Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Satu unit pabrik gula merah tradisional yang terletak di Desa Buter Balik, Kecamatan Kute Panang, Aceh Tengah, hangus terbakar dengan kerugian diperkirakan mencapai Rp20 juta.
"Kebakaran pabrik gula di Kute Panang terjadi, ketika warga di desa itu melaksanakan Sholat Subuh sekitar pukul 6.00 WIB pagi tadi," ucap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Kamis.
Peristiwa kebakaran tersebut membuat mereka yang tinggal di sekitar area pabrik terlihat panik, karena melihat kepulan asap membumbung tinggi ke udara berasal dari tempat pengolahan gula merah milik Sudirman (55), merupakan penduduk desa setempat.
Sejumlah masyarakat yang melihat asap, dan kobaran api berusaha untuk memadamkan dengan menggunakan peralatan seadanya. Namun mereka sempat kewalahan karena hembusan angin, dan sampah tebu di lokasi pabrik gula ini dalam kondisi kering.
Hingga salah seorang masyarakat di desa ini mengghungi pemadaman kebakaran Aceh Tengah, dan menurunkan dua unit mobil dari pos pemadaman kebakaran terdekat untuk membantu pemadaman.
Kerugian material dampak dari terbakarnya satu bangunan pabrik gula merah berukuran 6 x 25 meter diperkirakan Sudirman pemilik pabrik menderita kerugian senilai Rp20 juta.
"Api baru bisa padam 30 menit, setelah dua mobil pemadam dikerahkan dari Pos Damkar Kecamatan Ketol. Penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan," katanya.
Industri gula merah rumahan yang diolah secara tradisional merupakan salah satu produk andalan di wilayah di Aceh Tengah dengan permintaan terus meningkat seiring tingginya kebutuhan masyarakat.
Produsen gula merah, Umar Bawi (45), di Takengon, mengatakan, permintaan gula merah aren di wilayah setempat terus meningkat karena besarnya permintaan dari warung kopi modern yang ikut menyajikan potongan gula sebagai pemanis kopi.
"Sekarang warung-warung kopi juga sudah jadi langganan tetap. Seminggu sekali saya antar. Belum lagi yang dimasukan ke pasar, minimal 350 turus (bungkus) seminggu itu harus ada untuk langganan saya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
"Kebakaran pabrik gula di Kute Panang terjadi, ketika warga di desa itu melaksanakan Sholat Subuh sekitar pukul 6.00 WIB pagi tadi," ucap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Kamis.
Peristiwa kebakaran tersebut membuat mereka yang tinggal di sekitar area pabrik terlihat panik, karena melihat kepulan asap membumbung tinggi ke udara berasal dari tempat pengolahan gula merah milik Sudirman (55), merupakan penduduk desa setempat.
Sejumlah masyarakat yang melihat asap, dan kobaran api berusaha untuk memadamkan dengan menggunakan peralatan seadanya. Namun mereka sempat kewalahan karena hembusan angin, dan sampah tebu di lokasi pabrik gula ini dalam kondisi kering.
Hingga salah seorang masyarakat di desa ini mengghungi pemadaman kebakaran Aceh Tengah, dan menurunkan dua unit mobil dari pos pemadaman kebakaran terdekat untuk membantu pemadaman.
Kerugian material dampak dari terbakarnya satu bangunan pabrik gula merah berukuran 6 x 25 meter diperkirakan Sudirman pemilik pabrik menderita kerugian senilai Rp20 juta.
"Api baru bisa padam 30 menit, setelah dua mobil pemadam dikerahkan dari Pos Damkar Kecamatan Ketol. Penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan," katanya.
Industri gula merah rumahan yang diolah secara tradisional merupakan salah satu produk andalan di wilayah di Aceh Tengah dengan permintaan terus meningkat seiring tingginya kebutuhan masyarakat.
Produsen gula merah, Umar Bawi (45), di Takengon, mengatakan, permintaan gula merah aren di wilayah setempat terus meningkat karena besarnya permintaan dari warung kopi modern yang ikut menyajikan potongan gula sebagai pemanis kopi.
"Sekarang warung-warung kopi juga sudah jadi langganan tetap. Seminggu sekali saya antar. Belum lagi yang dimasukan ke pasar, minimal 350 turus (bungkus) seminggu itu harus ada untuk langganan saya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019