Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Kalangan pelaku industri kecil pengolahan ikan asin di kabupaten Aceh Besar mengalami penurunan akibat minimnya ketersediaan bahan baku ikan segar.

"Produksi ikan asin terkendala bahan baku ikan segar dan kondisi ini sudah berlangsung sejak sebulan terakhir," kata Muthalib, pengusaha ikan asin olahan, di Gampong Lhokseudu, Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Kamis.

Muthalib menyebutkan, sekarang ini produksi ikan asin hanya sekitar 50 kilogram per hari. Padahal, sebelumnya produksi berkisar 100 kilogram hingga 200 kilogram.

Produksi ikan asin tergantung ketersediaan bahan baku. Jenis ikan yang diolah menjadi ikan asin di antaranya teri, dencis, dan jenis ikan lainnya, seperti ikang kerapu.

Menurut dia, berkurangnya pasokan bahan baku karena sejumlah kapal bagan yang menangkap ikan segar tidak beroperasi. Sekarang ini hanya satu atau dua unit kapal bagan yang menangkap ikan.

"Dampak menurunnya produksi ikan asin menyebabkan permintaan dan kebutuhan pasar terganggu. Harga ikan asin di produsen berkisar Rp60 ribu hingga Rp80 ribu per kilogram. Harga menurut jenis ikannya," kata Muthalib.

Ikan asin asal Lhokseudu, Aceh Besar tersebut diolah secara tradisional tanpa pengawet seperti formalin. Ikan asin tersebut dipasarkan ke Medan, Sumatera Utara hingga Bukittinggi dan Padang di Sumatera Barat.

"Dalam kondisi normal, pengiriman ikan asin ke dua provinsi itu mencapai satu ton dalam sepekan. Namun, sebulan terakhir menurun hingga 50 persen akibat bahan baku ikan segar berkurang," pungkas Muthalib.

Pewarta: M.Haris Setiady Agus

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019