"Letak pelabuhan Sunda Kelapa berada dua hari perjalanan dari pusat kekuasaan Pakuan Pajajaran, Kota Dayo, tempat sang raja tinggal. Karena itu, pelabuhan ini dianggap menjadi yang terpenting," ujarnya.
Hal lain yang relevan diketahui dalam konteks HUT Jakarta, tambah dia, adalah rentang waktu dan proses perjuangannya cukup panjang. Perlu dipahami secara utuh, proses perjuangan dan pembentukan koalisi pembebas Jakarta memakan waktu panjang.
Dimulai dari penyerangan Portugis ke Kerajaan Pasai, keberangkatan Fatahillah ke Tanah Suci, upaya pembebasan Malaka dari kekuasaan Portugis oleh Pateh Unus.
"Kedatangan Fatahillah ke Demak dan Cirebon yang dilanjutkan dengan penggalangan dukungan untuk membebaskan Sunda Kelapa," kata Sariat Arifia.
Sementara itu, Anggota DPRD DKI Jakarta Lukmanul Hakim mengusulkan agar setiap peringatan HUT Kota Jakarta mengundang daerah yang dulu ikut mendukung pembebasan Sunda Kelapa sebagai pengakuan adanya kebersamaan perjuangan.
Baca: Surat keturunan Sultan Aceh terkait sejarah direspon Pemerintah Turki
“Mengundang daerah yang punya kontribusi historis, menurut saya, itu cakep. Keren kalau dilakukan,” kata Lukmanul Hakim.
Selain mengundang daerah yang punya kontribusi historis, lanjut dia, Museum Fatahillah juga sebaiknya dikuatkan menjadi museum perjuangan Jakarta Fatahillah supaya sejarah lahirnya Jakarta adalah hasil perjuangan daerah lain diketahui masyarakat.
“Rangkaian prosesnya cukup panjang. Peristiwa yang dijadikan momentum HUT Jakarta bukan peristiwa berdiri sendiri, karenanya layak diperingati secara bersama karena faktanya itu adalah hasil perjuangan bersama warga nusantara,” demikian Lukmanul Hakim.
Berdasarkan catatan sejarah, Fatahillah lahir dan dibesarkan di Pasai, melakukan hijrah ke tanah Jawa untuk menggalang perlawanan yang berhasil mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa.
Setelah berhasil membebaskan Sunda Kelapa, dia mengganti nama kota ini menjadi Jacarta (Ja-karta) yang berarti Kota Kemenangan. Ada perdebatan pendapat posisi Fatahillah atau Faletehan pasca terusirnya Portugis dari Sunda Kelapa.
Di mana, ada yang menyebutkan dia menjadi Adipati di Jakarta, ada pula yang menyebutnya kembali ke Demak dan ke Cirebon, bahkan dikisahkan memilih ke Banten.
Baca: Filolog: Aceh ditolak jadi negara bawahan Turki Utsmani
