Meulaboh (Antaranews Aceh) - Ratusan warga di Desa Alue Keumang dan Desa Babah Lhueng, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh masih terisolasi akibat putusnya jembatan penghubung akibat terjangan arus sungai.
Kepala Desa Alue Keumang, Zulkifli ditemui di lokasi, Kamis mengatakan, jembatan tersebut selama ini menjadi tumpuan warga menuju ke pusat kecamatan hingga ke Kota Meulaboh, Ibu kota Kabupaten Aceh Barat.
"Sejak kejadian, kami sudah sulit ke luar, untuk membeli kebutuhan warga harus berputar melewati satu desa lain dengan jarak tempuh lebih 5 kilometer. Yang sangat berdampak anak-anak sekolah," katanya.
Jembatan penghubung dari Desa Menuang Kinco tujuan Desa Alue Keumang di Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat rubuh dan ambruk terseret derasnya arus Krueng/ Sungai Meureubo, pada Selasa (11/12) malam.
Saat peristiwa itu aliran listrik ikut padam karena kabel dan tiang PLN terpasang di jembatan gantung tersebut ikut terseret ke sungai, sehingga sudah dua malam terakhir warga terpaksa tinggal dalam gelap gulita dan aktivitas kantor desa lumpuh.
Zulkifli, mengatakan, erosi sungai yang tidak mampu tertanggani sudah sangat berisiko bagi kehidupan masyarakat sekitar, bahkan sudah lebih 1 hektare tanah, kebun dan sawah sudah menjadi sungai karena tergerus secara perlahan.
"Di sini ada dua unit rumah sudah dibongkar sebab sudah sangat dekat dengan sungai, ?ini ada satu lagi rumah juga akan dibongkar. Warga sudah takut sehingga rumahnya sudah ditingal, korban jiwa belum ada," sebutnya.
Zukkifli, menuturkan, warga setempat berharap segera dibangun jembatan penghubung untuk memperlancar aktivitas warga, terlebih lagi banyak anak - anak sekolah SMP - SMA sederajat harus ke luar untuk bersekolah.
Jembatan diharapkan warga hendaknya dengan kontruksi lebih bagus dan luas sehingga bisa masuk kendaraan roda empat ke desa mereka, sebab jembatan gantung yang telah ambruk tersebut hanya bisa dilintasi roda dua.
Sabitah (42) warga setempat menuturkan, saat peristiwa itu dirinya terkaget dan mendadak lari ke luar rumah karena mendengar suara letusan ambruknya abutmen jembatan yang hanya terpaut sekitar 50 meter dari rumahnya.
"Sudah dua malam tinggal dalam gelap, kalau masak pakai kayu bakar. Yang sangat sulit anak - anak kami tidak bisa sekolah, kalau mau pergi lewati jalan setapak berputar pasti terlambat. Guru tidak bisa datang ke SD di sini," sebutnya.
Lokasi itu berjarak sekitar 45 kilometer dari Kota Meulaboh, harus melewati beberapa desa hingga menyeberang sungai melalui bendungan induk Irigasi Lhok Guci, perkampungan warga setempat juga tidak terlalu jauh dari bendungan itu.
Jembatan yang ambruk itu dibangun pada 2015 menghubungkan dua desa dengan jumlah penduduk yang terisolasi 120 kepala keluarga (KK) dengan 575 jiwa, pihak PT PLN tengah berupaya menyambung kabel jaringan listrik yang telah terputus itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
Kepala Desa Alue Keumang, Zulkifli ditemui di lokasi, Kamis mengatakan, jembatan tersebut selama ini menjadi tumpuan warga menuju ke pusat kecamatan hingga ke Kota Meulaboh, Ibu kota Kabupaten Aceh Barat.
"Sejak kejadian, kami sudah sulit ke luar, untuk membeli kebutuhan warga harus berputar melewati satu desa lain dengan jarak tempuh lebih 5 kilometer. Yang sangat berdampak anak-anak sekolah," katanya.
Jembatan penghubung dari Desa Menuang Kinco tujuan Desa Alue Keumang di Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat rubuh dan ambruk terseret derasnya arus Krueng/ Sungai Meureubo, pada Selasa (11/12) malam.
Saat peristiwa itu aliran listrik ikut padam karena kabel dan tiang PLN terpasang di jembatan gantung tersebut ikut terseret ke sungai, sehingga sudah dua malam terakhir warga terpaksa tinggal dalam gelap gulita dan aktivitas kantor desa lumpuh.
Zulkifli, mengatakan, erosi sungai yang tidak mampu tertanggani sudah sangat berisiko bagi kehidupan masyarakat sekitar, bahkan sudah lebih 1 hektare tanah, kebun dan sawah sudah menjadi sungai karena tergerus secara perlahan.
"Di sini ada dua unit rumah sudah dibongkar sebab sudah sangat dekat dengan sungai, ?ini ada satu lagi rumah juga akan dibongkar. Warga sudah takut sehingga rumahnya sudah ditingal, korban jiwa belum ada," sebutnya.
Zukkifli, menuturkan, warga setempat berharap segera dibangun jembatan penghubung untuk memperlancar aktivitas warga, terlebih lagi banyak anak - anak sekolah SMP - SMA sederajat harus ke luar untuk bersekolah.
Jembatan diharapkan warga hendaknya dengan kontruksi lebih bagus dan luas sehingga bisa masuk kendaraan roda empat ke desa mereka, sebab jembatan gantung yang telah ambruk tersebut hanya bisa dilintasi roda dua.
Sabitah (42) warga setempat menuturkan, saat peristiwa itu dirinya terkaget dan mendadak lari ke luar rumah karena mendengar suara letusan ambruknya abutmen jembatan yang hanya terpaut sekitar 50 meter dari rumahnya.
"Sudah dua malam tinggal dalam gelap, kalau masak pakai kayu bakar. Yang sangat sulit anak - anak kami tidak bisa sekolah, kalau mau pergi lewati jalan setapak berputar pasti terlambat. Guru tidak bisa datang ke SD di sini," sebutnya.
Lokasi itu berjarak sekitar 45 kilometer dari Kota Meulaboh, harus melewati beberapa desa hingga menyeberang sungai melalui bendungan induk Irigasi Lhok Guci, perkampungan warga setempat juga tidak terlalu jauh dari bendungan itu.
Jembatan yang ambruk itu dibangun pada 2015 menghubungkan dua desa dengan jumlah penduduk yang terisolasi 120 kepala keluarga (KK) dengan 575 jiwa, pihak PT PLN tengah berupaya menyambung kabel jaringan listrik yang telah terputus itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018