New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh sekitar dua persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) di tengah kekhawatiran bahwa penyebaran Virus Corona dari China dapat menurunkan permintaan bahan bakar dan menghambat pertumbuhan ekonomi, tetapi kerugian dibatasi oleh penarikan persediaan minyak mentah AS.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret turun 1,17 dolar AS atau 1,9 persen menjadi ditutup pada 62,04 dolar AS per barel, setelah sempat mencapai 61,25 dolar AS, terendah sejak awal Desember.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret ditutup 1,15 dolar AS lebih rendah menjadi 55,59 dolar AS per barel, sempat menyentuh 54,77 dolar AS, terendah sejak November.
Dua kota China dikurung (diisolasi) pada Kamis (23/1/2020) ketika otoritas kesehatan di seluruh dunia berjuang untuk mencegah pandemi global. Wabah Virus Corona telah membunuh 18 orang dan menginfeksi hampir 630.
Potensi pandemi telah membangkitkan ingatan tentang Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) pada tahun 2002-03, yang juga dimulai di China dan menyebabkan penurunan dalam perjalanan.
"Pasar terus mundur di bawah kekhawatiran permintaan dan menyingkirkan reli setelah penurunan produksi OPEC," kata Gene McGillian, wakil presiden riset pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.
Dengan kasus-kasus virus korona yang terdeteksi sejauh di Amerika Serikat, pasar saham global juga merasakan efek dari ketakutan bahwa virus itu dapat menyebar lebih jauh ketika jutaan orang China bersiap-siap melakukan perjalanan untuk Tahun Baru Imlek akhir pekan ini.
"Kami memperkirakan goncangan harga hingga lima dolar AS (per barel) jika krisis berkembang menjadi epidemi gaya SARS," kata JPM Commodities Research dalam sebuah catatan.
Bank AS mempertahankan perkiraan untuk Brent rata-rata 67 dolar AS pada kuartal pertama dan 64,50 dolar AS sepanjang 2020.
Di tengah meningkatnya ketegangan baru-baru ini antara Amerika Serikat dan Iran, Amerika Serikat pada Kamis (23/1/2020) memberlakukan sanksi terkait Iran pada dua orang dan enam perusahaan, termasuk empat perusahaan yang terikat dengan Perusahaan Minyak Nasional Iran.
Mengurangi kerugian, persediaan minyak mentah AS turun 405.000 barel pekan lalu, meskipun stok bensin naik ke rekor tertinggi setelah 11 minggu berturut-turut meningkat, Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan.
"Persediaan minyak mentah telah berdetak sedikit lebih rendah pada minggu lalu, karena penurunan impor yang kecil telah diimbangi oleh aktivitas penyulingan yang lebih rendah," kata Matthew Smith, direktur riset komoditas di ClipperData.
China, sementara itu, merilis data yang menunjukkan ekspor bensin naik hampir sepertiga tahun lalu berkat kilang-kilang baru.
Minggu ini, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pihaknya memperkirakan surplus satu juta barel per hari di paruh pertama tahun ini.