Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Badan Pusat Statistik (BPS) setempat mencatat, bahwa Provinsi Aceh menekan nilai impor sebesar 24,48 persen menjadi 29,68 juta dolar AS selama 2018 dibanding tahun 2017.

"Untuk impor tahun 2017 dibanding dengan 2018, maka terjadi penurunan sekitar 24,48 persen baik migas (minyak dan gas bumi) atau non migas," jelas Kepala BPS Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Kamis.

Namun, lanjutnya, dari segi volume impor meningkat seberat 5.260 kilo ton atau dari sebesar 92,321 kilo ton di tahun 2017 menjadi 97,582 kilo ton selama tahun 2018.

Ia menerangkan, sekitar 73,85 persen dari total nilai impor selama 2018 atau senilai 21,92 juta dolar AS merupakan barang non migas dari berbagai jenis komoditas.

Tercatat kelompok komoditas gandum-ganduman merupakan jenis barang beras setengah giling atau sepenuhnya digiling dari Thailand telah memberi andil paling besar sekitar 32,42 persen atau senilai 7,10 juta dolar AS.

Di susul kelompok komoditas mesin/peralatan listrik dengan jenis barangnya kabel serat optik atau telepon, telegram, kabel relai radio, dan kapal selam dari negara importir yang memberi andil 28,56 persen, dan lain sebagainya.

"Sedangkan migas dengan satu komoditas, yakni petroleum bitumen (minyak aspal) dari Singapura telah memberi andil impor sekitar 26,15 persen atau senilai 7,76 juta dolar AS," kata dia.

Ia menjelaskan, untuk negara terbesar yang memberi komoditas impor selama 2018 tercatat dari Thailand sekitar 41,61 persen atau senilai 9,12 juta dolar AS.

"Ada Jerman senilai 6,24 juta dolar AS atau 28,48 persen, Singapura 20,57 persen dengan nilai 4,5 juta dolar AS, Tiongkok cuma 4,27 persen atau senilai 935.719 ribu dolar AS, dan negara lainnya," ucap Wahyudin.
 

Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019