Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Aceh tidak saja salah satu daerah di Indonesia penghasil kopi terbanyak, tapi juga warganya merupakan penikmat kopi terbesar di Tanah Air ini.
Kebiasaan masyarakat Aceh memang tidak dapat dipisahkan dari kopi. Karena itulah, selain "Serambi Mekkah", Aceh juga dijuluki dengan daerah 1000 warung kopi.
Siang maupun malam, berbagai lapisan masyarakat di Aceh mengisi kedai-kedai untuk bersantai dengan secangkir kopi.
Bahkan tidak hanya untuk bersantai saja. Di Aceh, warung kopi juga dijadikan sebagai tempat rapat para pejabat daerah.
Ketika penulis mengunjungi acara Banda Aceh Kopi Festival 2018, di Taman Bustanussalatin, Banda Aceh. Ada banyak jenis kopi, dan berbagai macam keunikan dalam penyajiannya. Acara ini adalah pesta bagi para pecinta kopi.
Tak heran jika acara ini dilaksanakan, mengingat tradisi minum kopi di Aceh telah berkembang turun temurun seiring berjalannya waktu, hingga kini Aceh menjadi produsen kopi tingkat dunia.
Berbicara mengenai tradisi minum kopi, Aceh tak hanya unik dengan banyaknya warung kopi saja. Akan tetapi cara menikmatinya juga memiliki keunikan.
Penulis tertarik dengan kopi yang dijadikan maskot dalam acara ini. Penyajiannya menggunakan gelas yang dibalik.
Ternyata kopi itu adalah kopi khas Aceh Barat. Masyarakat Aceh Barat, kerap meminum kopi dari gelas yang dibalik.
Ada banyak sebutan nama kopi yang ada di Aceh. Karena keunikan dalam meminumnya, maka kopi yang identik dengan bumi "Teuku Umar" ini disebut dengan "Kupi Khop" atau dalam bahasa Indonesia berarti kopi terbalik.
Selain cara penyajiannya yang unik, kupi khop memiliki perbedaan lain dengan kopi Aceh pada umumnya.
Perbedaan itu juga terlihat pada cara pembuatan kopi itu sendiri. Jika kopi di Aceh pada umumnya diseduh dan disaring dengan saringan besar berbahan kaos, yang kemudian dilakukan berulang kali. Maka kupi khop dibuat dari kopi tubruk yang langsung diseduh di dalam gelas.
Ide awal penyajian kupi khop bukan sengaja dibuat agar terlihat menarik. Namun kupi khop bermula ketika pada zaman dulu, warga Aceh Barat belum memiliki saringan untuk menyaring kopi, maka dengan cara dibalik inilah, warga menganggap bahwa kopi akan tersaring dengan sendirinya di dalam gelas. Karena itulah, kupi khop terlihat lebih kental dari kopi Aceh pada umumnya.
Selain itu, ide ini juga muncul dari warga Aceh Barat yang tinggal di pesisir pantai dan memiliki kebiasaan menikmati kopi dalam waktu yang lama.
Pemilik kupi khop, Rendi Tiba Pratama mengatakan, kopi dengan gelas yang dibalik memiliki tingkat kehangatan yang lebih lama, dibandingkan dengan kopi yang disajikan pada umumnya.
"Dulu karena tinggal di daerah Barat-Selatan, jadi kan di pesisir pantai. Kebiasaan warga pesisir pantai itu ketika meminum kopi lama. Jadi kalau kopinya disajikan seperti biasa, itu cepat dingin. Tapi kalau gelasnya dibalik, kehangatan kopi akan bertahan lama," kata dia.
Untuk proses pembuatannya sendiri, kupi khop dibuat dengan menggunakan kopi Robusta yaitu
salah satu jenis tanaman kopi yang memiliki cita rasa yang kuat dan cenderung lebih pahit dibanding Arabika.
Kopi Robusta tubruk dimasukkan ke dalam gelas. Dengan tambahan sedikit gula dan air panas. Kini, seiring berjalannya waktu, kupi khop juga dibuat dengan campuran susu, atau coklat.
Setelah itu, semua bahan diseduh dengan air panas dan diaduk hingga tercampur rata. Kemudian, letakkan piring kecil di bagian atas gelas, lalu balik gelas dengan cepat.
Biasanya kupi khop diminum menggunakan sedotan, dengan cara menjepit sedikit ujung sedotan ke dalam gelas. Atau langsung diminum menggunakan piring yang ada di bawah gelas.
Untuk pemasarannya sendiri, kupi khop hanya bisa ditemui di Aceh Barat dan baru pada tanggal 27 Februari 2013, kedai kupi khop berdiri di Banda Aceh.
