Belasan relawan terpaksa menelusuri sungai demi menyalurkan makanan gratis di bulan Ramadhan terutama untuk anak yatim dan kaum dhuafa di dua gampong (desa) terisolir, yakni Rantau Gadang dan Teluk Rumbia di Kecamatan Singkil, Aceh Singkil.
"Kita berjumlah 12 relawan ke sana guna mendistribusikan makanan gratis ke anak yatim dan kaum dhuafa," kata Sekretaris Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Aceh Singkil, Khairul Fahmi dalam sambungan telepon seluler dari Banda Aceh, Jumat.
Mereka memilih menyusuri sungai karena infrastruktur jalan darat menuju kedua desa tersebut rusak parah, dan jalan berlubang, sehingga sangat tidak efektif bagi pihaknya membawa logistik makanan dan minuman, pada Sabtu (25/5).
Tim MRI Aceh Singkil dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh menggunakan sampan atau perahu motor yang berukuran panjang delapan meter dan lebar satu meter dengan mengikuti aliran Sungai Singkil menuju Desa Rantau Gedang, setelah sebelumnya tiba di darat dari Desa Suka Makmur.
"Butuh waktu 45 menit lewat sungai menuju Rantau Gedang, sedangkan melalui jalur darat cuma 15 menit. Kami bertemu warga ketika perjalanan di sungai, dan kami bagikan makan gratis dalam kotak ini," ujarnya.
Mereka tiba di darat dan mendapat informasi dari penduduk setempat bahwa di sungai yang mereka lalui dihuni buaya dan ular. Namun, hal ini tidak menyurutkan niat relawan menemui anak yatim, dan kaum dhuafa di dua desa tersebut.
Dari ujung Teluk Rumbia, relawan didampingi keuchik setempat, membagikan makanan dari rumah ke rumah. Letaknya saling berjauhan, dan ditempuh dengan berjalan kaki di jalanan yang belum beraspal.
"Rasa lelah kami terbayarkan, kala penerima makanan menyambut kami dengan penuh suka cita. Apalagi, belum ada satu pun lembaga menyambangi mereka guna membagikan paket makanan di bulan penuh berkah ini," katanya.
"Kami pulang dengan menyusuri sungai yang sama. Di tengah perjalanan, di Muara Pea. Kami dikagetkan akibat mata kami tertuju seekor ular piton delapan meter melintasi sungai, dan jaraknya sangat dekat dengan perahu kami. Tapi, Alhamdulillah tidak ada gangguan apapun dari ular ini," kata Khairul.*
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
"Kita berjumlah 12 relawan ke sana guna mendistribusikan makanan gratis ke anak yatim dan kaum dhuafa," kata Sekretaris Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Aceh Singkil, Khairul Fahmi dalam sambungan telepon seluler dari Banda Aceh, Jumat.
Mereka memilih menyusuri sungai karena infrastruktur jalan darat menuju kedua desa tersebut rusak parah, dan jalan berlubang, sehingga sangat tidak efektif bagi pihaknya membawa logistik makanan dan minuman, pada Sabtu (25/5).
Tim MRI Aceh Singkil dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh menggunakan sampan atau perahu motor yang berukuran panjang delapan meter dan lebar satu meter dengan mengikuti aliran Sungai Singkil menuju Desa Rantau Gedang, setelah sebelumnya tiba di darat dari Desa Suka Makmur.
"Butuh waktu 45 menit lewat sungai menuju Rantau Gedang, sedangkan melalui jalur darat cuma 15 menit. Kami bertemu warga ketika perjalanan di sungai, dan kami bagikan makan gratis dalam kotak ini," ujarnya.
Mereka tiba di darat dan mendapat informasi dari penduduk setempat bahwa di sungai yang mereka lalui dihuni buaya dan ular. Namun, hal ini tidak menyurutkan niat relawan menemui anak yatim, dan kaum dhuafa di dua desa tersebut.
Dari ujung Teluk Rumbia, relawan didampingi keuchik setempat, membagikan makanan dari rumah ke rumah. Letaknya saling berjauhan, dan ditempuh dengan berjalan kaki di jalanan yang belum beraspal.
"Rasa lelah kami terbayarkan, kala penerima makanan menyambut kami dengan penuh suka cita. Apalagi, belum ada satu pun lembaga menyambangi mereka guna membagikan paket makanan di bulan penuh berkah ini," katanya.
"Kami pulang dengan menyusuri sungai yang sama. Di tengah perjalanan, di Muara Pea. Kami dikagetkan akibat mata kami tertuju seekor ular piton delapan meter melintasi sungai, dan jaraknya sangat dekat dengan perahu kami. Tapi, Alhamdulillah tidak ada gangguan apapun dari ular ini," kata Khairul.*
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019