Meulaboh (Antaranews Aceh) - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divisi Regional Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh tidak menyalurkan beras tanggap darurat selama bencana alam banjir melanda wilayah kerjanya.

"Kita tidak menyalurkan untuk satu daerah pun, karena kita mengacu pada permintaan, kalau diminta kita salurkan, namun secara aturan untuk cadangan memang tersedia," kata Kepala Perum Bulog Subdivre Meulaboh, Ade Mulyani, di Meulaboh, Senin.

Wilayah kerjanya mencakupi empat kabupaten, yakni Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya hingga Kabupaten Simeulue, keempat daerah itu sempat dikepung banjir dalam dua pekan lalu hingga membuat warga mengungsi dan terkurung banjir.

Ade Mulyani telah menyiapkan beras untuk cadangan kebencanaan untuk setiap daerah yang membutuhkan 100 ton per tahun, namun seiring banjir luapan sungai surut sejak dua hari terakhir tidak satu pun daerah mengajukan permintaan.

Ia berkata biasanya permintaan penyaluran beras tanggap darurat kebencanaan seperti yang sudah-sudah, ada yang melakukannya setelah bencana atau dalam penanganan tanggap darurat sehingga pihaknya tetap menerima apabila masih ada pengajuan dari pemerintah daerah.

"Kita ingin pertegas, bahwa beras cadangan pemerintah di Perum Bulog itu ada dan kami siap kapanpun dimintakan, kalau pun hari libur tetap dilakukan dan administrasinya bisa menyusul karena bersifat kebencanaan,"imbuhnya.

Lebih lanjut disampaikan, banjir yang terjadi sejak pekan kedua bulan Oktober 2018 yang sudah berlalu, tetap saja berpengaruh pada kerja Perum Bulog Meulaboh, terutama dalam proses distribusi bantuan sosial beras sejahtera (bansos rastra) untuk wilayah kerjanya.

Namun, seiring banjir surut kegiatan penyaluran itu segera dilanjutkan, terutama untuk peneriman manfaat di wilayah Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Jaya, karena kegiatan itu harus dilakukan walau pun terhambat oleh bencana.

Terkait dengan dampak banjir terhadap serapan beras untuk Perum Bulog kata Ade, tidak berdampak apapun, apalagi pihaknya hingga selesai musim panen gadu yang telah usai belum membeli gabah atau beras petani karena harganya cukup tinggi.

"Kondisi panen gadu kita belum ada penyerapan, karena kondisi harga jauh dari harga ditetapkan pemerintah dan panen pun tidak merata apalagi pedangang pengumpul banyak antrian langsung ke petani sehingga harganya terjadi malah di atas," pungkasnya.

Pewarta: Anwar

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018