Kesadaran mengenai pentingnya pengetahuan gizi, pola asuh, dan kesehatan lingkungan bagi tumbuh kembang anak menggerakkan Farida membangun pos pelayanan terpadu mandiri di tempatnya bermukim di Desa Sukajadi, Rantau, Aceh Tamiang, Aceh.
Pos pelayanan terpadu yang dibentuk tahun 2010 itu dinamai Posyandu Palawi.
"Kalau adanya dulu Posyandu kita tuh sangat minim darurat, tempat tidur bayi pakai kain selimut, meja kursi ya seadanya aja, semuanya enggak layak kalau dulu," kata Farida di Posyandu Palawi pada Rabu (6/11).
Ia menuturkan, ketika itu kegiatan pos pelayanan terpadu kadang dilakukan di halaman masjid atau halaman rumah warga.
"Pokoknya Posyandu harus berjalan agar anak-anak balita dan batitanya jangan sampai ketinggalan zaman, tumbuh menjadi anak yang sehat dan tidak mengalami penyakit gizi buruk seperti dulu," katanya.
Namun masalah pelaksanaan posyandu bukan hanya pada tempat. Kesadaran warga mengenai pentingnya pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan ketika itu juga belum tinggi sehingga tidak ada dorongan untuk hadir atau aktif dalam kegiatan posyandu.
"Dulu kita mengajak datang ke warga secara langsung ketuk pintu untuk mengajak ibu-ibu yang yang memiliki anak balita atau batita untuk ke Posyandu," kata Farida.
Kondisi itu tidak membuat Farida dan penggerak posyandu patah semangat, dan lambat laut upaya mereka membuahkan hasil. Kesadaran warga mengenai kesehatan semakin tumbuh. Mereka aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh posyandu.
Kader posyandu tidak lagi harus menyambangi para ibu dari rumah ke rumah untuk mengajak mereka mendatangi posyandu. Mereka cukup menyampaikan informasi mengenai kegiatan posyandu saat pengajian rutin atau lewat pengeras suara masjid, dan para ibu dengan sendirinya akan datang mengikuti kegiatan.
Kader posyandu yang semula hanya Farida kini sudah bertambah banyak. Kader Posyandu Palawi sekarang jumlahnya delapan orang, dan ada tujuh orang yang menjalankan tugas sebagai kader Bina Keluarga Balita (BKB).
Uluran Bantuan
Farida mengatakan bahwa tahun 2012 Posyandu Palawi memperoleh bantuan dari program CSR PT Pertamina EP Asset 1 Rantau Field. Pada tahap awal, posyandu mendapat bantuan lima meja dan peralatan pendukung pelayanan serta seragam bagi kader.
Bantuan itu menambah semangat Farida dan kader posyandu lainnya untuk memperbaiki pelayanan, apalagi Posyandu Pelawi kemudian punya tempat tetap untuk kegiatan.
Selain memberikan bantuan berupa barang dan seragam, perusahaan juga menyelenggarakan pelatihan bagi kader-kader posyandu.
"Mendatangkan guru terampil agar kita dapat membuat program seperti pijat bayi dan senam ibu hamil. Jadi sekarang kader lah yang melakukan itu setiap pertemuan," kata Farida.
Manfaat peningkatan pelayanan Posyandu Palawi dirasakan para ibu, termasuk di antaranya Niar, yang sudah mengikuti kegiatan Posyandu Pelawi sejak pos pelayanan terpadu itu belum punya tempat tetap untuk berkegiatan.
Keberadaan Posyandu Pelawi memudahkan Niar mendapatkan berbagai pengetahuan seputar kesehatan, gizi, dan pengasuhan anak.
"Kalau tidak ada Posyandu ini tentu saya akan merasakan kesulitan," katanya.
Nur, ibu dengan tiga anak, juga makin betah mengikuti kegiatan Posyandu Palawi karena tempatnya bersih dan rapi. Posyandu juga mendukung pemenuhan kebutuhan gizi dan kesehatan anak-anaknya karena secara berkala memberikan suplemen gizi dan imunisasi.
Membangun Kemandirian
Di samping memperbaiki pelayanan, kader Posyandu Palawi berusaha melakukan terobosan untuk meningkatkan kemandirian dalam penyelenggaraan kegiatan.
Setelah mendapat pelatihan pengembangan usaha dari PT Pertamina EP Asset 1 Rantau Field, kader posyandu membangun kebun Tanaman Obat Keluarga (TOGA), menanaminya dengan jahe merah, kunyit, jahe gajah, dan tanaman obat lainnya.
Kader posyandu mulai membuat produk minuman herbal yang dinamai Pelawi Herbal tahun 2016. Produk itu mereka jual kepada warga dan hasilnya dibagi untuk berbagai keperluan, termasuk memperbanyak modal, membayar pekerja/kader, dan pendanaan kegiatan posyandu.
Sebagian dari hasil penjualan minuman herbal juga disisihkan untuk memberikan hadiah kepada ibu yang rajin mengajak anaknya mengikuti kegiatan posyandu. Upaya itu dilakukan untuk memotivasi para ibu mengikuti kegiatan posyandu.
