"Mudah-mudahan dapat segera direalisasi, kita di daerah sangat mendukung. Distribusi secara tertutup ini saya pikir paling efektif untuk menekan penyalahgunaan barang subsidi pemerintah kepada warga tidak mampu," katanya di Meulaboh, Senin.
Pemerintah, tengah mempertimbangkan distribusi gas LPG subsidi secara tertutup, yaitu dikhususkan bagi masyarakat tidak mampu dengan pola pembeliannya secara khusus pula, sementara masyarakat mampu membeli LPG dengan harga komersial.
Menurut Banta Puteh Syam, penjualan LPG subsidi secara terbuka selama ini kerap memunculkan persoalan sosial masyarakat, teruma banyak pengguna gas murah itu adalah dari kalangan orang mampu, bahkan terindikasi terjadi penyalahgunaan.
Hal itu didapatinya, baik dari laporan masyarakat maupun temuannya di lapangan adanya penjualan LPG 3 Kg di atas harga eceran tertinggi (HET), bahkan peredarannya sampai di kioas-kioas kecil dengan harga jual Rp25.000-Rp35.000/tabung.
"Saya belum tahu persis pelaksanaanya seperti apa, namun kalau secara terbuka seperti saat ini di lapangan masih terjadi ada semacam kelompok yang menjadi calo, di jual lagi ke orang lain sehingga sampai ke kios seharga Rp25 ribu lebih," tegasnya.
Terhadap kondisi demikian seakan sudah menjadi tradisi, ketika ada barang subsidi maka akan ada yang memanfaatkan, harga LPG 3 Kg murah, ketika sampai ke orang yang tidak mampu, harganya sudah tinggi karena rantai distribusi bermasalah.
Banta Puteh Syam, seprinsip dengan distribusi tertutup LPG subsidi sehingga mudah diawasi, dipantau dan tertekan dari penyalahgunaan, apabila kebijakan tersebut sudah ada petunjuk maka akan segera ditindak lanjuti di daerah tersebut.
Terkait adanya permainan para calo di Aceh Barat, Banta Puteh Syam meminta, upaya penegakan hukum dilaksanakan secara terpadu, pelaku yang sengaja menimbun ataupun mengganggu rantai distribusi harus ditangkap dan diproses hukum.
"Idealnya memang seperti itu, begitu ditangkap tangan, jelas ada barang buktinya harus dihukum dan dilimpahkan sampai ke pengadilan. LPG 3 kilogram itu untuk orang miskin, kalau harga Rp19 ribu sampai Rp20 ribu, wajar-wajarlah karena jauh, tapi kalau sudah Rp25 ribu bahkan lebih, itu sudah tidak benar," katanya menambahkan.