Mogadishu (Antaraaceh) - Seorang warga negara Inggris dan satu warga Prancis yang bekerja pada Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan Obat-obatan Terlarang dan Kejahatan (UNODC), Senin, ditembak hingga tewas ketika mereka baru turun dari pesawat di Somalia pusat, demikian dikatakan para pejabat dan saksi mata.
Kedua warga asing itu ditembak di dalam bandar udara di Galkayo, yaitu kota yang berada di perbatasan antara daerah mapan Somalia dan Puntland, negara di utara yang memproklamirkan dirinya sendiri, demikian laporan AFP.
Kelompok Shebab, yang terkait Al Qaeda dan telah berkali-kali menyerang target-target asing dalam beberapa tahun terakhir ini, menyambut baik pembunuhan itu namun membantah sebagai pihak yang melakukan penembakan.
Kepala antipembajakan di Puntland mengatakan kepada para wartawan bahwa kedua korban yang namanya belum disebutkan itu datang ke Somalia dalam rangka melakukan pembahasan soal sistem transfer keuangan yang kontroversial.
Presiden Prancis Francois Hollande membenarkan bahwa salah satu korban tewas adalah warga Prancis.
Hollande mengutuk "pembunuhan pengecut" terhadap orang-orang "yang bekerja demi masyarakat internasional, untuk perdamaian" itu.
"Keduanya bekerja untuk United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) guna membantu menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Somalia," kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague dalam sebuah pernyataan yang membenarkan bahwa korban tewas lainnya merupakan warga Inggris.
Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Jen Psaki juga mengutuk pembunuhan itu dan mendesak pihak berwenang setempat untuk "secara penuh melakukan penyelidikan terhadap kejahatan ini dan menyeret pelakunya ke pengadilan tanpa ditunda-tunda".
"Kami menekankan bahwa betapa kami menghargai semua staf Perserikatan Bangsa-Bangsa di Somalia atas dedikasi yang secara terus-menerus mereka berikan di tengah situasi sulit," katanya.
"Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa terus bertekad membantu rakyat dan Pemerintah Federal Somalia dalam upaya mereka memperkuat perdamaian, keamanan serta aturan hukum."
Belum ada kejelasan tentang motif di balik serangan tersebut ataupun apakah pihak berwenang telah menangkap tersangka pembunuhan.
"Dua orang kulit putih ditembak di dalam bandar udara ketika mereka turun dari pesawat," kata pejabat keamanan setempat Mohamad Mire.
"Satu dari mereka meninggal di dalam bandara dan satu lainnya segera dibawa ke rumah sakit dan meninggal di tempat itu karena mengalami luka-luka," kata Hassan Ahmed, seorang saksi mata lainnya.
Sumber di kalangan lembaga keamanan memperkirakan bahwa serangan itu dilakukan oleh satu orang penembak yang mengenakan baju seragam polisi, namun pernyataan yang dikeluarkan UNODC menyebutnya sebagai "penembak yang tidak diketahui".
Menurut beberapa perhitungan dari bandara, kedua warga asing itu ditembak di dekat kantor imigrasi dan tampaknya sudah diincar untuk diserang dan pembunuhan dilakukan oleh dua penyerang.
Perwakilan Khusus PBB untuk Somalia, Nicholas Kay, mengutuk pembunuhan tersebut.
"Rekan kami di PBB itu sedang menjalankan tugas untuk membantu rakyat Somalia mewujudkan aspirasi mereka bagi terciptanya masa depan yang damai dan stabil. Tidak ada pembenaran bagi serangan yang tidak berperasaan ini," ujarnya.
Abdirazak Mohamed Dirir, direktur antipembajakan di Puntland, mengatakan kedua pekerja PBB itu berkunjung ke Somalia untuk membahas sistem perbankan yang sedang dikembangkan.
Puntland sendiri telah menjadi kubu pertahanan bagi beberapa kelompok pembajak yang beroperasi di Laut Merah dan Samudera Hindia dalam satu dekade terakhir ini.
