Banda Aceh (ANTARA) - Investor pasar modal diharapkan untuk tidak terlalu agresif dalam berinvestasi dan perlu meningkatkan perhatian terhadap kondisi makro ekonomi global dalam menghadapi ekonomi 2023 yang diproyeksikan lebih menantang, kata Chief Economist Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat.
“Jika suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau The Fed kembali naik tahun depan, kemungkinan industri perbankan akan berhati-hati menyalurkan kredit,” katanya.
Ia mengatakan tanpa penyaluran kredit yang ideal, ekonomi diperkirakan sulit bergerak lebih gesit sehingga kemungkinan ekonomi melambat akan jauh lebih besar.
Hal tersebut juga diperparah konflik geopolitik Ukraina dan Rusia. Di mana tahun depan menurutnya harus terbiasa dengan kondisi ekonomi yang berhadapan dengan inflasi.
“Prospek ekonomi kemungkinan stagflasi. Tetapi prospek investasi belum tentu, karena pasar modal selalu lebih dulu bergerak dari sektor riil,” katanya.
Ia mengatakan Investment strategy 2023 adalah living with inflation.
Menurut dia investasi jangan persempit hanya di saham, silakan pertimbangkan properti. Di mana ketika akan menghadapi volatilitas tahun depan ada baiknya investor melengkapi aset kelasnya. Dia pun menyebut yang paling menarik sepanjang tahun ini adalah dana asing yang keluar luar biasa besar pada instrumen investasi Surat Berharga Negara (SBN).
Adapun akhir tahun, dana asing pada SBN mulai marak masuk kembali.
“Ada baiknya kalau berpikir investasi, penting sekali, dan menurut saya asing akan masuk ke SBN dan saham kita (pada 2023),” katanya.
Budi pun menyebut, kendati dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi, pihaknya masih optimistis melihat kondisi perekonomian tahun depan, sebab, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) rencananya dicabut pemerintah secara menyeluruh dan bisa lebih memutar roda perekonomian.
Ia memproyeksikan Index Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun depan melalui tiga skenario. Untuk base case ada pada level 7.550, untuk posisi bull menembus level 8.400 dan posisi bear pada level 6.750.
Founder of Kurikulum saham Alex Sukandar mengatakan dari sisi performa sepanjang 2022 foreign buy di pasar modal Indonesia mencapai sebesar Rp62,9 triliun. Adapun sektor dengan perputaran modal asing terbesar adalah IDX Finance dan IDX Energy dengan foreign flow masing-masing Rp49,9 triliun dan Rp11,8 triliun.
Adapun sektor-sektor yang sepanjang tahun ini bertumbuh di bursa saham adalah IDX Energy yang tumbuh 98,20 perse IDX Industry 12,10 persen, IDX Health 6,73 persen, dan IDX Non Cyclic sebesar 6,26 persen.
Ia juga merekomendasikan beberapa saham pilihan yang diproyeksikan berkilau tahun depan. Yaitu HRUM, PTBA, dan INDY di sektor energi. Juga BMRI, BBRI, BBCA di sektor keuangan.
Ia menyarankan investor berinvestasi pada mata uang asing.
“Kecenderungannya memang akan masih naik USD terhadap rupiah. Kalau untuk jangka panjang saya lebih memilih euro atau USD. Karena ini down trend-nya lumayan panjang banget,” katanya.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Capital Market Practitioner Nandang Kuswara mengatakan sepanjang tahun ini kinerja IHSG cenderung baik dengan pertumbuhan secara year to date (ytd) sebesar 4,23 persen.
Ia membandingkan kinerja IHSG dengan bursa saham di negara lain yang terkoreksi. Seperti DJIF terkoreksi 8,81 persen secara ytd, FTSE 0,48 persen, HSI 15,93 persen, GSPC 20,31 persen, N225 10,47 persen, SSEC 16,24 persen, IXIC 33,83 persen dan GDAXI terkoreksi 13,15 persen.
Dia mengakui, sentimen ekonomi global cukup mempengaruhi kondisi pasar modal Tanah Air. Di sisi lain, dia pun merekomendasikan beberapa sektor di pasar modal yang menjanjikan tahun depan, yaitu sektor energi, indeks health, non-cyclic.
“Saya juga kemungkinan melihat di 2023 ini lebih ke non-cyclic, itu lebih ke consumer goods. Properti juga akan jadi salah satu yang menarik juga, apa lagi kalau untuk tradingatau investasi jangka pendek mungkin bisa diperdagangkan cukup lumayan ya risk and reward-nya. Sedangkan untuk finance sendiri udah mulai turun performnya dibanding compositenya itu sendiri,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama hadir pula Co-founder sekaligus Komisaris Tokocrypto Teguh K. Harmanda. Menurutnya, 2022 menjadi tahun yang menarik di industri kripto dan blockchain, serta NFT. Tidak hanya secara global, di Indonesia instrumen investasi tersebut mendapat sambutan meriah dari investor.
“Cukup menarik adalah pertumbuhan investor secara agregat bahwa ada lebih dari 16,5 juta (per November). Kemudian kita lihat tren 2020 sampai dengan 2022 dalam waktu 2 tahun ini sudah hampir 400 persen. Beberapa negara bahkan beberapa konsultan itu melihat bahwa tren kenaikan terhadap adopsi investor di Indonesia itu akan selalu tumbuh dan akan terus tumbuh,” katanha.
Kendati demikian, Teguh mengakui, seperti halnya instrumen investasi lainnya, kripto pun menghadapi volatilitas. Nyatanya, jumlah transaksi kripto di Indonesia itu turun hampir sepertiganya pada November 2022.
“Kita melihat bull marketdi 2021, itu pertumbuhan kita hampir menyentuh Rp860 triliun dalam waktu 1 tahun,” kata Teguh.
Pada 2021, Bappebti sebagai regulator utama industri kripto hanya merestui 13 pedagang atau calon pedagang untuk memfasilitasi transaksi jual dan beli kripto. Pada 2022 angkanya naik hampir dua kali lipat. Ke depan, dari data yang dimiliki pihaknya, Indonesia menempati ranking ke-2 di Asia Tenggara. Ini memunculkan sebuah prediksi bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan investasi kripto tertinggi.
“Indonesia itu memiliki fundamental ekonomi yang cukup baik dibandingkan beberapa negara Eropa. Dari segi adopsi kriptonya juga baik, dari segi pertumbuhan digital nya juga baik, yang akhirnya perpaduan yang sangat baik untuk membuat Indonesia menjadi hub kripto yang ada. Tidak hanya di Asia Tenggara tetapi juga secara global,” katanya.