Unjuk rasa damai ribuan warga Papua di Timika, ibukota Kabupaten Mimika pada Kamis pagi hingga siang berakhir ricuh setelah sekelompok orang melempari aparat keamanan dan fasilitas Kantor DPRD Mimika dengan batu.
Sebagaimana pantauan Antara, unjuk rasa warga Papua dengan aspirasi utama mengutuk kasus persekusi dan penghinaan ras (rasisme) yang dialami sejumlah mahasiswa Papua di Kota Surabaya, Malang, dan Semarang itu berlangsung damai bertempat di halaman depan Kantor DPRD Mimika.
Warga Papua dari berbagai suku mulai dari Sorong sampai Merauke dan Jayapura secara bergantian melakukan orasi yang diawali dengan ibadah bersama dipimpin seorang Pendeta.
Sekelompok massa sempat melempari pos satpam dan kaca-kaca Kantor DPRD Mimika dengan batu, namun aksi itu bisa diredam dan kegiatan orasi tetap dilanjutkan.
Seusai Direktur Yayasan Hak Azasi Manusia Anti Kekerasan (Yahamak) Timika, Hans Magal menyampaikan pernyataan sikap terkait kasus persekusi dan rasisme yang dialami mahasiswa Papua yang kuliah di Surabaya, Malang dan Semarang, massa meminta aparat keamanan menghadirkan Bupati Mimika Eltinus Omaleng dan Ketua DPRD Mimika Elminus Mom.
Namun kedua pejabat tersebut tidak juga hadir lantaran menurut informasi yang diterima Bupati Mimika Eltinus Omaleng tidak berada di tempat.
Kelompok massa di bagian belakang dan luar pagar halaman Kantor DPRD Mimika yang tidak menerima hal itu lantas mulai melempari para pimpinan orasi, termasuk para anggota DPRD Mimika, Kapolres dan Dandim 1710 Mimika yang berdiri di bagian depan menghadap massa.
Meski pimpinan orasi terus mengajak massa untuk tertib, namun aksi pelemparan batu terus terjadi.
Di tengah situasi dan kondisi massa yang maki brutal, aparat kemudian mengeluarkan tembakan peringatan.
Pos satpam yang berada di pintu keluar halaman Kantor DPRD Mimika menjadi sasaran aksi pelemparan batu oleh massa hingga menyebabkan kaca-kaca jendela dan pintu pos satpam tersebut jatuh berguguran. Massa juga melempari anggota Brimob, Dalmas dan TNI dengan batu.
Aparat lalu merespon dengan tembakan gas air mata sehingga massa kocar-kacir dan berhamburan melarikan diri, sebagian massa berlari menuju pusat Kota Timika dan sebagian lagi ke arah Jalan Cenderawasih menuju SP2.
Massa yang berlari menuju SP2 dalam perjalanan melempari dengan batu Hotel Grand Mozza, pos security Hotel Grand Mozza serta sejumlah kendaraan yang tengah parkir di halaman hotel berbintang empat tersebut.
Kaca-kaca bagian lobi dan depan serta samping hotel tersebut tampak hancur dan berhamburan di lantai, sejumlah kendaraan yang parkir di depan hotel kacanya ditimpuk dengan batu besar.
Massa yang lain juga merusak kendaraan baik mobil maupun sepeda motor yang parkir di depan Kantor BNN Kabupaten Mimika, sebagian lagi membakar tumpukan kayu dan ban di tengah ruas Jalan Cenderawasih.
Dua unit alat berat yang tengah mengerjakan pelebaran Jalan Cenderawasih juga dibakar massa.
Adapun massa yang berlari ke arah pusat Kota Timika juga merusak sejumlah kendaraan operasional Polres Mimika, kendaraan (truk) milik TNI, mobil pemadam kebakaran Pemkab Mimika serta membakar ban bekas di tengah Jalan Cenderawasih.
Sebagian massa yang lain yang berlari ke arah Gedung Eme Neme Yauware sempat membakar tempat sampah.
Hingga Kamis petang, situasi Kota Timika sudah dikuasai penuh oleh anggota TNI dan Polri.
"Situasi dan kondisi Kota Timika kini sudah berangsur-angsur pulih kembali. Kami mengimbau warga yang masih berkumpul untuk segera membubarkan diri. Saat ini tidak boleh ada kerumunan massa. Anggota TNI dan Polri akan melakukan patroli dialogis ke semua titik konsentrasi massa agar kejadian serupa tidak terulang kembali," kata Kapolres Mimika AKBP Agung Marlianto.