Anggota-anggota staf PBB telah secara berkala menjadi target penyerangan di Somalia. Pemerintah yang didukung internasional itu tengah memerangi para pemberontak Shebab.
(T008)
Editor: Heppy Ratna
COPYRIGHT © 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014
Kedua warga asing itu ditembak di dalam bandar udara di Galkayo, yaitu kota yang berada di perbatasan antara daerah mapan Somalia dan Puntland, negara di utara yang memproklamirkan dirinya sendiri, demikian laporan AFP.
Kelompok Shebab, yang terkait Al Qaeda dan telah berkali-kali menyerang target-target asing dalam beberapa tahun terakhir ini, menyambut baik pembunuhan itu namun membantah sebagai pihak yang melakukan penembakan.
Kepala antipembajakan di Puntland mengatakan kepada para wartawan bahwa kedua korban yang namanya belum disebutkan itu datang ke Somalia dalam rangka melakukan pembahasan soal sistem transfer keuangan yang kontroversial.
Presiden Prancis Francois Hollande membenarkan bahwa salah satu korban tewas adalah warga Prancis.
Hollande mengutuk "pembunuhan pengecut" terhadap orang-orang "yang bekerja demi masyarakat internasional, untuk perdamaian" itu.
"Keduanya bekerja untuk United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) guna membantu menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Somalia," kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague dalam sebuah pernyataan yang membenarkan bahwa korban tewas lainnya merupakan warga Inggris.
Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Jen Psaki juga mengutuk pembunuhan itu dan mendesak pihak berwenang setempat untuk "secara penuh melakukan penyelidikan terhadap kejahatan ini dan menyeret pelakunya ke pengadilan tanpa ditunda-tunda".
"Kami menekankan bahwa betapa kami menghargai semua staf Perserikatan Bangsa-Bangsa di Somalia atas dedikasi yang secara terus-menerus mereka berikan di tengah situasi sulit," katanya.
"Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa terus bertekad membantu rakyat dan Pemerintah Federal Somalia dalam upaya mereka memperkuat perdamaian, keamanan serta aturan hukum."
Belum ada kejelasan tentang motif di balik serangan tersebut ataupun apakah pihak berwenang telah menangkap tersangka pembunuhan.
"Dua orang kulit putih ditembak di dalam bandar udara ketika mereka turun dari pesawat," kata pejabat keamanan setempat Mohamad Mire.
"Satu dari mereka meninggal di dalam bandara dan satu lainnya segera dibawa ke rumah sakit dan meninggal di tempat itu karena mengalami luka-luka," kata Hassan Ahmed, seorang saksi mata lainnya.
Sumber di kalangan lembaga keamanan memperkirakan bahwa serangan itu dilakukan oleh satu orang penembak yang mengenakan baju seragam polisi, namun pernyataan yang dikeluarkan UNODC menyebutnya sebagai "penembak yang tidak diketahui".
Menurut beberapa perhitungan dari bandara, kedua warga asing itu ditembak di dekat kantor imigrasi dan tampaknya sudah diincar untuk diserang dan pembunuhan dilakukan oleh dua penyerang.
Perwakilan Khusus PBB untuk Somalia, Nicholas Kay, mengutuk pembunuhan tersebut.
"Rekan kami di PBB itu sedang menjalankan tugas untuk membantu rakyat Somalia mewujudkan aspirasi mereka bagi terciptanya masa depan yang damai dan stabil. Tidak ada pembenaran bagi serangan yang tidak berperasaan ini," ujarnya.
Abdirazak Mohamed Dirir, direktur antipembajakan di Puntland, mengatakan kedua pekerja PBB itu berkunjung ke Somalia untuk membahas sistem perbankan yang sedang dikembangkan.
Puntland sendiri telah menjadi kubu pertahanan bagi beberapa kelompok pembajak yang beroperasi di Laut Merah dan Samudera Hindia dalam satu dekade terakhir ini.
Anggota-anggota staf PBB telah secara berkala menjadi target penyerangan di Somalia. Pemerintah yang didukung internasional itu tengah memerangi para pemberontak Shebab.
(T008)
Editor: Heppy Ratna
COPYRIGHT © 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014