Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah‎ Subhanahu Wa Ta'ala diberikan kesempatan hidup di dunia ini hanya sekali saja dengan tujuan untuk beribadah kepada-Nya dan mengerjakan amal saleh dan berbagai kebaikan la‎innya sebagai bekal yang akan dibawa untuk kehidupan kekal dan abadi di akhirat kelak.

Dengan kesempatan hidup sekali tersebut dan usia manusia yang singkat apalagi umat Nabi Muhammad SAW‎ terbatas usianya jika dibandingkan umat-umat Nabi lain yang umurnya mencapai ratusan hingga ribuan tahun, tentunya waktu yang dimiliki untuk mengerjakan amal saleh juga menjadi terbatas.

Karenanya, umat Islam yang hidup di akhir zaman ini perlu lebih cerdas dan inovatif dalam melahirkan amal-amal saleh yang bisa mendatangkan pahala jariyah yaitu amal atau perbuatan baik yang mendatangkan pahala bagi yang melakukannya, meskipun ia telah meninggalkan dunia dan berada di alam kubur.

Pahala dari amal perbuatan tersebut terus mengalir kepadanya selama orang yang hidup mengikuti atau memanfaatkan hasil amal perbuatannya ketika di dunia. Di sinilah kelebihan dari amal jariyah dari amal-amal yang lain yang hanya diberi balasan sekali dalam satu perbuatan.

Demikian antara lain disampaikan Ustaz Prof Dr Mustanir Yahya M.Sc, Ketua Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Jamik Kopelma Darussalam, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (20/3/2019) malam.

"Kita yang diberikan kesempatan hidup hanya sekali oleh Allah dengan umur yang yang juga singkat, tentu lebih cerdas dalam beramal. Siapkan langkah-langkah agar amal saleh kita banyak pahalanya dan terus mengalir sepanjang masa. Harus punya trik agar amal saleh kita efektif dan efesien," ungkap Prof Mustanir Yahya yang juga Ketua Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Aceh Besar.

Ia menyebutkan, hidup di dunia adalah saatnya menanam untuk persiapan modal hidup kita nanti di akhirat. Apa yang kita petik saat di akhirat nanti adalah apa yang kita tanam di dunia saat ini.

Kalau hanya berbekal modal waktu, umur manusia saat ini sangat pendek, hanya 60-70 tahun. Kalau toh ada yang masih diberikan umur lebih hingga 100 tahun misalnya, pasti nikmat yang dirasakannya sudah banyak berkuran. Mata yang rabun, pendengaran yang jauh berkurang, fisik melemah, kaki yang gemetaran, ingatan yang berkurang dan banyak nikmat lainnya yang hilang.

Nabi Muhammad SAW mengajarkan walaupun umur manusia saat ini pendek namun kesempatan berbuat baik bisa diperpanjang jauh di atas umur manusia yaitu melalui amal jariyah. Amal jariyah itu ada tiga yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.‎

Sedekah jariyah adalah harta diinfakkan di jalan Allah dan diwakafkan. Dalam hukum Islam, wakaf diartikan sebagai penahanan terhadap suatu harta (tidak dijual, tidak dihibahkan, dan tidak diwariskan). Manfaat dari harta itu diberikan untuk kepentingan umat Islam.

Ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu yang diajarkan kepada orang lain dan orang lain tersebut memanfaatkannya untuk kemaslahatan hidup baik secara individu maupun secara bersama. Selama ilmu yang diajarkan itu dimanfaatkan oleh orang lain, selama itu pula pahalanya mengalir kepada yang mengajarkannya di Akhirat.

Sedangkan anak saleh yang mendoakan kedua orangtuanya adalah anak yang baik-baik, tidak berbuat sesuatu yang tidak disenangi oleh kedua orang tuanya, dan tidak pula yang dimurkai oleh Allah. Anak tersebut berdoa kepada Allah untuk orang tuanya maka itu akan dikabulkan oleh Allah.‎

‎"Terkadang iman seseorang itu tidak selamanya stabil, iman itu bisa ‎naik ketika beramal saleh dan turun ketika tidak berada dalam ketaatan. Iman juga perlu imunitas lewat berbagai kajian ilmu-ilmu agama. Jika kita berada dalam barisan inisiator yang menggerakkannya, maka amalan yang juga diikuti/dikerjakan orang lain, akan terus memproduksi pahala yang selalu mengalir kepada kita," terang Prof Mustanir yang juga mantan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry dan mantan Dekan Fakultas MIPA Unsyiah.

Anggota Majelis Akreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) ini menambahkan, banyak sekali amal saleh tidak hanya shalat, baca quran, puasa‎ dan lain-lain yang pahalanya hanya sekali pada saat itu saja, tapi untuk dapat mengalirkan pahala yang tiada putus-putusnya caranya adalah dengan memperbanyak untuk menjadi inisiator, penggerak dalam setiap kebaikan‎ untuk diikuti orang lain.

"Siapa yang melahirkan amal saleh dan diikuti‎ orang lain kita juga terus dapat pahala terus mengalir meski sudah meninggal dunia, dengan kapasitas kita masing-masing. Semangat ini yang harus kita dorong terus menerus," terangnya.

‎Jadi, hanya dengan cara demikianlah, amal nyata, kita bisa melanggengkan keeksistensian kita di muka bumi ini, akan terus dikenang seperti orang-orang tua kita terdahulu, sekali pun jasad telah berada di liang lahat. Dan yang perlu menjadi catatan, yang dimaksud dengan karya (beramal) di sini adalah yang bernuansa positif, bukan sebaliknya.

Selain mampu mengabadikan keeksistensian kita, sebuah amal juga bisa menjadi investasi masa depan kita di akhirat kelak. Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjelaskan, bahwa kitika ada bani adam, manusia, meninggal dunia, maka terputus lah segala hal yang berkaitan dengan dunia ini, kecuali tiga perkara.‎ Pertama adalah ilmu yang bermanfaat. Kedua adalah sedekah jariyah. Dan ketiga, anak yang saleh/salehah yang selalu mendo’akan kedua orangtuanya.

"Yang jelas amal kita di muka bumi ini, bisa saja menduduki posisi sebagai sedekah jariyah, karena banyaknya orang mengambil manfaat dari apa yang kita ciptakan dengan ikhlas niat semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah, bukan karena karena ingin dipuji dan disanjung oleh manusia," pungkasnya.

Pewarta: Humas KWPSI

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019