"Sudah saatnya pemerintah pusat melakukan renovasi terhadap sejumlah gorong-gorong kecil yang ada di bawah badan jalan nasional ini, sehingga pada saat intensitas curah hujan tinggi, air sungai tidak lagi meluap kepermukaan," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Abdya, Rahwadi di Blangpidie, Senin.
Pernyataan tersebut disampaikan Kadis PU Abdya di sela-sela peninjauan sejumlah gorong-gorong saluran air pada jalan nasional yang telah menyempit akibat sudah dangkal dimakan usia yang rata-rata dibangun sekitar 35 tahun lalu.
Rahwadi melanjutkan, penyebab terjadinya luapan air sungai kepermukaan badan jalan raya dan ke permukiman penduduk di sejumlah titik di wilayah Abdya karena lubang gorong-gorong saluran air kecil sehingga tidak mampu menampung debit air yang mengalir di kali.
Akibatnya, kata dia, pada saat intensitas curah hujan tinggi, air yang mengalir di kali tertahan di permukaan gorong-gorong dan berlimpah kepermukaan badan jalan nasional termasuk tergenang ke kawasan pemukiman penduduk sekitar.
Seperti di Kawasan Kecamatan Babahrot, badan jalan nasional di kawasan itu rusak berat akibat digerus air yang meluap dari sungai lantaran, lantaran gorong-gorongnya sudah sempit, sehingga setiap curah hujan lebih dari 50 milimeter sehari, air naik kepermukaan badan jalan bahkan mengenangi rumah warga hingga mencapai 1 meter.
"Gorong-gorong di kawasan itu kecil karena masih diameter jaman tahun 1980. Sementara jumlah saluran pembuang rumah tangga sudah bertambah, sehingga kafasitas air yang mengalir sudah tidak tertampung lagi dan menyebabkan banjir saat hujan," katanya.
Selain kawasan di Babahrot, lanjutnya, banjir yang disebabkan kecilnya permukaan gorong-gorong juga mengenangi pemukiman penduduk dan jalan nasional di kawasan Kecmatan Manggeng, Tangan-Tangan, Setia, Blangpidie, dan Kecamatan Jumpa.
"Kalau yang terparah di Kecamatan Manggeng terdapat 2 titik, di Tangan-Tangan 1 titik, Blangpidie 1 titik dan di Kecamatan Jumpa 2 titik. Bila hujan deras turun, kawasan itu tetap banjir akibat gorong-gorong di bantaran jalan nasional itu kecil," katanya.
Ia menyelaskan, secara aturan, Pemerintah daerah tidak diperbolehkan menggunakan anggaran untuk merenovasi gorong-gorong yang ada di jalan raya, karena pemeliharaan jalan nasional tersebut sudah ditanggung dalam APBN pada Kementerian Pekerjaan Umum Pusat.
Atas dasar itulah, Kadis PU Abdya, menyarankan pemerintah pusat untuk dapat melakukan renovasi mengantikan sejumlah gorong-gorong kecil tersebut dengan culvert box atau lebih dikenal dengan gorong-gorong bertulang cor pabrik, selain lebar dan kuat, aliran air kali yang melintasi jalan menjadi lebih lancar.
"Kalau sudah diganti dengan box culvert, tentu saja air sungai tidak lagi berlimpah ke atas badan jalan nasional saat musim hujan. Begitu juga dengan rumah warga sudah aman dari genangan banjir yang selama ini melanda," katanya.
Salah seorang Warga Desa Alu Manggota, Kecamatan Blangpidie, Ibrahim, membenarkan jika hujan deras menguyur, puluhan rumah di lingkungan gorong-gorong kecil menjadi kebanjiran hingga ketinggian air selutut orang dewasa.
"Ini disebabkan saluran air tidak lancar, penyebabnya gorong-gorong yang melintasi jalan nasional itu sempit sehingga bila hujan turun walaupun tidak begitu lama, air melimpah dan menggenangi rumah kami yang berada di pinggir jalan nasional ini," katanya.
Ibrahim berharap, sekiranya pemerintah dapat melakukan pelebaran saluran gorong-gorong tersebut supaya air yang mengalir di kali itu menjadi lebih lancar, sehingga rumah warga dan jalan raya tidak lagi menjadi langganan banjir saat musim hujan.
"Jika tidak segera diperbaiki, maka selamanya kami masyarakat di sekitar sini akan kebanjiran terus, karena banjir di Desa Alu Manggota ini sudah langganan setiap musim hujan turun," katanya.