Pemerintah kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) mengucurkan anggaran sekitar Rp8,7 miliar untuk pembangunan pabrik padi modern berkapasitas 3 ton/jam sebagai upaya memperkuat program hilirisasi di sektor pertanian, sehingga terciptanya kedaulatan pangan.

Berdasarkan data dihimpun Antara di Blangpidie, Kamis, pabrik modern yang dilengkapi dengan alat pengering gabah basah (oven dryer) itu dibangun di Desa Suak Labu, Kecamatan Tangan-Tangan, tepatnya di komplek Balai Benih Utama (BBU) Kabupaten Abdya.     

Pemkab Abdya membangun pabrik modern itu menggunakan dana otonomi khusus Aceh (Doka) tahun 2019 dan berdasarkan amatan di lapangan kemajuan pekerjaan proyek itu sudah mencapai 30 persen lebih dan diperkirakan akhir tahun pekerjaannya tuntas dilakukan.

Baca juga: ISMI diminta terus dorong pertumbuhan ekonomi baru di Abdya

Pengamat ekonomi dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, DR Iskandarsyah Majid, MM dalam sebuah pertemuan baru-baru ini di Blangpidie, menyatakan upaya Pemkab Abdya membangun pabrik gabah modern harus didukung bersama untuk mengantisipasi mengalirnya hasil panen padi keluar daerah.

Sebab, katanya, di Aceh selama ini setiap memasuki musim panen padi truk-truk dari Sumatera Utara datang langsung ke sawah membeli gabah petani dengan harga Rp5.500/kg dan bahkan ada juga diantara mereka (pengusaha) membawa sepeda motor untuk ditukarkan dengan gabah.

Kemudian, gabah yang sudah dibeli dari petani Aceh diangkut ke Medan, Sumatera Utara dengan menggunakan truk-truk besar lalu digiling pada kilang padi canggih hingga berasnya menjadi putih, dikasih merk, selanjutnya dipasarkan lagi ke masyarakat Aceh dengan harga dijual Rp15 ribu/kg.   

Baca juga: Ratusan pengusaha barat-selatan diskusi bisnis di Abdya

“Jadi, yang dapat untung banyak siapa, petani paling dapat Rp2 ribu/kg setelah dipotong ongkos produksi dan pupuk, tetapi Medan mendapat untung Rp10 ribu/kg. Artinya keuntungan yang paling besar dari hasil panen padi Aceh itu justru orang lain menikmati, bukan orang tempatan,” ungkapnya. 

Oleh karena itu, Iskandar menyarankan mulai sekarang pengusaha Abdya harus memanfaatkan pabrik gabah modern yang dibangun oleh pemerintah daerah tersebut dengan cara mengeluarkan merk masing-masing lalu besarkan merk itu lalu pasarkan keluar daerah bila perlu ke luar negeri.

“Sudah pernah ada lima pabrik besar beras dibangun pemerintah jadi besi tua karena tidak dimanfaatkan. Seharusnya Pemerintah yang bangun tapi masyarakat memanfaatkan. Jadi, kebijakan membangun pabrik padi itu sifatnya positif harus didukung bersama, bila tidak akan jadi besi tua,” katanya.

Baca juga: SISC minta dukungan Bank Indonesia jadikan KEK Surin, Abdya

Untuk menghindari jadi besi tua, pabrik gabah modern yang sedang dibangun oleh Pemkab Abdya disarankan harus dilengkapi dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM). Karena jika SDM tidak siap, maka dapat dipastikan pabrik tersebut ikut jadi besi tua dan miliaran uang negara menjadi sia-sia.  

“Jadi, kita sarankan pabrik gabah modern Pemkab Abdya harus lengkap dengan SDM-nya atau kerjasama dengan pihak ketiga, yaitu pengusaha padi yang betul-betul mengusai tentang pabrik itu. Kalau tidak habis,” katanya.

 

Pewarta: Suprian

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019