Produksi ikan kayu yang dikenal dengan sebutan "keumamah" di Gampong Lampulo, Banda Aceh, menurun akibat cuaca sering hujan sejak sebulan terakhir.
"Produksi kami menurun karena hujan. Cuaca panas dibutuhkan untuk mengeringkan ikan kayu. Kalau hujan, proses pengeringan butuh waktu lama," kata Muhammad, pembuat ikan kayu, di Gampong Lampulo, Banda Aceh, Senin.
Muhammad menyebutkan dengan kondisi musim hujan seperti sekarang, produksi berkurang dari biasanya empat ton menjadi 2,5 hingga tiga ton per bulan.
Padahal sekarang ini, sebut Muhammad, permintaan ikan kayu meningkat, menyusul sudah memasuki Maulid Nabi Muhammad SAW. Di mana masyarakat Aceh merayakannya dengan kenduri hingga tiga bulan ke depan.
"Kendati permintaan meningkat, kami tidak bisa mempertahankan jumlah produksi. Kalau hujan, kami tidak bisa mengeringkan ikan. Kualitas tetap kami jaga dengan pengeringan menggunakan panas matahari," sebut Muhammad.
Kendati permintaan meningkat, harga tetap tidak naik. Harga ikan kayu di tingkat agen pengumpul Rp30 ribu kilogram per kilogram. Sedangkan harga jual di pasaran mencapai Rp45 ribu per kilogram.
"Kami tetap bertahan dengan harga Rp30 ribu per kilogram. Dengan harga sebesar itu, sudah bisa menutup modal usaha dan biaya operasional," kata Muhammad.
Terkait bahan baku, Muhammad mengaku tidak masalah. Pasokan bahan baku berupa ikan tongkol selalu tersedia. Namun, karena produksi dikurangi, pasokan bahan baku juga berkurang.
"Kalau ada modal, kami bisa simpan bahan baku, terutama saat hasil tangkapan ikan tongkol melimpah. Tapi, sekarang kami kesulitan modal, sehingga usaha kami sulit berkembang," kata Muhammad.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
"Produksi kami menurun karena hujan. Cuaca panas dibutuhkan untuk mengeringkan ikan kayu. Kalau hujan, proses pengeringan butuh waktu lama," kata Muhammad, pembuat ikan kayu, di Gampong Lampulo, Banda Aceh, Senin.
Muhammad menyebutkan dengan kondisi musim hujan seperti sekarang, produksi berkurang dari biasanya empat ton menjadi 2,5 hingga tiga ton per bulan.
Padahal sekarang ini, sebut Muhammad, permintaan ikan kayu meningkat, menyusul sudah memasuki Maulid Nabi Muhammad SAW. Di mana masyarakat Aceh merayakannya dengan kenduri hingga tiga bulan ke depan.
"Kendati permintaan meningkat, kami tidak bisa mempertahankan jumlah produksi. Kalau hujan, kami tidak bisa mengeringkan ikan. Kualitas tetap kami jaga dengan pengeringan menggunakan panas matahari," sebut Muhammad.
Kendati permintaan meningkat, harga tetap tidak naik. Harga ikan kayu di tingkat agen pengumpul Rp30 ribu kilogram per kilogram. Sedangkan harga jual di pasaran mencapai Rp45 ribu per kilogram.
"Kami tetap bertahan dengan harga Rp30 ribu per kilogram. Dengan harga sebesar itu, sudah bisa menutup modal usaha dan biaya operasional," kata Muhammad.
Terkait bahan baku, Muhammad mengaku tidak masalah. Pasokan bahan baku berupa ikan tongkol selalu tersedia. Namun, karena produksi dikurangi, pasokan bahan baku juga berkurang.
"Kalau ada modal, kami bisa simpan bahan baku, terutama saat hasil tangkapan ikan tongkol melimpah. Tapi, sekarang kami kesulitan modal, sehingga usaha kami sulit berkembang," kata Muhammad.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019