Kegiatan unjuk rasa damai yang berakhir anarkis di Kota Timika pada Kamis siang tersebut dipimpin oleh kelompok yang menamakan diri yaitu 'Solidaritas Masyarakat Papua Kota Timika Anti Rasisme/SMPKTAR'.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
Sebagaimana pantauan Antara, unjuk rasa warga Papua dengan aspirasi utama mengutuk kasus persekusi dan penghinaan ras (rasisme) yang dialami sejumlah mahasiswa Papua di Kota Surabaya, Malang, dan Semarang itu berlangsung damai bertempat di halaman depan Kantor DPRD Mimika.
Warga Papua dari berbagai suku mulai dari Sorong sampai Merauke dan Jayapura secara bergantian melakukan orasi yang diawali dengan ibadah bersama dipimpin seorang Pendeta.
Sekelompok massa sempat melempari pos satpam dan kaca-kaca Kantor DPRD Mimika dengan batu, namun aksi itu bisa diredam dan kegiatan orasi tetap dilanjutkan.
Seusai Direktur Yayasan Hak Azasi Manusia Anti Kekerasan (Yahamak) Timika, Hans Magal menyampaikan pernyataan sikap terkait kasus persekusi dan rasisme yang dialami mahasiswa Papua yang kuliah di Surabaya, Malang dan Semarang, massa meminta aparat keamanan menghadirkan Bupati Mimika Eltinus Omaleng dan Ketua DPRD Mimika Elminus Mom.
Namun kedua pejabat tersebut tidak juga hadir lantaran menurut informasi yang diterima Bupati Mimika Eltinus Omaleng tidak berada di tempat.
Kelompok massa di bagian belakang dan luar pagar halaman Kantor DPRD Mimika yang tidak menerima hal itu lantas mulai melempari para pimpinan orasi, termasuk para anggota DPRD Mimika, Kapolres dan Dandim 1710 Mimika yang berdiri di bagian depan menghadap massa.
Meski pimpinan orasi terus mengajak massa untuk tertib, namun aksi pelemparan batu terus terjadi.
Di tengah situasi dan kondisi massa yang maki brutal, aparat kemudian mengeluarkan tembakan peringatan.
Pos satpam yang berada di pintu keluar halaman Kantor DPRD Mimika menjadi sasaran aksi pelemparan batu oleh massa hingga menyebabkan kaca-kaca jendela dan pintu pos satpam tersebut jatuh berguguran. Massa juga melempari anggota Brimob, Dalmas dan TNI dengan batu.
Aparat lalu merespon dengan tembakan gas air mata sehingga massa kocar-kacir dan berhamburan melarikan diri, sebagian massa berlari menuju pusat Kota Timika dan sebagian lagi ke arah Jalan Cenderawasih menuju SP2.
Massa yang berlari menuju SP2 dalam perjalanan melempari dengan batu Hotel Grand Mozza, pos security Hotel Grand Mozza serta sejumlah kendaraan yang tengah parkir di halaman hotel berbintang empat tersebut.
Kaca-kaca bagian lobi dan depan serta samping hotel tersebut tampak hancur dan berhamburan di lantai, sejumlah kendaraan yang parkir di depan hotel kacanya ditimpuk dengan batu besar.
Massa yang lain juga merusak kendaraan baik mobil maupun sepeda motor yang parkir di depan Kantor BNN Kabupaten Mimika, sebagian lagi membakar tumpukan kayu dan ban di tengah ruas Jalan Cenderawasih.
Dua unit alat berat yang tengah mengerjakan pelebaran Jalan Cenderawasih juga dibakar massa.
Adapun massa yang berlari ke arah pusat Kota Timika juga merusak sejumlah kendaraan operasional Polres Mimika, kendaraan (truk) milik TNI, mobil pemadam kebakaran Pemkab Mimika serta membakar ban bekas di tengah Jalan Cenderawasih.
Sebagian massa yang lain yang berlari ke arah Gedung Eme Neme Yauware sempat membakar tempat sampah.
Hingga Kamis petang, situasi Kota Timika sudah dikuasai penuh oleh anggota TNI dan Polri.
"Situasi dan kondisi Kota Timika kini sudah berangsur-angsur pulih kembali. Kami mengimbau warga yang masih berkumpul untuk segera membubarkan diri. Saat ini tidak boleh ada kerumunan massa. Anggota TNI dan Polri akan melakukan patroli dialogis ke semua titik konsentrasi massa agar kejadian serupa tidak terulang kembali," kata Kapolres Mimika AKBP Agung Marlianto.
Kegiatan unjuk rasa damai yang berakhir anarkis di Kota Timika pada Kamis siang tersebut dipimpin oleh kelompok yang menamakan diri yaitu 'Solidaritas Masyarakat Papua Kota Timika Anti Rasisme/SMPKTAR'.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019