Pada bulan September 2019 Kota Lhokseumawe mengalami deflasi sebesar 0,42 persen lebih rendah dibandingkan bulan Agustus 2019 sebesar 0,54 persen.

Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Lhokseumawe, Yufrizal kepada Antara, Rabu (9/10) mengatakan, deflasi terutama bersumber dari penurunan harga pada komponen Volatile Food dan komponen Administered Prices dengan andil masing-masing sebesar 0,45 persen dan 0,03 persen.

Di sisi lain, komponen inflasi inti mengalami inflasi dengan andil sebesar 0,06 persen.

Komponen Volatile Food pada bulan September 2019 mengalami deflasi sebesar 1,70 persen, lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 1,65 persen.

"Lima komoditas yang memberikan andil deflasi terbesar yaitu cabai merah -0,25 persen, cabai rawit (-0,11), bawang merah (-0,08), tomat sayur (-0,07), dan kacang panjang (-0,04)," terang Yusrizal.

Selanjutnya komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain tongkol/ambu-ambu (0,05), kembung (0,04), cumi-cumi (0,04), bandeng (0,03) dan ikan merah (0,02).

Dikatakannya lagi, secara umum, komoditas hortikultura mengalami penurunan harga. Harga cabai merah mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya pasokan dari panen petani cabai lokal seperti di Gayo Lues, Pidie, dan Pidie Jaya serta luar provinsi Aceh didukung curah hujan di sentra produksi. Senada hal tersebut, bawang merah juga mencatatkan penurunan harga didukung panen raya di beberapa wilayah di Indonesia.

"Di sisi lain, komoditas ikan laut segar seperti ikan tongkol dan ikan kembung mengalami kenaikan yang disebabkan oleh tingginya gelombang laut yang menghambat nelayan untuk melaut jauh. Hal ini kemudian juga mengerek harga ikan bandeng sebagai pengganti," sebutnya.

Kemudian, kata dia, harga komoditas daging ayam ras nampak meningkat kembali ke level normalnya sejalan dengan adanya perencanaan ulang pasokan bibit ayam oleh perusahaan ke peternak ayam. Secara tahunan, komponen Volatile Food mencatat inflasi sebesar 0,28 persen.

"Komponen barang/jasa yang diatur oleh pemerintah (Administered Prices) tercatat mengalami deflasi sebesar 0,18 persen, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang inflasi sebesar 0,03 persen," tambah KPw BI Lhokseumawe.

Hal ini utamanya disebabkan oleh Angkutan udara yang mengalami penurunan harga sebagai dampak bertambahnya jumlah penerbangan dari Lhokseumawe. Secara tahunan, komponen Administered Prices mencatat inflasi sebesar 2,33 persen.

"Komponen inti bulan September 2019 mengalami inflasi sebesar 0,12 persen, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 0,19 persen. Komoditas inflasi inti didorong oleh harga emas perhiasan meskipun tidak setinggi sebelumnya. Secara tahunan, komponen inti mengalami inflasi sebesar 2,53 persen," tutupnya.

Ke depan, inflasi akan tetap dijaga sehingga berada pada sasaran inflasi 2019, yaitu 3,5±1 persen.

Untuk itu, koordinasi antara Pemerintah, Bank Indonesia dan lembaga terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus diperkuat dalam menghadapi sejumlah risiko yang dapat mendorong kenaikan harga.

Penghitungan inflasi di Provinsi Aceh, inflasi terendah bulan ini berada di Banda Aceh yaitu 0,55 persen dan tertinggi berada di Meulaboh sebesar 0,91 persen.

"Secara agregat, Provinsi Aceh mengalami deflasi sebesar 0,32 persen, turun lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,10 persen dan dibandingkan nasional yang juga mencatatkan deflasi sebesar 0,27 persen," katanya.

Dikatakannya, berdasarkan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Kota Lhokseumawe pada periode September 2019 sebesar 1,89 persen atau berada di bawah kisaran sasaran inflasi 3,5 persen ± 1 persen.

Pewarta: Dedy Syahputra

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019