Banda Aceh (ANTARA) -
Di Lampulo, Kuta Alam, Banda Aceh, berdiri sebuah monumen yang menjadi simbol keajaiban di tengah bencana tsunami 2004. Monumen Kapal di Atas Rumah Lampulo adalah saksi bisu dari peristiwa yang menyelamatkan 59 nyawa.
Kapal ini, yang awalnya baru selesai dibuat dan belum pernah melaut, terbawa gelombang besar hingga tersangkut di atas rumah milik Ibu Abbasiyah, seorang guru yang sekarang mengajar di SMAN 2 Banda Aceh. Di tengah kepanikan, kapal ini menjadi tempat berlindung bagi mereka yang berhasil naik ke atasnya.
Seiring waktu, monumen ini telah mengalami empat kali perbaikan untuk menjaga bentuk aslinya dan memastikan tempat bersejarah ini tetap lestari bagi generasi mendatang. Nirawati, penjaga sekaligus pemandu di Monumen Kapal di Atas Rumah, menjelaskan bahwa monumen ini sudah mengalami beberapa kali perbaikan.
Setiap hari, Monumen Kapal di Atas Rumah terbuka untuk umum dari pukul 08.00 hingga 18.00 WIB. Nirawati juga menambahkan bahwa tidak ada biaya masuk yang dikenakan kepada pengunjung.
"Kalau tiket gak ada disini, cuman sedekah mereka untuk pembinaan masjid Gampong ini, dan untuk kebersihan di area monumen ini," tambahnya.
Mengunjungi monumen ini bukan sekadar melihat kapal yang tersangkut di atas rumah, melainkan juga untuk merasakan kembali makna ketangguhan dan harapan yang tak pernah padam meski di tengah bencana.
Monumen Kapal di Atas Rumah Lampulo mengingatkan kita bahwa dalam situasi sesulit apapun, selalu ada kekuatan untuk bertahan dan keajaiban yang layak diharapkan.
Monumen ini adalah bukti nyata bahwa harapan dapat muncul di tempat yang paling tidak terduga, menginspirasi setiap pengunjung untuk lebih menghargai kehidupan dan kebersamaan.
Baca juga: 20 tahun tsunami Aceh, mantan Konjen AS terpukau dengan kebangkitan orang Aceh