Unit Pelayanan Pendapatan Daerah (UPDT) Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Aceh mengungkapkan jumlah kendaraan bermotor yang menunggak pajak di daerah itu masih tergolong tinggi.

"Jumlah kendaraan bermotor yang wajib pajak di Abdya pada tahun 2018 tercatat sekitar 36 ribu unit. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 40 persen yang membayar pajak," kata Kepala UPTD Samsat Abdya, Muzakkir saat dikonfirmasi wartawan di Blangpidie, Selasa.  

Muzakkir mengaku heran terhadap rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar pajak kendaraan bermotor (PKB), sebab dari tahun ke tahun volume kendaraan bermotor di daerah tersebut terus bertambah, sementara jumlah warga yang membayar pajak masih biasa-biasa saja.  

"Tahun 2018 jumlah kendaran bermotor di Kabupaten Abdya yang terdaftar di Samsat Abdya kurang lebih sekitar 36 ribu unit dari berbagai jenis. Sementara yang bayar PKB hanya sekitar 16 ribu unit. Sisanya 20 ribu unit lagi, pajak kendaraannya dalam kondisi tertunggak," tuturnya.

Muzakir mengaku sebelumnya petugas UPTD Samsat Abdya telah berupaya mengatasinya dengan cara melakukan sosialisasi langsung ke warga pengendara pada saat-saat digelarnya razia pajak kendaraan bermotor di jalan raya.

Selain sosialisasi saat razia, kata dia, pihaknya juga telah berupaya lain dengan cara menghubungi pemilik kendaraan secara langsung melalui telepon agar melunasi PKB, agar jumlah kendaraan yang tertunggak pajak semakin berkurang.  

"Kemudian petugas UPTD Samsat Abdya juga telah turun langsung ke lapangan. Kami datangi pemilik kendaraan bermotor dari pintu satu rumah ke pintu yang lain. Kami mengajak warga untuk membayar pajak kendaraan bermotor mereka. Ini juga telah kami lakukan," ujar Muzakkir   

Muzakkir berkata, tanggapan masyarakat saat petugas melakukan door to door memang disambut baik oleh warga, bahkan sebagaian pemilik kendaraan mengaku senang karena telah diingatkan oleh petugas terhadap kewajiban PKB.  

Penyebab lain tingginya angka tunggakan PKB di Kabupaten Abdya karena disebabkan rendahnya pendapatan ekonomi masyarakat sejak dua tahun terakhir.  

Pasca murahnya harga pembelian tandan buah segar (TBS) kelapa Sawit, karet dan biji pinang di tingkat petani ekonomi masyarakat di pedesaan memang tergolong morat-marit, sehingga pendapatan dari perkebunan yang diperoleh hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.  

"Saya melihat tingkat ekonomi masyarakat barangkali hanya untuk berusaha mencukupkan kebutuhan hidup sehari-hari. Jadi, dengan memakai kendaraan itu mereka mencari rezeki, kadang-kadang rezeki yang didapat hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja," tuturnya.

Pewarta: Suprian

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019