Banda Aceh (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melatih para dokter dari seluruh Provinsi Aceh tentang penanganan angka kekerdilan anak atau stunting yang prevalensi cukup tinggi di daerah paling barat Indonesia itu.
“IDI telah melakukan penyegaran dan update kondisi stunting di Aceh, diikuti oleh 120 dokter dari seluruh Aceh, untuk memberikan gambaran terkini dan langkah yang harus dilakukan para dokter di layanan primer,” kata Ketua IDI Aceh Safrizal Rahman di Banda Aceh, Senin.
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di Aceh berada pada urutan tiga tertinggi secara nasional, dengan angka 33,2 persen atau di atas rata-rata angka nasional yakni 24,4 persen.
Enam daerah zona merah di Aceh, dengan prevalensi stunting tinggi yakni Kabupaten Gayo Lues sebesar 42,9 persen, Kota Subulussalam 41,8 persen, Kabupaten Bener Meriah 40 persen, Kabupaten Pidie 39,3 persen, Kabupaten Aceh Utara 38,8 persen, dan Kabupaten Aceh Timur, 38,2 persen.
Safrizal mengatakan stunting merupakan persoalan yang serius, dan harus dilakukan penanggulangan secara bersama-sama dengan melibatkan lintas sektor.
Dalam pertemuan se Aceh itu, kata dia, para dokter diberi pengetahuan tentang langkah pendekatan dan strategi bersama multi sektoral dalam menghadap stunting.
Selanjutnya, tenaga medis itu juga diberikan materi langkah antisipatif kasus baru serta intervensi gizi pada kasus stunting. IDI akan terus berupaya menguatkan anggota untuk bersama-sama menyelamatkan generasi masa depan Aceh.
“Rata-rata dokter yang kita latih mereka di layanan primer atau puskesmas, walaupun ada juga dari rumah sakit yang ikut,” kata Safrizal Rahman.
Dalam waktu dekat, lanjut dia, IDI Aceh juga akan melakukan kerja sama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Wilayah Aceh dalam upaya pendalaman pengetahuan, sekaligus mendengarkan keluhan lapangan terhadap penanggulangan stunting.
Prevalensi tinggi, IDI latih dokter tangani stunting
Senin, 29 Agustus 2022 18:38 WIB