Mengenai harga, kupi khop dapat dinikmati hanya dengan mengeluarkan uang senilai Rp6.000 untuk secangkir kopi original, dan Rp8.000 untuk tambahan rasa seperti susu atau coklat.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
Kebiasaan masyarakat Aceh memang tidak dapat dipisahkan dari kopi. Karena itulah, selain "Serambi Mekkah", Aceh juga dijuluki dengan daerah 1000 warung kopi.
Siang maupun malam, berbagai lapisan masyarakat di Aceh mengisi kedai-kedai untuk bersantai dengan secangkir kopi.
Bahkan tidak hanya untuk bersantai saja. Di Aceh, warung kopi juga dijadikan sebagai tempat rapat para pejabat daerah.
Ketika penulis mengunjungi acara Banda Aceh Kopi Festival 2018, di Taman Bustanussalatin, Banda Aceh. Ada banyak jenis kopi, dan berbagai macam keunikan dalam penyajiannya. Acara ini adalah pesta bagi para pecinta kopi.
Tak heran jika acara ini dilaksanakan, mengingat tradisi minum kopi di Aceh telah berkembang turun temurun seiring berjalannya waktu, hingga kini Aceh menjadi produsen kopi tingkat dunia.
Berbicara mengenai tradisi minum kopi, Aceh tak hanya unik dengan banyaknya warung kopi saja. Akan tetapi cara menikmatinya juga memiliki keunikan.
Penulis tertarik dengan kopi yang dijadikan maskot dalam acara ini. Penyajiannya menggunakan gelas yang dibalik.
Ternyata kopi itu adalah kopi khas Aceh Barat. Masyarakat Aceh Barat, kerap meminum kopi dari gelas yang dibalik.
Ada banyak sebutan nama kopi yang ada di Aceh. Karena keunikan dalam meminumnya, maka kopi yang identik dengan bumi "Teuku Umar" ini disebut dengan "Kupi Khop" atau dalam bahasa Indonesia berarti kopi terbalik.
Selain cara penyajiannya yang unik, kupi khop memiliki perbedaan lain dengan kopi Aceh pada umumnya.
Perbedaan itu juga terlihat pada cara pembuatan kopi itu sendiri. Jika kopi di Aceh pada umumnya diseduh dan disaring dengan saringan besar berbahan kaos, yang kemudian dilakukan berulang kali. Maka kupi khop dibuat dari kopi tubruk yang langsung diseduh di dalam gelas.
Ide awal penyajian kupi khop bukan sengaja dibuat agar terlihat menarik. Namun kupi khop bermula ketika pada zaman dulu, warga Aceh Barat belum memiliki saringan untuk menyaring kopi, maka dengan cara dibalik inilah, warga menganggap bahwa kopi akan tersaring dengan sendirinya di dalam gelas. Karena itulah, kupi khop terlihat lebih kental dari kopi Aceh pada umumnya.
Selain itu, ide ini juga muncul dari warga Aceh Barat yang tinggal di pesisir pantai dan memiliki kebiasaan menikmati kopi dalam waktu yang lama.
Pemilik kupi khop, Rendi Tiba Pratama mengatakan, kopi dengan gelas yang dibalik memiliki tingkat kehangatan yang lebih lama, dibandingkan dengan kopi yang disajikan pada umumnya.
"Dulu karena tinggal di daerah Barat-Selatan, jadi kan di pesisir pantai. Kebiasaan warga pesisir pantai itu ketika meminum kopi lama. Jadi kalau kopinya disajikan seperti biasa, itu cepat dingin. Tapi kalau gelasnya dibalik, kehangatan kopi akan bertahan lama," kata dia.
Untuk proses pembuatannya sendiri, kupi khop dibuat dengan menggunakan kopi Robusta yaitu
salah satu jenis tanaman kopi yang memiliki cita rasa yang kuat dan cenderung lebih pahit dibanding Arabika.
Kopi Robusta tubruk dimasukkan ke dalam gelas. Dengan tambahan sedikit gula dan air panas. Kini, seiring berjalannya waktu, kupi khop juga dibuat dengan campuran susu, atau coklat.
Setelah itu, semua bahan diseduh dengan air panas dan diaduk hingga tercampur rata. Kemudian, letakkan piring kecil di bagian atas gelas, lalu balik gelas dengan cepat.
Biasanya kupi khop diminum menggunakan sedotan, dengan cara menjepit sedikit ujung sedotan ke dalam gelas. Atau langsung diminum menggunakan piring yang ada di bawah gelas.
Untuk pemasarannya sendiri, kupi khop hanya bisa ditemui di Aceh Barat dan baru pada tanggal 27 Februari 2013, kedai kupi khop berdiri di Banda Aceh.
Mengenai harga, kupi khop dapat dinikmati hanya dengan mengeluarkan uang senilai Rp6.000 untuk secangkir kopi original, dan Rp8.000 untuk tambahan rasa seperti susu atau coklat.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018