Banda Aceh (ANTARA) - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali terjadi pada musim kemarau basah di Aceh, yang kali ini menghanguskan sekitar sehektare lahan di kawasan Gampong Paru Keude, Kecamatan Bandar, Kabupaten Pidie Jaya, pada Jumat.
“Api telah berhasi dipadamkan,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Ilyas di Banda Aceh.
Ilyas menjelaskan kebakaran lahan terjadi sekitar 14.00 WIB. Luas lahan yang terbakar sekitar 1 hektare. Pihaknya menduga api yang membakar lahan tersebut berasal dari pembakaran sampah.
“Api yang membakar satu hektar lahan ini diketahui berasal dari pembakaran sampah dan merembes ke kebun warga karena adanya angin kencang,” katanya.
Ketika menerima informasi Karhutla, kata Ilyas, BPBD Pidie Jaya langsung mengerahkan dua unit armada pemadam kebakaran (Damkar) 06 Trumon ke lokasi kejadian untuk melakukan pemadaman.
“BPBD Pidie Jaya langsung mengerahkan dua unit armada damkar dan satu unit mobil suplai air ke lokasi kejadian,” katanya.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta warga provinsi paling barat Indonesia itu untuk mewaspadai potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di tengah musim kemarau basah.
"Cuaca kita memang ada hujan ringan, tapi potensi karhutla masih sangat tinggi, apalagi dengan kemunculan titik panas," kata Koordinator Data dan Informasi BMKG Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar Zakaria Ahmad.
Menurut Zakaria, saat ini Aceh masih dalam situasi musim kemarau basah. Kondisi ini diperkirakan akan bertahan hingga September 2022.
Meski masih ada curah hujan, namun pada musim ini lebih dominan suhu panas serta kemunculan titik panas sehingga mengakibatkan karhutla.
"Masyarakat kita masih belum begitu sadar terhadap bahaya kebakaran hutan, karena masyarakat kita membuka lahan sering membakar sebagai jalan keluar yang lebih praktis,” kata Zakaria.