Sudah tiga tahun berturut-turut Presiden Joko Widodo menyelenggarakan "open house" yang dipadankan menjadi gelar griya atau halalbihalal atau silaturahim di istana kepresidenan yang terbuka bagi pejabat negara maupun rakyat biasa.

Pada Hari Raya Idul Fitri 2017 lalu, Presiden Joko Widodo juga menggelar halalbihalal di Istana Negara, sedangkan pada 2018 halalbihalal dilangsungkan di Istana Kepresidenan Bogor. Maka pada Lebaran 2019 ini gelar griya kembali dilangsungkan di Istana Negara, namun dengan suasana berbeda dan lingkup yang lebih luas.

Halalbihalal 2017 adalah pertama kalinya Presiden Jokowi melangsungkan gelar griya di Istana Negara karena pada Hari Raya Idul Fitri 2015, Presiden merayakannya di Banda Aceh sedangkan pada 2016 dilangsungkan di Padang, Sumatera Barat.

Baru pada 2017, warga Ibu Kota berkesempatan bersalaman dengan kepala negara. Saat itu, bukan hanya Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi saja yang bersalaman menyambut tamu dan menyampaikan "mohon maaf lahir dan batin" melainkan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Ibu Mufidah Kalla juga ikut bersalaman-salaman dengan para tamu hingga sekira 3 jam, tentu diselingini istirahat.

Karena baru memulai tradisi gelar griya maka masyarakat yang datang pun tidak terlampau banyak, dan tamu lebih didominasi oleh para pejabat negara hingga duta besar negara-negara sahabat.

Selanjutnya pada 2018, gelar griya diselenggarakan di Istana Kepresidenan Bogor. Karena sudah dilangsungkan pada tahun kedua, maka masyarakat yang datang pun mulai maklum dan antusias untuk datang ke acara tersebut.

Ketika itu, tamu yang cukup menciptakan kehebohan adalah Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu yaitu Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang sempat diteriaki oleh masyarakat. Mendengar sorakan itu, Anies dan Sandi hanya tersenyum dan bahkan menyalami beberapa warga yang berteriak sehingga suasana mencair dan malah saling bertukar tawa.

Maka pada 2019, saat halalbihalal dengan Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi kembali diadakan, masyarakat makin membeludak untuk hadir.

Kegiatan silaturahim dengan masyarakat sendiri dijadwalkan dimulai pukul 09.30 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Sebelumnya Presiden dan Ibu Negara bersilaturahim dengan para pejabat negara serta duta besar dimulai pukul 09.00 WIB hingga 09.30 WIB.

Masyarakat yang datang awalnya berkumpul di Jalan Silang Monas Barat Laut, yang berlokasi tepat di depan Istana Merdeka. Sudah ada tenda dan panggung serta makanan ringan yang disiapkan oleh sekretariat kepresidenan untuk warga. Dari sana mereka selanjutnya memasuki halaman gedung Sekretariat Negara dan baru kemudian mengantre di tenda di halaman Istana Negara untuk masuk ke Istana Negara.

Namun pada sekitar pukul 10.55 WIB baru sekitar 100 warga yang bersalaman dengan Presiden dan Ibu Negara, padahal di tiga tenda tempat menunggu lainnya masih banyak warga yang menanti masuk sedangkan Presiden Jokowi dan keluarga sudah dijadwalkan berangkat ke Solo, Jawa Tengah.

Akhirnya Presiden Jokowi pun memutuskan untuk mendatangi setiap tenda yang masih dipenuhi warga, pertama adalah tenda di depan Istana Negara di mana ada sekitar 200 warga berebut bersalaman. Selanjutnya tenda di depan gedung Sekretariat Negara yang bahkan bisa menampung sekitar 400 warga yang berjejalan mendekati Presiden.

Ibu Negara Iriana yang tadinya ikut bersalaman di Istana Negara akhirnya memilih untuk kembali ke Istana karena warga terus mengerumun. Padahal, matahari saat itu sedang terik-teriknya.

Sekitar 20 menit bersalaman dengan warga di tenda kedua, Presiden yang terus dijaga oleh Paspampres mendatangi tenda di sisi Barat Laut Monas menggunakan mobil golf.

Di lokasi itu sekira 2000 warga juga sudah menantikan Presiden sehingga Presiden pun naik ke atas panggung untuk menyapa warga.

"Pertama tama saya ingin mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin. Minal aidzin walfaidzin saya mohon maaf karena yang di istana yang ngantre juga masih banyak, yang di sini jauh lebih banyak sehingga saya lebih baik datang ke sini, bener?" kata Presiden dari atas panggung.

Massa pun makin merengsek ke atas panggung.

"Karena sebentar lagi saya juga harus pulang kampung. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar besarnya kepada bapak ibu yang sudah rela datang ke sini dan sekali lagi mohon maaf saya tidak bisa datang satu per satu," tambah Presiden lagi.

Warga pun menyambut pernyataan Presiden dengan tepuk tangan dan teriakan.

"Ya begini saja, fotonya bareng-bareng saja saya ke situ. Itu yang bisa saya sampaikan, terima kasih," ucap Presiden.

Ia pun berfoto bersama dengan warga dari atas panggung.

Setelah turun dari panggung, Presiden yang menaiki mobil golf masih terus dikejar warga yang memintanya untuk bersalaman. Sehingga jarak tenda di depan Monas yang hanya sekitar 400 meter tersebut harus ditempuh dalam waktu setengah jam karena mobil golf tersebut terus dihentikan massa.

