Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, bertepatan dengan World Elephant Day pada Minggu 12 Agustus 2018.

Ketua panitia, Muhammad Agung, kepada wartawan menuturkan pihaknya dari Komunitas Sahabat Gajah Sumatera, KomaTiga, dan HPI, bersama pihak CRU Peusangan juga melakukan camping bersama di lokasi CRU sejak Sabtu dalam serangkaian acara peringatan World Elephant Day.

Sejumlah kegiatan lainnya yang dilakukan, kata Agung, diantaranya adalah penanaman tumbuhan yang tidak disukai gajah, sebagai solusi menghindari ketertarikan gajah liar memasuki pemukiman warga.

"Jadi teman-teman Sahabat Gajah Sumatera punya inisiatif bagaimana kalau misalnya tanpa harus menggiring gajah ataupun melakukan hal lain. Jadi kami punya satu ide kecil bagaimana kalau misalnya kita tanam tumbuhan yang tidak disukai gajah," kata Agung.

Menurutnya, selama ini yang menjadi ketertarikan kawanan gajah liar memasuki perkebunan warga salah satunya adalah karena adanya tumbuhan yang disukai seperti tanaman sawit.

Karena itu, kata Agung, hendaknya masyarakat yang berada di kawasan berpotensi konflik dengan gajah liar disarankan mulai beralih kepada tanaman yang tidak disukai gajah untuk dijadikan tanaman perkebunan.

"Itu ada beberapa jenis, percobaan awal kita coba tanam lemon. Tapi sebenarnya masyarakat juga sudah tanam tumbuhan seperti sere wangi dan jeruk manis yang merupakan tumbuhan tidak disukai gajah," sebut Agung.

Lanjutnya, inti dari kegiatan peringatan World Elephant Day yang digelar adalah untuk mengurangi potensi konflik gajah liar dengan masyarakat, khususnya di Kabupaten Bener Meriah.

"Sebenarnya kita sedikit menyinggung tentang mitigasi konflik gajah liar. Mungkin kita terlalu sering mendengar adanya konflik gajah liar masuk ke perkebunan warga," tuturnya.

Sementara Leader CRU DAS Peusangan, Syahrul Rizal, mengatakan bahwa konflik gajah liar dengan masyarakat adalah malasah bersama semua pihak yang harus dipecahkan bersama.

Menurut Rizal, penanganan konflik gajah liar harus dilakukan secara komprehensif, karena itu sangat dibutuhkan peran dari semua pihak.

"Kalau konflik ini hanya milik Dinas Kehutanan atau BKSDA saja memikirkannya itu gak akan selesai. Jadi banyak multi pihak, semua instansi harus sama-sama sebenarnya memikirkan bagaimana penanganan konflik gajah ini yang komprehensif," tutur Syahrul Rizal.
 

Pewarta: Kurnia Muhadi

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018