Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Mobil listrik karya anak bangsa Universitas Budi Luhur dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bernama BLITS dan Kasuari yang dipersiapkan untuk turun di reli Dakar telah menempuh jarak 5.000 kilometer dari total rencana 15.000 kilometer mengelilingi Nusantara.

"Itu (5.000 Km) dari Surabaya, dan sebelum masuk Sigli (Kabupaten Pidie), Aceh," ujar Direktur Eksekutif Pusat Unggulan Iptek - Sistem Kontrol Otomotif (PUI-SKO) ITS, Muhammad Nur Yuniarto di Banda Aceh, Kamis.

Ia mengatakan, jarak tempuh tersebut untuk menguji ketangguhan kedua mesin mobil listrik yang memiliki karakter berbeda, seperti BLITS khusus mobil balap berkapasitas dua orang bertenaga baterai 100 kWh dengan satu kali pengisian daya bisa menempuh jarak hingga 500 Km.

Sedangkan Kasuari merupakan mobil hybrid yang menggabungkan mesin berbahan bakar kelapa sawit, dan tenaga baterai dilengkapi pendingin udara. Keduanya melintasi berbagai medan yang jarang dilewati kendaraan di pulau Jawa dan Sumatera.

Tim ekspedisi PLN BLITS Explore Indonesia dan Sumatera ini, melanjutkan perjalanan ke ujung barat Indonesia menuju titik nol kilometer di Pulau Weh, Sabang, Aceh, berjarak sekitar 16 mil laut dari Banda Aceh dengan kapal motor penyeberangan di Ulee Lheue-Balohan pada Kamis, (27/12).

Setelah dari Sabang, Aceh, maka tahun 2019 tim PLN BLITS Explore Indonesia bakal melanjutkan perjalanan untuk menguji ketangguhan mesin listrik kedua mobil ini ke tiga pulau di Tanah Air dimulai Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

"Baru nanti kami kembali ke Surabaya dari arah barat, seperti NTT (Nusa Tenggara Timur), dan Bali. Kita coba defenisikan kekurangan apa yang diperlukan untuk mengikuti reli dakar kemungkinan besar 2021 atau 2020," kata Nur.

Pelaksana tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah ketika menyambut tim Blits Mobil Listrik PLN di Gedung AAC Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala kemarin menyatakan dukungannya untuk pengembangan inovasi karya anak anak bangsa khusus kendaraan listrik.

"Saya mengapresiasi, dan mendukung sepenuhnya. Tentu Pemerintah Aceh harus terlibat secara langsung atas inovasi anak bangsa ini. Mobil listrik adalah keniscayaan, jika dibanding dengan negara lain, mobil listrik ini adalah hal yang lumrah. Di negara lain, tempat pengisian daya (charger mobil listrik) tersedia di tempat umum," kata Nova.

Perkembangan di dunia dewasa ini, terang dia, pengendara telah beralih menggunakan motor listrik, akibat ketersediaan energi fosil yang dihasilkan mulai minim.

Ia melanjutkan, Aceh sendiri saat ini sudah pantas menerapkan kendaraan listrik, karena provinsi tersebut melalui berbagai daerahnya nyaris telah dialirkan energi listrik.

"Kendaraan dengan bahan bakar fosil sudah menjadi masa lalu, sehingga kita harus bergerak ke masa depan (mobil listrik)," ujar Nova.

General Manajer PLN Aceh, Jefri Rosiadi mengaku, pihaknya telah siap untuk mendukung peralihan dari kendaraan konvensional menuju kendaraan listrik di Aceh.

"Kita tidak bisa berjalan sendirian, kita butuh dukungan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan untuk mengubah dari konvensional ke listrik. Nanti akan kita siapkan pengisian daya mobil listrik di tempat umum. Jadi? masyarakat tidak perlu pulang ke rumah untuk isi baterai listrik," terang Jefri.

Pewarta: Muhammad Said

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018