Seorang warga, Nining (52) memang sengaja datang ke Monas untuk bersilaturahim dengan Presiden.

"Ini niat, kemarin ke GBK (Gelora Bung Karno), sekarang ke sini ketemu Pak Jokowi. Biasanya lihat di 'handphone', katanya Lebaran dibuka, ya saya ngejar. Saya datang dari pukul 08.00 WIB," kata Nining.

Syukurlan Ninging sempat bertemu langsung dengan Presiden Jokowi pada lebaran kali ini.

"Pak Jokowi tetap semangat, Indonesia tambah maju, tambah makmur rakyat kita dipikirkan," ucap Nining.

Sedangkan Diana (39) juga mengaku sudah datang sejak pukul 08.00 WIB.

"Tapi enggak bisa masuk Istana padahal sudah mengantre. Tapi ternyata enggak boleh lagi ke Istana. Makanya saya ngejar-ngejar Pak Presiden," kata Nining yang berkejaran dengan pihak keamanan di depan Istana Merdeka.

"Ya saya ini nerobos saja. Pokoknya sudah enggak tahu bagaimanalah, saya sudah salaman dengan Pak Presiden. Sudah puas. Terima kasih," cerita Nining.

Rencana awal, setelah warga bersilaturahmi dengan Presiden dan Ibu Negara di Istana Negara, mereka akan mendapatkan foto saat bersalaman dengan Presiden yang sudah tercetak dan souvenir berbentuk sembako dalam jumlah terbatas.

Menyambung relasi

Tidak hanya masyarakat yang ingin bersilaturahim dengan Presiden, sejumlah pejabat negara juga mengakui bahwa momen Lebaran adalah saat yang pas untuk menyambung relasi yang tadinya berjarak karena perbedaan pilihan politik.

"Ya momentum lebaran ini harus dijadikan momentum menurunkan tensi politik, merajut kembali komunikasi. Hari Raya harus dijadikan momentum politik juga dalam arti menurunkan tensi, merajut kembali hubungan yang sempat retak, utamakan kepentingan bangsa," tutur Ketua DPR Bambang Soesatyo seusai bersalaman dengan Presiden Jokowi.

Sedangkan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa Idul Fitri sejatinya menjadi momen saat manusia yang sudah terlatih mengendalikan hawa nafsu kembali ke jati diri kemanusiaannya.

"Sehingga selalu dalam tradisi masyarakat Indonesia saling memaafkan menjadi sesuatu yang lebih dikedepankan agar kita betul-betul suci kembali, bersih lagi tidak hanya di mata Tuhan tapi juga yang tidak kalah penting di mata sesama kita," imbuh Lukman Hakim.

Saling memaafkan tersebut juga bertujuan agar kebersamaan terjaga meski berada dalam berbagai perbedaan.

"Perbedaan itu sesuatu yang lumrah ya, yang wajar, yang itulah kondisi kita, bukan sesuatu yang harus diingkari atau dipungkiri atau dihindari tapi justru harus disikapi dengan penuh kearifan, dan cara kita saling memaafkan itu adalah bentuk kearifan tersendiri," tambah Lukman.

Sedangkan wakil presiden terpilih KH Ma'ruf Amin yang juga ikut bersilaturahim di Istana Negara mengatakan bahwa Idul Fitri adalah saling memaafkan dan menjalin keutuhan bangsa.

"Pertama saya kira adalah kita syukuri hari yang bahagia ini, kita bangun keutuhan persaudaraan, saling memaafkan, lupakan masa lalu, tidak ada perbedaan-perbedaan. Kita jalin keutuhan bangsa. Kita rajut kedepan, kita bangun Indonesia," kata Ma'ruf Amin yang datang bersama dengan istri dan anak-anaknya.

Seusai bersilaturahim dengan Presiden, Ma'ruf Amin juga mengadakan "open house" atau gelar griya di kediamannya.

Sedangkan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengungkapkan sejumlah hal yang patut disyukuri pada lebaran tahun ini adalah perjalanan mudik lewat darat, udara, maupun laut berjalan lancar dan harga-harga cukup terkendali dengan baik.

"Memang masih satu punya hal yang kita harus sudah ingin selesai di mana persoalan realita sosial ini masih pekerjaan kita, tapi Insya Allah dengan Idul Fitri ini kita bisa menyatukan kembali, kita ingin menyatukan kembali. Pak Jokowi adalah Presiden terpilih bagi masyarakat Indonesia, beliau tidak pernah membedakan mana lagi 01 dan 02, untuk itu kita ingin momentum ini dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya menuju kepada soliditas dan kohesifitas sosial," papar Moeldoko.

Senada dengan mereka, Ketua Umum Partai Golkar yang juga Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa Idul Fitri dapat menjadi momentum untuk rekonsiliasi.

"Tentunya dengan pemilu sudah selesai dan kita kembali harus merajut kebangsaan. Masyarakat ya saling berkomunikasi dan kembali menjalankan aktivitas sehari-hari, kita dorong lagi kegiatan-kegiatan positif pembangunan ke depan," kata Airlangga.

Airlangga bahkan mengakui bahwa antarpartai politik pun ada komunikasi yang cair.

Sekali lagi, momen Idul Fitri memang mencairkan suasana tegang dan mendatangkan kesejukan bagi kondisi yang panas. Bila masing-masing pihak sudah cair dan sejuk kenapa masih mengedepankan emosi? Lebih baik menciptakan solusi bagi masalah negeri.

Pewarta: Desca Lidya Natalia

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019