Upaya-upaya mandiri dari komunitas warga, sebagaimana yang dilakukan para kader Posyandu Palawi, berperan penting dalam upaya penanggulangan masalah gizi anak, termasuk stunting, masalah gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga tubuhnya kerdil, lebih pendek dari anak seusianya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
Pos pelayanan terpadu yang dibentuk tahun 2010 itu dinamai Posyandu Palawi.
"Kalau adanya dulu Posyandu kita tuh sangat minim darurat, tempat tidur bayi pakai kain selimut, meja kursi ya seadanya aja, semuanya enggak layak kalau dulu," kata Farida di Posyandu Palawi pada Rabu (6/11).
Ia menuturkan, ketika itu kegiatan pos pelayanan terpadu kadang dilakukan di halaman masjid atau halaman rumah warga.
"Pokoknya Posyandu harus berjalan agar anak-anak balita dan batitanya jangan sampai ketinggalan zaman, tumbuh menjadi anak yang sehat dan tidak mengalami penyakit gizi buruk seperti dulu," katanya.
Namun masalah pelaksanaan posyandu bukan hanya pada tempat. Kesadaran warga mengenai pentingnya pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan ketika itu juga belum tinggi sehingga tidak ada dorongan untuk hadir atau aktif dalam kegiatan posyandu.
"Dulu kita mengajak datang ke warga secara langsung ketuk pintu untuk mengajak ibu-ibu yang yang memiliki anak balita atau batita untuk ke Posyandu," kata Farida.
Kondisi itu tidak membuat Farida dan penggerak posyandu patah semangat, dan lambat laut upaya mereka membuahkan hasil. Kesadaran warga mengenai kesehatan semakin tumbuh. Mereka aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh posyandu.
Kader posyandu tidak lagi harus menyambangi para ibu dari rumah ke rumah untuk mengajak mereka mendatangi posyandu. Mereka cukup menyampaikan informasi mengenai kegiatan posyandu saat pengajian rutin atau lewat pengeras suara masjid, dan para ibu dengan sendirinya akan datang mengikuti kegiatan.
Kader posyandu yang semula hanya Farida kini sudah bertambah banyak. Kader Posyandu Palawi sekarang jumlahnya delapan orang, dan ada tujuh orang yang menjalankan tugas sebagai kader Bina Keluarga Balita (BKB).
Uluran Bantuan
Farida mengatakan bahwa tahun 2012 Posyandu Palawi memperoleh bantuan dari program CSR PT Pertamina EP Asset 1 Rantau Field. Pada tahap awal, posyandu mendapat bantuan lima meja dan peralatan pendukung pelayanan serta seragam bagi kader.
Bantuan itu menambah semangat Farida dan kader posyandu lainnya untuk memperbaiki pelayanan, apalagi Posyandu Pelawi kemudian punya tempat tetap untuk kegiatan.
Selain memberikan bantuan berupa barang dan seragam, perusahaan juga menyelenggarakan pelatihan bagi kader-kader posyandu.
"Mendatangkan guru terampil agar kita dapat membuat program seperti pijat bayi dan senam ibu hamil. Jadi sekarang kader lah yang melakukan itu setiap pertemuan," kata Farida.
Manfaat peningkatan pelayanan Posyandu Palawi dirasakan para ibu, termasuk di antaranya Niar, yang sudah mengikuti kegiatan Posyandu Pelawi sejak pos pelayanan terpadu itu belum punya tempat tetap untuk berkegiatan.
Keberadaan Posyandu Pelawi memudahkan Niar mendapatkan berbagai pengetahuan seputar kesehatan, gizi, dan pengasuhan anak.
"Kalau tidak ada Posyandu ini tentu saya akan merasakan kesulitan," katanya.
Nur, ibu dengan tiga anak, juga makin betah mengikuti kegiatan Posyandu Palawi karena tempatnya bersih dan rapi. Posyandu juga mendukung pemenuhan kebutuhan gizi dan kesehatan anak-anaknya karena secara berkala memberikan suplemen gizi dan imunisasi.
Membangun Kemandirian
Di samping memperbaiki pelayanan, kader Posyandu Palawi berusaha melakukan terobosan untuk meningkatkan kemandirian dalam penyelenggaraan kegiatan.
Setelah mendapat pelatihan pengembangan usaha dari PT Pertamina EP Asset 1 Rantau Field, kader posyandu membangun kebun Tanaman Obat Keluarga (TOGA), menanaminya dengan jahe merah, kunyit, jahe gajah, dan tanaman obat lainnya.
Kader posyandu mulai membuat produk minuman herbal yang dinamai Pelawi Herbal tahun 2016. Produk itu mereka jual kepada warga dan hasilnya dibagi untuk berbagai keperluan, termasuk memperbanyak modal, membayar pekerja/kader, dan pendanaan kegiatan posyandu.
Sebagian dari hasil penjualan minuman herbal juga disisihkan untuk memberikan hadiah kepada ibu yang rajin mengajak anaknya mengikuti kegiatan posyandu. Upaya itu dilakukan untuk memotivasi para ibu mengikuti kegiatan posyandu.
Upaya-upaya mandiri dari komunitas warga, sebagaimana yang dilakukan para kader Posyandu Palawi, berperan penting dalam upaya penanggulangan masalah gizi anak, termasuk stunting, masalah gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga tubuhnya kerdil, lebih pendek dari anak seusianya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019