Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan, menguat usai rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal I-2019 yang tercatat surplus 2,4 miliar dolar AS.
Rupiah Jumat sore menguat 33 poin atau 0,23 persen menjadi Rp14.327 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.360 per dolar AS.
Dalam rilis data NPI, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) tercatat 7 miliar dolar AS atau 2,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Jumat, mengatakan defisit transaksi berjalan tersebut lebih rendah ketimbang kuartal IV-2018 yang mencapai 3,6 persen PDB.
"Namun dibandingkan posisi yang sama tahun lalu, defisitnya membengkak karena pada kuartal I-2018 berada di 2,01 persen PDB. Artinya, arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa masih belum memadai bahkan semakin seret. Ini membuat kekuatan fondasi penopang rupiah berkurang sehingga ke depan mata uang Tanah Air kemungkinan masih akan cenderung melemah," ujar Ibrahim.
Dari eksternal, pada hari ini AS resmi memberlakukan kenaikan tarif impor dari 10 persen menjadi 25 persen terhadap produk China ke AS senilai 200 miliar dolar AS. AS juga tengah mempersiapkan tarif impor 25 persen untuk barang-barang China senilai 325 miliar dolar AS yang belum terkena dampak perang dagang.
Kendati demikian, Presiden AS Donald Trump mengaku telah mendapat surat dari Presiden China Xi Jinping yang memberi harapan bahwa damai dagang masih bisa terwujud.
Salah satu isi surat tersebut adalah "mari bekerja bersama dan kita lihat apa yang bisa kita capai," ujar Trump menirukan. Setelah membawa surat itu, Trump yakin bahwa AS-China akan bisa mencapai kesepakatan dagang pekan ini.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah Rp14.335 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.327 per dolar AS hingga Rp14.370 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.347 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.338 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
Rupiah Jumat sore menguat 33 poin atau 0,23 persen menjadi Rp14.327 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.360 per dolar AS.
Dalam rilis data NPI, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) tercatat 7 miliar dolar AS atau 2,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Jumat, mengatakan defisit transaksi berjalan tersebut lebih rendah ketimbang kuartal IV-2018 yang mencapai 3,6 persen PDB.
"Namun dibandingkan posisi yang sama tahun lalu, defisitnya membengkak karena pada kuartal I-2018 berada di 2,01 persen PDB. Artinya, arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa masih belum memadai bahkan semakin seret. Ini membuat kekuatan fondasi penopang rupiah berkurang sehingga ke depan mata uang Tanah Air kemungkinan masih akan cenderung melemah," ujar Ibrahim.
Dari eksternal, pada hari ini AS resmi memberlakukan kenaikan tarif impor dari 10 persen menjadi 25 persen terhadap produk China ke AS senilai 200 miliar dolar AS. AS juga tengah mempersiapkan tarif impor 25 persen untuk barang-barang China senilai 325 miliar dolar AS yang belum terkena dampak perang dagang.
Kendati demikian, Presiden AS Donald Trump mengaku telah mendapat surat dari Presiden China Xi Jinping yang memberi harapan bahwa damai dagang masih bisa terwujud.
Salah satu isi surat tersebut adalah "mari bekerja bersama dan kita lihat apa yang bisa kita capai," ujar Trump menirukan. Setelah membawa surat itu, Trump yakin bahwa AS-China akan bisa mencapai kesepakatan dagang pekan ini.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah Rp14.335 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.327 per dolar AS hingga Rp14.370 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.347 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.338 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019