Aceh Singkil (ANTARA) - Jika bertandang ke Pulau Balai, Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil tidak lengkap jika belum sempat mencicipi Rakik Awo-awo.
Rakik Awo-awo merupakan salah satu buah tangan yang dapat dibawa pulang para pelancong yang datang berwisata di kawasan gugusan pulau terluar di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.
Bagi masyarakat setempat, penganan yang berbahan baku tepung beras dan ikan teri itu ditabalkan dengan nama rakik awo-awo atau tepatnya peyek ikan teri.
“Alhamdulillah Rakik awo-awo ini menjadi salah satu buah tangan yang selalu dibawa pulang oleh tamu yang berwisata ke sini,” kata Nely Muspita di Desa Pulau Baguk, Kecamatan Pulau Banyak, Senin.
Ia menjelaskan untuk satu bungkus Rakik Awo Awo yang gurih dan renyah tersebut dibanderol Rp5.000 per bungkus.
Wanita berusia 40 tahun tersebut menuturkan usaha yang digelutinya saat ini bernaung dalam kelompok melati dengan jumlah anggota delapan orang termasuk dengan dirinya.
“Kelompok ini kita bentuk untuk pengembangan usaha dan juga telah mendapatkan bantuan dana pembinaan dari Pemerintah Daerah,” katanya.
Ada pun untuk pemasaran saat ini masih untuk Pulau Balai dan ada juga ke daratan Singkil jika ada yang menghubungi langsung dirinya.
Ia menambahkan untuk bahan baku seperti tepung terkadang juga menjadi kendala saat cuaca tidak lagi bersahabat, karena akses utama kesana menggunakan kapal motor pelayaran dan fery.
“Penyebrangan fery hanya dua kali dalam seminggu sementara untuk kapal kayu setiap hari dan jika ombak tak bersahabat tidak bisa berlayar,” katanya.
Sementara untuk bahan baku ikan teri pihaknya langsung dari nelayan setempat sementara jika musim purnama maka mereka akan menyimpan persediaan karena akan berkurangnya pasokan dari nelayan.
Pihakya juga berharap dukungan dari Pemerintah untuk dukungan alat pengering sehingga Rakik Awo awo yang di pasarkan tersebut tidak berminyak.